Senin, 07 Januari 2008

Profesionalisme Pustakawan dan Pekerja Informasi

Profesionalisme Pustakawan dan Pekerja Informasi

Profesionalisme berintikan kerja. Orang profesional juga adalah orang yang punya pekerjaan. Profesionalisme, dengan demikian, berkaitan dengan sistem kerja (labour exchange systems) sebagai tempat pekerja memberikan sebuah jasa -baik itu berupa upaya, pertimbangan, nasihat, dsb- kepada orang lain atau ke sebuah organisasi, dan dibayar untuk itu. Dalam konteks profesionalisme sistem kerja secara garis besar dapat dibagi dalam empat model, seperti diuraikan berikut ini.

Model Otonomi Penuh. Tipe ini bersifat ideal karena seorang profesional berhubungan langsung dengan klien, sehingga dia punya kendali penuh atas pemberian jasa profesional dan kompensasinya. Seorang profesional memberikan jasa berdasarkan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh klien, sehingga klien bergantung sepenuhnya kepada kompetensi profesi. Hubungan dokter-pasien seringkali seperti ini. Seringkali pula, klien atau pasien berada dalam posisi amat lemah. Peran asosiasi profesi dalam menjaga standar profesi di sini sangat besar, untuk melindungi kepentingan klien dan masyarakat umum. Sementara itu, si profesional yang "self-employed" seperti ini relatif otonom dalam memilih klien, kapan dan bagaimana melayani, serta berapa akan meminta bayaran.

Model Klien Tunggal. Semakin sedikit jumlah klien yang dilayani, kekuasaan klien mengendalikan waktu kerja, jenis pekerjaan, bayaran, dsb. semakin meningkat, sampai ke suatu titik di mana profesional hanya melayani satu klien di satu waktu. Di sini sebenarnya si profesional sudah lebih mirip sebagai pegawai, walaupun sifat hubungan profesional - klien masih ada. Di sini, otonomi profesi bisa berkurang dan kendali bisa pindah ke klien tunggal tersebut. Standar profesi akan dipengaruhi oleh klien, selain oleh asosiasi profesi. Kemampuan profesional akan dipersempit untuk memenuhi satu keperluan dari satu klien, dan bukan untuk beragam keperluan dari beragam klien. Dengan demikian kemampuan memberi penilaian dan pertimbangan pun akan terbatas. Kalau profesi tidak mau melayani si klien, profesi ini akan kehilangan pekerjaan. Hubungan antara penasihat hukum dan kliennya seringkali seperti ini. Demikian pula hubungan antara seorang konsultan dengan kliennya.

Model Pekerja-Majikan. Pekerja profesional yang menyediakan jasa dalam dua model di atas adalah sekaligus pekerja dan majikan bagi dirinya sendiri. Kalau peran pekerja dan majikan ini dipisahkan, maka muncul kemungkinan berkurangnya otonomi, komitmen, identifikasi, dan etika profesionalisme. Si profesional kini bertanggungjawab secara harian kepada majikan. Orang atau orang-orang yang menerima jasanya kini adalah nasabah dari si majikan. Nasabah membayar majikan, dan majikan membayar pegawai (profesional) atas jasa yang diberikan kepada nasabah. Jelas bahwa majikan ingin mengendalikan pegawainya. Majikan juga ingin menilai kinerja, kompetensi, dan etika dari pegawai. Majikan pada umumnya tidak terlalu setuju jika tugas pengendalian dan penilaian ini dilaksanakan oleh asosiasi profesional. Majikan akan punya kecenderungan kuat untuk mereduksi pekerjaan besar yang rumit menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil. Satu orang akan ditugaskan untuk mengerjakans setiap bagian kecil itu secara rutin dan terpola. Akibatnya, kebutuhan untuk memiliki pengetahuan yang luas dan pengambilan keputusan berkurang. Juga akan mudah bagi majikan untuk mengganti-ganti orang. Otonomi berkurang, ditambah dengan intervensi majikan ke bidang-bidang seperti standar, etika, kompetensi. Karir dan perkembangan tergantung pada majikan.

Model Pembuat Produk Pesanan. Otonomi profesi semakin terancam jika kompetensi si pegawai (profesional) dipakai untuk membuat sebuah produk bagi si majikan, dan lalu si majikan ini menjual produk itu kepada pelanggan. Sekarang, pelanggan "tidak nampak" bagi si profesional. Si profesional dan klien tidak "berhadap-hadapan". Dalam keadaan ini, maka si majikan mendikte standar, etika, kondisi kerja, skala gaji, dan perkembangan karir dari para pegawai. Profesional yang bekerja dalam sistem seperti ini akan menghadapi tekanan sangat kuat untuk meninggalkan konsep profesionalisme, terutama konsep yang dianggap akan menghalangi karir. Ini berarti ada tendensi untuk lebih loyal kepada organisasi atau perusahaan daripada kepada "profesi".

Berdasarkan pengamatan sementara yang terbatas, profesi pustakawan dan pekerja informasi lainnya (dokumentalis, arsiparis, manajer rekod, kurator musium, web master, dan sebagainya) pada umumnya memperlihatkan model ketiga dan keempat.

Tidak ada komentar: