Kamis, 03 Januari 2008

Modul Petunjuk Instalasi Software Senayan

Petunjuk Instalasi Software Senayan

  1. Copy file senayan.zip ke root directory (Misalnya c:\ atau d:\). Jangan letakkan didalam folder.
  2. Ekstrak senayan.zip ke root directory. Jika di komputer telah terinstal WinZip, biasanya ada opsi mengekstrak dengan klik kanan pada file zip. Jika anda mempunyai Winzip terinstal, klik kanan pada senayan.zip kemudian pilih “Extract Here”. Jangan mengekstrak kedalam folder, karena hasil ekstrak akan dengan sendirinya tersimpan dalam folder.
  3. Setelah mengekstrak akan ada folder “xampplite”. Masuk kedalam folder tersebut dan aktifkan (double-click) file xampp_start.exe. Akan muncul window dengan keterangan konfirmasi bahwa servis xampp (apache dan mysql) telah aktif.

Petunjuk Instalasi Software Senayan

  1. Copy file senayan.zip ke root directory (Misalnya c:\ atau d:\). Jangan letakkan didalam folder.
  2. Ekstrak senayan.zip ke root directory. Jika di komputer telah terinstal WinZip, biasanya ada opsi mengekstrak dengan klik kanan pada file zip. Jika anda mempunyai Winzip terinstal, klik kanan pada senayan.zip kemudian pilih “Extract Here”. Jangan mengekstrak kedalam folder, karena hasil ekstrak akan dengan sendirinya tersimpan dalam folder.
  3. Setelah mengekstrak akan ada folder “xampplite”. Masuk kedalam folder tersebut dan aktifkan (double-click) file xampp_start.exe. Akan muncul window dengan keterangan konfirmasi bahwa servis xampp (apache dan mysql) telah aktif.

  1. Kemudian aktifkan browser (direkomendasikan menggunakan Firefox dan IE6). Akses ke http://localhost. Otomatis anda akan di bawa ke halaman katalog software senayan.

  1. Untuk melakukan administrasi perpustakaan, klik pada link “Librarian LOGIN”. Username: admin dan password: admin.

Selamat mencoba! :) Bila ada kesulitan silahkan menghubungi Hendro Wicaksono (hendro.wicaksono@diknas.go.id) atau Arie Nugraha (arie@senayan.diknas.go.id) atau berkunjung ke http://senayan.diknas.go.id.

pengertian Katalogisasi

KATALOGISASI

A. Pengertian
Katalogisasi adalah proses pembuatan sarana penelusuran informasi pada
koleksi yang dimiliki perpustakaan. Sarana penelusuran informasi di perpusakaan bisa
berupa katalog tercetak baik berupa buku atau kartu maupun katalog digital
menggunakan media komputer.
Kegiatan ini terdiri atas 3 tahap yaitu: pembuatan katalog berkas, pembuatan
katalog digital, dan pembuatan katalog cetak. Pada modul ini akan dijabarkan proses
tersebut satu per satu. Akan tetapi, sebelum masuk pada pembahasan tersebut
terlebih dahulu akan disampaikan masalah penentuan tajuk entri utama yang menjadi
bagian dari kegiatan katalogisasi.

B. Penentuan Tajuk Entri Utama
1. Tajuk Nama Orang
a. Pengarang tunggal (buku yang dikarang oleh satu orang tanpa bantuan orang
lain)
Tajuk entri utama pada pengarang tersebut.
Contoh:
Pengarang : Agus Permadi
Judul : Winisis Untuk Pustakawan Dokumentalis dan
Arsiparis
Tajuk entri utama : Permadi, Agus
b. Pengarang ganda
Sebuah karya yang dikarang lebih dari satu orang, maka tajuk entri utama
pada pengarang pertama. Sedangkan, pengarang kedua masuk ke dalam tajuk
entri tambahan.
Contoh:
Pengarang : Towa P. Hamakonda
Modul 3 Katalogisasi 2

J.N.B. Tairas
Judul : Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey
Tajuk entri utama : Hamakonda, Towa P.
c. Pengarang lebih dari tiga
Suatu karya yang dikarang lebih dari tiga, tajuk entri utama ditentukan pada
judul. Sedangkan, pengarang masuk dalam tajuk entri tambahan.
Contoh:
Pengarang : Moh. Ma’mur
T. Rumiadi
E. Suwardi
Anwar Nasution
Judul : Psikologi Lingkungan
Tajuk entri utama : Psikologi Lingkungan
d. Karya editor
Tajuk entri utama pada judul karya apabila nama pengarang tidak disebutkan.
Nama editor masuk pada tajuk entri tambahan.
Contoh:
Pengarang : (tidak disebutkan)
Judul : Leadership in Education
Editor : Dwight L. Bolinger
Joan E. Ciruti
Hugo Montero
Tajuk entri utama : Leadership in Education
e. Karya anonim
Tajuk ditentukan pada judul, kecuali nama anonim lebih dikenal dalam karya-
karyanya.
Modul 3 Katalogisasi 3

Contoh:
Pegarang anonim : (tidak disebut)
Judul : The Illustration
Tajuk entri utama : The Illustratin
f. Karya kumpulan
Tajuk ditentukan pada judul jika ada judul kolektif.
Contoh:
Pengumpul : Agus Efendi
Judul : Koleksi Cerpen Best Seller
Tajuk entri utama : Koleksi Cerpen Best Seller
g. Karya campuran
Tajuk ditentukan pada pengarang sesuai aturan yang telah disebutkan pada
poin a, b dan c. Tetapi jika tidak disebutkan pengarangnya, tajuk ditentukan
pada judul.
Contoh:
Pengarang : Harold Koontz
Judul : Pengantar Ilmu Manajemen
Penerjemah : A. Hasymi Ali
Editor : Musa
Tajuk entri utama : Koontz, Harold
Tajuik tambahan : Ali, A. Hasymi dan Musa

2. Penentuan Bentuk Tajuk Nama Orang
a. Nama tunggal
Bentuk tajuk dari nama tunggal adalah nama tunggal tersebut.

Modul 3 Katalogisasi 4

Contoh:
Nama pengarang : Santosa
Tajuk : Santosa
b. Nama diri dengan nama keluarga
Unsur nama keluarga biasanya diletakkan pada bagaian akhir dari nama. Tajuk
dari jenis ini ditentukan pada nama keluarga, diikuti bagian nama yang lain.
Contoh:
Nama pengarang : Andri Permana Saputra
Tajuk : Saputra, Andri Permana
c. Nama ganda yang tidak jelas unsur keluarga
Banyak nama kepengarangan yang tidak jelas ada tidaknya unsur nama
keluarga. Bentuk nama semacam ini, tajuk ditentukan pada nama bagian akhir,
diikuti bagian nama yang lain.
Contoh:
Nama pengarang : Chairil Anwar
Tajuk : Anwar, Chairil
d. Nama diri dan sisipan
Nama diri dengan sisipan ini biasa didapati pada bangsa Arab yang berupa
nasab seperti bin, binti, ibn dan lain-lain. Tajuk pada jenis ini ditentukan pada
bagian nama sebelum unsur sisipan sampai bagian akhir nama, diikuti bagian
mana yang lain.
Contoh:
Nama pengarang : Abdul Malik bin Jakfar
Tajuk : Malik bin Jakfar, Abdul
e. Nama yang diakhiri dengan inisial
Nama yang diakhiri dengan inisial terlebih dahulu perlu ditelusuri kepanjangan
inisialnya. Jika diketahui kepanjangannya, tajuk ditentukan pada bagian akhir
Modul 3 Katalogisasi 5

nama. Namun, jika tidak, tajuk tetapkan pada bagian pertama tanpa digunakan
tanda koma.
Contoh:
Nama pengarang : Adi M.S.
Tajuk : Adi M.S.
f. Nama ganda dengan tanda hubung
Pada jenis nama ini tajuk ditetapkan pada unsur sebelum tanda hubung.
Contoh:
Nama pengarang : A.R. Rudolf-Brown
Tajuk : Rudolf-Brown, A.R.
3. Tajuk Badan Korporasi
Ketentuan penentuan tajuk badan korporasi adalah sebagai berikut:
a. Nama yang dimulai dengan kata sandang
Jika ditemukan badan dimulai dengan kata sandang, tajuk maupun bentuk
tajuknya ditentukan nama tanpa kata sandang.
Contoh:
Nama : The Library Association
Tajuk : Library Association
b. Nama badan yang disertai sebutan yang mewnujukkan jenis usaha seperti
PT, CV, Inc, dsb.
Unsur nama yang menunjukkan jenis usaha tidak disertakan dalam bentuk
tajuk badan korporasi, kecuali jika merupakan bagian dari nama atau
diperlukan untuk memperjelas nama.
Contoh:
Nama : P.T. Djambatan
Tajuk : Djambatan

Modul 3 Katalogisasi 6

c. Nama badan korporasi yang dimulai dengan angka
Jika badan korporasi menggunakan nama awal berupa angka, tajuk maupun
bentuk tajuk dinyatakan bentuk huruf.
Contoh:
Nama : 3 October Vereeniging
Tajuk : Three October Vereeniging
d. Nama badan bawahan yang khas
Bila nama sebuah badan cukup jelas tanpa menyebutkan nama induknya,
tajuk ditentukan pada nama badan bawahannya.
Contoh:
Nama : Lembaga Biologi Nasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia
Tajuk : Lembaga Biologi Nasional
e. Nama badan yang menunjukkan unsur bawahan
Tajuk dari badan ini ditentukan pada badan induknya.
Contoh:
Nama : Komisi Perpustakaan Universitas Indonesia
Tajuk : Universitas Indonesia. Komisi Perpustakaan
f. Nama badan korporasi yang menunjukkan wilayah
Nama wilayah dalam tajuk merupakan bagian penting. Selain sebagai tajuk
untuk badan pemerintahan yang mempunyai wilayah kekuasaan, nama
wilayah dapat juga digunakan untuk membedakan dua badan atau lebih
yang sama namanya.
Contoh:
Nama : Biro Kepegawaian Departemen Agama
Tajuk : Indonesia. Departemen Agama. Biro Kepegawaian

Modul 3 Katalogisasi 7

g. Lembaga penelitian
Nama badan penelitian yang merupakan bawahan dari bagian pemerintah,
tajuk dan bentuk tajuknya ditentukan pada nama badan penelitian
tersebut diikuti nama bagian pemerintah yang merupakan badan
atasannya.
Contoh:
Nama : Lembaga Penelitian Hortikultura
Tajuk : Lembaga Penelitian Hortikultura Departemen Pertanian
4. Tajuk Konferensi, Pertemuan, Rapat, Seminar, dsb.
Ketentuan penentuan tajuk untuk konferensi, pertemuan, rapat, seminar, dsb.
adalah sebagai berikut:
a. Ditetapkan dibawah nama pertemuan, diikuti dengan unsur-unsur seperti
nomor (pertemuan keberapa, dinyatakan dalam bahasa Indonesia), tanggal dan
tempat dimana pertemuan diadakan.
Contoh:
Kongres Kebudayaan Kairo (1988 : Medan)
Lousiana Cancer Conference (ke 2 : 1958 : New Orleans)
b. Tanggal pertemuan dinyatakan lengkap jika pertemuan yang sama diadakan
lebih dari satu kali dalam tahun yang sama.
Contoh:
Rapat Kerja Bimas (1970 Feb. 26-28 : Jakarta)
Rapat Kerja Bimas (1970 Mei 26-28 : Jakarta)
c. Bila lokasi dari pertemuan merupakan bagian dari nama pertemuan, maka
lokasi itu tidak perlu diulang lagi di belakang.
Contoh:
Paris Symposium on Radio Astronomy (1958)


Modul 3 Katalogisasi 8

d. Bila pertemuan diadakan sekaligus di dua tempat, dinyatakan keduanya.
Contoh:
World Peace Congress (ke-1 : 1949 : Paris dan Praha)
e. Bila pertemuan diadakan di tiga atau lebih tempat, tambahkan tempat yang
disebut pertama diikuti, dsb.
Contoh:
International Geological Conference (ke-15 : 1929 : Pretoria, dsb.)
f. Istilah-istilah dalam nama konferensi yang menunjukkan beberapa dan
frekuensi dari konferensi itu dihilangkan dari tajuk.
Contoh:
Second Conference on Co-ordination of Graphic Research …
menjadi Conference on Co-ordination of Graphic Research …

B. Pembuatan katalog berkas
Katalog berkas ini sering disebut dengan lembar kerja. Katalog berkas ini menjadi
dasar pemasukan data dalam katalog digital. Katalog berkas ini meliputi segala
informasi dari sebuah koleksi sebagai dasar dalam penelusuran koleksi. Informasi-
informasi yang diperlukan dalam katalog berkas ini antara lain:
1. Nomor inventaris
Diisikan nomor inventaris sesuai dengan inventarisasi koleksi pada tahap
sebelumnya. Pada pengisian pada katalog berkas didahului dengan ^a. Untuk
nomor inventaris lebih dari satu di antara nomor inventaris yang satu dengan
yang lain diberi tanda %. Contoh: ^a0710001%^a0710002.
2. ISBN (International Standard Book Number)
ISBN biasanya terdapat pada bagian cover belakang koleksi. Cara pengisian
pada katalog berkas didahului dengan ^a. Contoh: ^a979-415-551-9.


Modul 3 Katalogisasi 9

3. Bahasa
Jenis bahasa koleksi juga perlu diberikan pada katalog berkas. Cara pengisian
pada katalog berkas didahului dengan ^a. Contoh: ^aind (maksudnya
berbahasa Indonesia) atau ^aeng (maksudnya berbahasa Inggris).
4. Jumlah eksemplar
Yang dimaksud di sini adalah jumlah eksemplar pada 1 judul koleksi tertentu.
Cara pengisian pada katalog berkas didahului dengan ^a. Contoh: ^a2
(maksudnya 2 eksemplar) atau ^a3 (maksudnya 3 eksemplar).
5. Badan pemilik
Badan pemilik dari koleksi atau inisial perpustakaan yang bersangkutan perlu
dicantumkan pada katalog berkas. Cara pengisian pada katalog berkas
didahului dengan ^a. Contoh: ^aPKimDIY.
6. Tajuk entri utama
Tajuk entri utama bisa berupa nama orang, badan korporasi, atau nama
pertemuan seperti telah diuraikan di depan. Cara pengisian pada katalog
berkas didahului dengan ^a. Contoh: ^aFuadi, Anwar.
7. Judul dan pernyataan penanggung jawab
Cara penulisan pada katalog berkas adalah
a. Judul utama
Diawali dengan ^a
b. Anak Judul
Diawali dengan ^b
c. Penanggung jawab
Diawali dengan ^c
Contoh:
^aDasar-Dasar Ilmu Perpustakaan^bSebuah Pendekatan Praktis^cWiji
Suwarno

Modul 3 Katalogisasi 10

Catatan:
Jika sebuah karya dikarang lebih dari tiga orang pada bagian penanggung
jawab dituliskan pengarang pertama diikuti ... [et al.]. et al adalah et alii
(dan lain-lain). Contoh: ^cGary D. Borrich ... [et al.]
Jika sebuah karya merupakan karya editor pada bagian penanggung jawab
dituliskan nama editor diikuti (ed.). Contoh: ^cMichael Joyce (ed.)
8. Edisi
Diisi dengan edisi dari koleksi, termasuk cetakan keberapa. Cara pengisian
pada katalog berkas didahului dengan ^a. Contoh: ^aEd.1; Cet.1.
9. Penerbitan (impresum)
Data yang masuk dalam daerah penerbitan adalah
a. Kota terbit
Penulisan dalam katalog berkas diawali dengan ^a.
b. Nama penerbit
Penulisan dalam katalog berkas diawali dengan ^b.
c. Tahun terbit
Penulisan dalam katalog berkas diawali dengan ^c.
Contoh: ^aJakarta^bGramedia Pustaka Utama^c2005
Catatan:
Apabila suatu karya tidak diketahui kota terbitnya maka pada bagian ini
diisi [s.l.] (sine loco)
Apabila suatu karya tidak diketahui penerbitnya maka pada bagian ini diisi
dengan [s.n.] (sine nomine)
Apabila suatu karya tidak diketahui tahun terbitnya maka pada bagian ini
diisi dengan [s.a.] (sine anno)
10. Deskripsi fisik (kolasi)
Data yang masuk dalam daerah deskripsi fisik adalah

Modul 3 Katalogisasi 11

a. Jumlah halaman
Terdiri dari jumlah halaman romawi kecil dan arab. Penulisan dalam
katalog berkas diawali dengan ^a.
b. Ilustrasi (jika ada)
Ilustrasi adalah gambar, tabel, atau bagan yang terdapat dalam buku.
Penulisan dalam katalog berkas diawali dengan ^b.
c. Tinggi buku
Penulisan dalam katalog berkas diawali dengan ^c.
Contoh: ^axii, 345 hlm.^bil.^c24 cm
11. Pernyataan seri
Kadang kala suatu karya merupakan karya berseri. Misalnya seri manajemen,
seri pengembangan SDM, dsb. Cara penulisan dalam katalog berkas diawali
dengan ^a diikuti nomor urut seri.
Contoh: ^aSeri Manajemen; 1
12. Catatan
Catatan memuat segala sesuatu informasi yang tidak bisa masuk dalam daerah
lain. Daerah ini diisi apabila ada data yang memang bersifat spesifik dan
diperlukan. Cara penulisan dalam katalog berkas diawali dengan ^a. Apabila
datanya lebih dari satu antara satu data dengan data lain diberi tanda %.
Contoh:
^aTeks dalam bahasa Indonesia dan Inggris%^aPedoman untuk petugas
lapangan
13. Tajuk entri tambahan nama orang (kalau ada)
Daerah ini bisa diisi dengan:
a. Nama kedua dan ketiga pada karya yang dikarang tiga orang.
b. Semua nama pengarang pada karya yang dikarang lebih dari tiga.
c. Editor
d. Penerjemah
Modul 3 Katalogisasi 12

Penulisan pada katalog berkas diawali dengan ^a dan di antara satu data
dengan data yang lain diberi tanda %.
Contoh:
^aTarigan, Ahmad%^aSantosa, Rahmat%^aHasyim, Ridwan
14. Tajuk entri tambahan subjek
Diisi tajuk subjek dari koleksi. Penulisan pada katalog berkas diawali dengan
^a dan di antara satu data dengan data yang lain diberi tanda %.
Contoh:
^aPendidikan%^aPendidikan - Kurikulum
15. Nomor panggil
Nomor panggil koleksi terdiri atas:
a. Notasi klasifikasi
Penulisan dalam katalog berkas diawali dengan ^a.
b. Tiga huruf pertama tajuk entri utama
Penulisan dalam katalog berkas diawali dengan ^b.
c. Huruf pertama dari judul koleksi
Penulisan dalam katalog berkas diawali dengan ^c.
Contoh: ^a371.213^bUno^cm
16. Kata kunci
Diisi dengan kata-kata yang menjadi titik akses pada koleksi. Penulisan pada
katalog berkas diawali dengan ^a dan di antara satu data dengan data yang
lain diberi tanda %. Perbedaan tajuk subjek dengan kata kunci adalah tajuk
subjek menggunakan bahasa terkontrol sedangkan kata kunci menggunakan
bahasa alamiah. Contoh: ^aKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan%^aKurikulum
Berbasis Kompetensi.



Modul 3 Katalogisasi 13

Contoh katalog berkas secara lengkap:
Lembar Kerja Koleksi Buku

Perpustakaan Kimpraswil DIY

990 Bahasa ^aind________________________________________________________

020 ISBN ^a979-25-4407-0_______________________________________________

082 Nomor Panggil DDC ^a020^bWij^cd_______________________________________
100 Entri Utama – Nama Orang ^aSuwarno, Wiji_________________________________
110 Entri Utama – Nama Badan Korporasi ______________________________________
111 Entri Utama – Nama Pertemuan ___________________________________________

245 Pernyataan Judul ^aDasar-Dasar Ilmu Perpustakaan^bSebuah Pendekatan Praktis^cWiji

Suwarno dan Asnawi Prayogo________________________________________________
250 Pernyataan Edisi ^aEd. 1; Cet.1
260 Penerbitan ^aYogyakarta^bAr Ruzz Media^c2007
300 Deskripsi Fisik ^axv, 244 hlm.^bil.^c21 cm

440 Pernyataan Seri ^aSeri Ilmu Perpustakaan; 1________________________________

500 Catatan Umum ______________________________________________________

650 Entri Tambahan Subjek ^aIlmu Perpustakaan

695 Kata Kunci ^aKlasifikasi%^aDDC%^aKatalogisasi

700 Entri Tambahan – Nama Orang ^aPrayogo, Asnawi_____________________________
710 Entri Tambahan – Nama Badan Korporasi ___________________________________
711 Entri Tambahan – Nama Pertemuan ________________________________________

850 Badan Pemilik ^aPKimDIY_______________________________________________

985 Jumlah Eksemplar ^a2_________________________________________________

999 Nomor Induk ^a001-002/PKimDIY/B/Pb/2007


C. Pembuatan katalog digital
Yang dimaksud dengan katalog digital adalah sarana penelusuran informasi
dari sebuah perpustakaan dengan menggunakan sarana komputer. Ada banyak
Modul 3 Katalogisasi 14

software yang bisa digunakan dalam proses pembuatan katalog digital ini,
diantaranya:
CDS/ISIS
Winisis
VTLS
SIPUS
SIPISIS
Dan lain lain
Pada modul ini hanya akan dibahas Winisis. Winisis adalah piranti lunak (software)
untuk mengelola pangkalan data bibliografis yang dibuat oleh Unesco (Permadi,
2000: 1). Winisis merupakan pengembangan dari CDS/ISIS (Computerized
Documentation System/Integrated Set of Information Systems) yang dapat
dijalankan pada sistem operasi Windows. Program ini bersifat bebas (open source).
Menurut Permadi (2000: 2), kemampuan Winisis antara lain:
Jumlah pangkalan data: tidak terbatas
Jumlah cantuman per pangkalan data: tergantung pada kapasitas hard disk
Jumlah ruas per pangkalan data: 200
Jumlah baris dalam tabel indeks: 600
Kapasistas ruas: 30.000 karakter
Jumlah karakter per format tampilan: 10.000 karakter
Proses pembuatan katalog digital adalah proses pemasukkan data (data
entry) dari katalog berkas ke program Winisis. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan antara lain:
1. Masuklah ke program Winisis hingga muncul tampilan seperti berikut.

Modul 3 Katalogisasi 15


2. Buka basis data yang akan dientry dengan mengklik Database, kemudian klik
Open hingga muncul tampilan seperti berikut.

3. Double klik nama basis data yang akan dibuka pada daftar File Name, misalnya
book.mst hingga muncul tampilan seperti di bawah ini.
Modul 3 Katalogisasi 16


4. Untuk melakukan data entry, klik Edit kemudian klik Data entry hingga
muncul tampilan seperti berikut.
Klik pada salah satu
ruas di sini
Ketikkan data yang
akan dimasukkan di
sini

5. Klik pada ruas yang ingin diisi kemudian ketikkan data yang akan dimasukkan
(lihat gambar di atas).
Modul 3 Katalogisasi 17

6. Setelah selesai memasukkan data klik icon bergambar disket untuk
menyimpan.
Agar data yang dimasukkan dapat ditelusuri perlu diindeks terlebih dahulu.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Buka basis data yang akan diindeks seperti cara di atas.
2. Klik Database kemudian klik I/F Update hingga muncul tampilan seperti
berikut ini.

3. Pilih salah satu cara pengindeksan pada Option:
Update
Pilihan ini akan mengindeks cantuman-cantuman yang belum diindeks.
Full Inverted File Generation
Pilihan ini akan mengindeks seluruh cantuman dalam pangkalan data.
Re-initialization of Inverted File
Pilihan ini akan mengindeks seluruh cantuman dalam pangkalan data dan
menghapus tajuk indeks yang telah ada.
Bagian-bagian lain seperti Create link files, Sort link files, Load link files,
From MFN, dan to MFN dapat diabaikan.
4. Klik Ok hingga muncul tampilan sebagai berikut.
Modul 3 Katalogisasi 18


5. Klik Completed!

D. Pembuatan katalog cetak
Sebagai bentuk sarana penelusuran alternatif, perlu juga dibuat katalog
cetak. Katalog cetak ini akan sangat bermanfaat apabila listrik mati. Katalog ini juga
dapat berfungsi sebagai back up data selain katalog berkas.
Langkah-langkah dalam pembuatan katalog cetak adalah sebagai berikut:
1. Buka basis data pada Winisis yang akan dicetak.
2. Klik Database kemudian klik Print hingga muncul tampilan seperti berikut.

Modul 3 Katalogisasi 19

3. Isi nomor cantuman yang akan dibuat katalog berkas pada MFN Range. Misalnya
1-10 (berarti yang akan dibuat katalog cetak adalah cantuman 1 sampai 10).
4. Klik Sorting hingga muncul tampilan sebagai berikut.

5. Kotak dialog ini berfungsi untuk mengurutkan data yang akan dicetak. First Key
Length diisikan panjang kata sebagai dasar pengurutan. FST pengisiannya dengan
formula p ti format, di mana p adalah penanda ruas (berupa angka 1 sampai
dengan 4), ti adalah teknik pengindeksan (umumnya menggunakan angka 0 (nol)
sampai 4) dan format adalah format ruas yang akan dijadikan dasar pengurutan.
Misalnya 1 0 v245 (mengurutkan berdasarkan judul).
6. Klik Print.

Referensi
Indonesia. Perpustakaan Nasional. (1992). Peraturan Katalogisasi Indonesia: Deskripsi
Bibliografis (ISBD), Penentuan Tajuk Untuk Entri, Judul Seragam. Edisi Ke-4.
Jakarta: Perpustakaan Nasional.
Permadi, Agus. (2000). Winisis Untuk Pustakawan Dokumentalis dan Arsiparis. Jakarta:
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah.
Suwarno, Wiji. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan: Sebuah Pendekatan Praktis.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Modul 3 Katalogisasi 20

Pengertian Klasifikasi Perpustakaan

KLASIFIKASI

A. Pengertian
Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis pada sejumlah objek,
gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu
berdasarkan ciri-ciri yang sama (Hamakonda dan Tairas, 1999: 1). Menurut Suwarno
(2007: 66), secara umum klasifikasi terbagi dalam dua jenis, yaitu:
1. Klasifikasi artifisial (artificial classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka
berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka
tersebut. Misalnya berdasarkan warna buku atau tinggi buku.
2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu klasifikasi bahan
pustaka berdasarkan isi atau subjek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan
pustaka meskipun kulitnya berganti-ganti atau formatnya diubah.
Klasifikasi fundamental ini yang sering digunakan perpustakaan saat ini.
Ada beberapa jenis klasifikasi perpustakaan yang digunakan, diantaranya:
1. Dewey Decimal Classification (DDC)
2. Universal Decimal Classification (UDC)
3. Library of Congress Classification
Dari ketiga sistem klasifikasi di atas, yang paling banyak digunakan di
perpustakaan adalah Dewey Decimal Classification (DDC). Pada modul ini hanya akan
diuraikan Dewey Decimal Classification (DDC). Selain itu, juga akan diuraikan home
classification dimana sistem klasifikasi ini berbeda dengan sistem klasifikasi yang
umum digunakan untuk jenis koleksi tertentu yang dimiliki perpustakaan dengan
alasan efisiensi proses temu kembali informasi.

B. Dewey Decimal Classification (DDC)
Dewey Decimal Classification diciptakan oleh seorang pustakawan Ambhers
College bernama Melvil Dewey pada tahun 1873.


Modul 2 Klasifikasi 2

1. Unsur-Unsur Pokok DDC
Menurut Hamakonda dan Tairas (1999: 2-3), sistem ini memiliki unsur-
unsur pokok antara lain:
a. Sistematika pembagian ilmu pengetahuan yang dituangkan ke dalam
suatu bagan yang lengkap dan dilandaskan pada beberapa prinsip dasar
tertentu.
b. Notasi, yang terdiri dari serangkaian simbol berupa angka, yang
mewakili serangkaian istilah (yang mencerminkan subjek tertentu) yang
terdapat pada bagan.
c. Indeks relatif, yang terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian
aspek-aspeknya yang disusun secara alfabetis, dan memberikan
petunjuk berupa nomor kelas, yang memungkinkan orang mencari tajuk
yang tercantum dalam indeks bagan.
d. Tabel pembantu, yang berbentuk serangkaian notasi khusus, yang
dipakai untuk menyatakan aspek-aspek tertentu yang selalu terdapat
dalam beberapa subjek yang berbeda. Terdapat 7 tabel pembantu,
yaitu:
i. Tabel 1 Subdivisi Standar
ii. Tabel 2 Wilayah
iii. Tabel 3 Subdivisi Kesusastraan
iv. Tabel 4 Subdivisi Bahasa
v. Tabel 5 Ras, Bangsa, Kelompok Etnis
vi. Tabel 6 Bahasa
vii. Tabel 7 tentang Orang/Pribadi
e. Di samping itu, sistem klasifikasi harus menyediakan kelas untuk Karya
Umum, untuk menempatkan karya-karya yang begitu luas cakupannya,
sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu kelas utama
manapun.
Sistem ini membagi ilmu ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama.
Masing-masing kelas utama dibagi lagi menjadi 10 divisi. Masing-masing divisi
dibagi lagi menjadi 10 seksi. Sehingga terdapat 10 kelas utama, 100 divisi, dan
1000 seksi.
Modul 2 Klasifikasi 3



SeksiSeksiSeksiSeksi 330 Ilmu Ekonomi 331 Ekonomi Perburuhan 332 Ekonomi Keuangan 333 Ekonomi Tanah 334 Koperasi 335 Sosialisme 336 Keuangan Negara 337 Ekonomi internasional 338 Produksi & Industri 339 Makroekonomi

DivisiDivisiDivisiDivisi 300 Ilmu-ilmu Sosial 310 Statistik 320 Ilmu Politik 330 Ilmu Ekonomi 340 Ilmu Hukum 350 Administrasi Negara 360 Layanan Sosial Asosiasi 370 Pendidikan 380 Perdagangan, Komunikasi, Pengangkutan 390 Adat Istiadat & Kebiasaan, Etiket Folklor

Kelas UtamaKelas UtamaKelas UtamaKelas Utama 000 Karya Umum 100 Filsafat 200 Agama 300 Ilmu-ilmu Sosial 400 Bahasa 500 Ilmu Murni 600 Ilmu Terapan 700 Kesenian 800 Kesusastraan 900 Sejarah dan Geografi
Contoh:

2. Proses Pembentukan Notasi
Kadangkala suatu subjek dari sebuah bahan pustaka tidak hanya cukup
diambil dari notasi dasar yang ada dalam bagan DDC. Dengan demikian, DDC
meyediakan table pembantu yang dapat digunakan dalam pembentukan notasi-
notasi yang tidak hanya cukup dengan notasi dasar DDC. Cara menggabungkan
notasi dasar dengan table pembantu adalah sebagai berikut:
a. Tabel 1 Subdivisi Standar (T1)
Tabel ini secara ringkas adalah sebagai berikut:
-01 Filsafat dan teori
-02 Aneka ragam
-03 Kamus, ensiklopedi, konkordans
-04 Topik-topik khusus
-05 Penerbitan berseri
-06 Organisasi dan manajemen
-07 Pendidikan, penelitian, topic-topik berkaitan
-08 Sejarah dan deskripsi berkenaan jenis-jenis orang
-09 Pengolahan historis
Terdapat 5 cara dalam pembentukkan notasi dari tabel subdivisi standar:
i. Tidak terdapat petunjuk (instruksi)
1) Notasi dasar dengan angka terakhir 0
Notasi dasar yang berakhir dengan angka 0 sebelum ditambah
notasi Subdivisi Standar (T1), angka 0 pada notasi dasar
dihilangkan terlebih dahulu. Contoh:
Ilmu Kedokteran 610
Kamus (T1) -03
Kamus ilmu kedokteran 610 + -03 ? 610.3

2)Notasi dasar tanpa angka akhir 0
Notasi dasar yang tanpa diakhiri angka 0, langsung
ditambahkan notasi Subdivisi Standar. Contoh:
Koperasi 334
Majalah (T1) -05
Majalah Koperasi 334 + -05 ? 334.05
ii. Ada petunjuk penggunaan

1)Terdaftar di dalam bagan
Kadangkala di dalam bagan sudah terdapat notasi dasar yang
tergabung dengan notasi subdivisi standar. Contohnya:
101 Teori filsafat
102 Aneka ragam filsafat
2) Ada petunjuk tertentu pada bagan
Kadangkala pada bagan ada petujuk dalam pembentukan notasi
dasar ditambah notasi subdivisi standar. Contoh:
300 Ilmu-ilmu sosial
Gunakan 300.1-300.9 untuk subdivisi standar
b. Tabel 2 Wilayah (T2)
Tabel ini secara ringkas adalah sebagai berikut:
-1 Wilayah, daerah, tempat pada umumnya
-2 Manusia pada umumnya tanpa mengindahkan wilayah, daerah
-3 Dunia jaman purbakala
-4 Eropa. Eropa Barat
-5 Asia. Timur Jauh
Modul 2 Klasifikasi 6

-6 Afrika
-7 Amerika Utara
-8 Amerika Selatan
-9 Bagian-bagian lain dari bumi dan dunia lain. Oseania
Cara pembentukkan notasi dari tabel wilayah (T2) ini adalah sebagai
berikut:
i. Ada petujuk penggunaan
Kadangkala suatu notasi dalam bagan disertai petunjuk penggunaan
tabel wilayah. Contohnya:
346 Hukum perdata
346.3-.9 Jurisdiksi dan wilayah khusus
Tambahkan notasi wilayah 3-9 dari Tabel 2 pada angka dasar 346
Indonesia (T2) -598
Hukum perdata Indonesia 346 + -598 ? 346.598
ii. Tidak terdapat petunjuk penggunaan
Jika tidak ada petunjuk pada bagan maka proses pembentukkan
notasinya adalah Notasi Dasar + -09 (T1) + T2.
Contohnya:
Pertanian 630
Asia (T1) -5
Pertanian di Asia 630 + -09 + -5 ? 630.95
iii. Menentukan notasi geografi wilayah
Notasi geografi suatu wilayah dapat dibentuk dengan:
1) Tentukan notasi dasar 910
Modul 2 Klasifikasi 7

2) Buang angka terakhir 0
3) Tambahkan notasi wilayah dari Tabel 2.
Contoh:
Geografi 910
Iran (T2) -55
Geografi India 910 + -55 ? 915.5
iv. Menentukan notasi sejarah wilayah
Notasi sejarah wilayah dapat dibentuk dengan:
1) Tentukan notasi dasar 900
2) Buang angka terakhir 0

3) Tambahkan notasi wilayah dari Tabel 2.
Contoh:
Sejarah 900
Italia (T2) -45
Sejarah Jepang 900 + -45 ? 945
c. Tabel 3 Subdivisi Kesusastraan (T3)
Tabel ini secara ringkas adalah sebagai berikut:
-1 Puisi
-2 Drama
-3 Fiksi
-4 Esai
-5 Pidato-pidato
-6 Surat-surat
Modul 2 Klasifikasi 8

-7 Satir dan humor
-8 Aneka ragam tulisan
Notasi pada tabel ini hanya dapat ditambahkan pada kelas 800. Cara
pembentukkan notasinya adalah notasi dasar kelas 800 + T3.
Contoh:
Kesusastraan Jerman 830
Puisi (T3) -1
Puisi Jerman 830 + -1 ? 831
d. Tabel 4 Subdivisi Bahasa (T4)
Tabel ini secara ringkas sebagai berikut:
-1 Sistem tulisan dan fonologi dari bentuk standar dari bahasa
-2 Etimologi dari bentuk standar bahasa
-3 Kamus dari bentuk standar bahasa
-5 Sistem struktural (tata bahasa) dari bentuk standar bahasa
-6 Prosodi
-7 Bentuk-bentuk bukan standar dari bahasa
-8 Penggunaan standar dari bahasa
-9 Lain-lain
Notasi pada tabel ini hanya dapat ditambahkan pada kelas 400.
Mekanisme pembentukkan notasinya adalah notasi dasar dari kelas 400 +
T4. Contoh:
Bahasa Inggris 420
Tata bahasa (T4) -5
Tata bahasa Inggris 420 + -5 ? 425
Modul 2 Klasifikasi 9

Dengan Tabel 4 dapat dibentuk kamus dwibahasa, sebagai berikut:
Notasi dasar bahasa (4) + Notasi Bahasa I (T6) + T4 + Notasi Bahasa II
(T6)
Contoh:
Bahasa 400
Italia (T6) -51
Kamus (T4) -3
Spanyol (T6) -61
Kamus Italia – Spanyol 400 + -51 + -3 + -61 ? 451.361
e. Tabel 5 Ras, Bangsa dan Kelompok Etnik (T5)
Ringkasan dari tabel ini adalah sebagai berikut:
-1 Ras/etnis Indonesia
-2 Ras/etnis Anglo Saxon, Inggris
-3 Ras/etnis Nordik
-4 Ras/etnis Latin Modern
-5 Ras/etnis Italia
-6 Ras/etnis Spanyol, Portugis
-8 Yunani
-9 Kelompok lain
Cara pembentukan notasinya adalah sebagai berikut:
i. Terdapat petunjuk
Adakalanya notasi pada bagan terdapat petunjuk penggabungan dengan
Tabel 5. Contoh:
Modul 2 Klasifikasi 10

155.84 Etnopsikologi, terdapat petujuk: tambahkan ras, etnik,
kelompok kebangsaan 01-99 dari Tabel 5 pada angka dasar 155.84.
Etnik Swiss (T5) -35
Etnopsikologi Swiss 155.84 + -35 ? 155.843 5
ii. Tidak terdapat petunjuk
Mekanisme pembentukkannya adalah
Notasi dasar + -089 (T1) + T5
Contohnya:
Seni Keramik 738
Bangsa Jerman (T5) -31
Seni Keramik Bangsa Jerman 738 + -089 + -31 ? 738.089 31
f. Tabel 6 Bahasa-Bahasa (T6)
Ringkasan dari tabel ini adalah sebagai berikut:
-1 Bahasa Indonesia
-2 Bahasa Inggris
-3 Bahasa Jerman
-4 Bahasa Perancis
-5 Bahasa Italia
-6 Bahasa Spanyol
-7 Bahasa Latin
-8 Bahasa Yunani
-9 Bahasa-bahasa lain
Cara pembentukkan notasinya adalah sebagai berikut:

i. Terdapat petunjuk
Modul 2 Klasifikasi 11

Jika terdapat petunjuk pada bagan ikutilah instruksinya.
Contoh:
2X1.2 Al Qur’an dan Terjemah
Ada petunjuk: Tambahkan notasi bahasa dari tabel 6 DDC pada notasi
2X1.2.
Bahasa Indonesia (T6) -1
Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia 2X1.2 + -1 ? 2X1.21

ii. Tidak terdapat petunjuk
Jika tidak terdapat petunjuk, mekanisme pembentukan notasinya
adalah sebagai berikut: notasi dasar + -0175 (T1) + T6
Contoh:
Kitab Injil 220
Bahasa Italia (T5) -5
Kitab Injil dalam bahasa Italia 220 + -0175 + -5 ? 220.175 5
3. Indeks Relatif
Indeks relatif merupakan sarana yang sangat membantu proses klasifikasi
yang disediakan oleh DDC. Indeks relatif ini merupakan daftar subjek yang
diurutkan secara alfabetis dengan disertai notasi klasifikasi. Berikut ini salah
satu contoh bagian dari indeks relatif:
Bit
Sayur 635.1
Tanaman ladang 633.4
Bokade
Hukum internasional 341.5
Militer 355.4

Modul 2 Klasifikasi 12

Cara penggunaan indeks relatif dalam proses klasifikasi adalah sebagai berikut:
a. Tentukan subjek dari koleksi
b. Cari subjek tersebut pada indeks relatif
c. Cek notasi yang didapatkan dari indeks relatif ke dalam bagan DDC

C. Home Classification
Home classification adalah sistem klasifikasi yang dibuat khusus oleh petugas
untuk mengklasifikasi koleksi tertentu yang dimiliki perpustakaan. Sistem ini dipakai
apabila di dalam perpustakaan terdapat koleksi-koleksi khusus yang dipandang lebih
efektif menggunakan sistem home classification dari pada sistem klasifikasi yang umum
digunakan, seperti DDC. Koleksi-koleksi khusus itu antara lain laporan penelitian,
disertasi, tesis, skripsi, dan lain sebagainya. Notasi yang digunakan bersifat fleksibel,
bisa berupa angka atau huruf. Beberapa alternatif yang bisa digunakan pada home
classification adalah:
Alternatif I
Menggunakan nomor urut pencatatan, sehingga notasinya
001
002
....... dst
Alternatif II
Mengelompokkan dulu topik-topik yang sama kemudian diberikan kode huruf. Selajutnya,
masing-masing topik yang diberikan kode huruf tadi diikuti nomor urut pencatatan.
Sehingga notasi yang terbentuk:
A 001
A 002
B 001
B 002
Modul 2 Klasifikasi 13

C 001
C 002
....... dst

Referensi
Hamakonda, Towa P. & Tairas, J.N.B. (1999). Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Suwarno, Wiji. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan: Sebuah Pendekatan Praktis.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Modul 2 Klasifikasi 14

पेंगेर्तियन Inventaris

INVENTARISASI
Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan semua koleksi yang dimiliki sebuah
perpustakaan. Kegiatan ini apabila dijabarkan terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) Pemberian
stempel kepemilikan perpustakaan, 2) Pemberian nomor inventaris, dan 3) Pencatatan
data koleksi dalam tabel inventaris. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual maupun
digital. Perbedaan dari kedua metode ini hanya pada media untuk proses pencatatannya
saja. Berikut ini akan kami jabarkan masing-masing tahap tersebut.
A. Inventarisasi Secara Manual
Inventarisasi secara manual adalah melakukan kegiatan inventarisasi
menggunakan buku inventaris. Kegiatan ini terdiri dari:
1. Pemberian stempel perpustakaan
Untuk menunjukkan bahwa sebuah koleksi merupakan milik perpustakaan
maka perlu diberikan tanda pada koleksi tersebut. Salah satu tanda tersebut
adalah stempel perpustakaan. Stempel perpustakaan ini berupa dua jenis:
a. Stempel tanda milik perpustakaan
Stempel ini diberikan pada beberapa halaman yang kosong dalam sebuah
koleksi. Contoh bentuk stempel ini adalah
MILIK PERPUSTAKAAN
KIMPRASWIL DIY
b. Stempel inventaris
Stempel ini digunakan untuk mencantumkan nomor inventaris dan nomor
panggil koleksi. Contoh bentuk stempel inventaris adalah
PERPUSTAKAAN KIMPRASWIL DIY
No. Inventaris
No. Panggil

2. Pemberian nomor inventaris
Nomor inventaris diberikan kepada setiap eksemplar koleksi yang dimiliki
perpustakaan. Nomor ini sifatnya unik dan khas sehingga masing-masing koleksi
akan memiliki nomor inventaris yang berbeda. Ada 2 alternatif bentuk/pola dari
nomor inventaris ini adalah:
Modul 1 Inventarisasi 2

Alternatif I
Nomor urut penerimaan/kode nama perpustakaan/kode jenis koleksi/kode asal
koleksi/tahun pencatatan
Keterangan:
• Nomor urut penerimaan : diisi nomor urut koleksi diterima di
perpustakaan
• Kode nama perpustakaan : diisi kode nama perpustakaan
Misalnya: Perpustakaan Kimpraswil DIY kodenya PKimDIY
• Kode jenis koleksi : diisi dengan kode jenis koleksi
Misalnya: B untuk Buku Teks, R untuk Referensi, dll
• Kode asal koleksi : diisi dengan kode asal koleksi,
Misalnya: Pb untuk pembelian, H untuk hadiah, dan FC untuk foto
kopi
• Tahun pencatatan : diisi tahun pencatatan
Contoh:
001/PKimDIY/B/Pb/2007
Keterangan:
001 : nomor urut pencatatan
PKimDIY : kode nama perpustakaan
B : kode koleksi untuk jenis buku teks
Pb : kode asal koleksi dari pembelian
2007 : tahun pencatatan koleksi

Alternatif II
Kode tahun pencatatan/kode asal/nomor urut penerimaan
Keterangan:
Modul 1 Inventarisasi 3

• Kode tahun pencatatan : diisi dengan kode tahun
Misalnya: tahun 1999 kodenya 99
tahun 2007 kodenya 07
• Kode asal : diisi kode asal
Misalnya: pembelian kodenya 10
hadiah kodenya 20
foto kopi kodenya 30
• Nomor urut penerimaan : diisi nomor urut penerimaan koleksi
Contoh:
07100010
Keterangan:
07 : tahun 2007
10 : koleksi berasal dari pembelian
0010 : nomor urut pencatatan
3. Pencatatan data koleksi dalam tabel inventaris
Untuk mencatat data koleksi, sebelumnya harus disiapkan tabel inventaris
pada buku inventaris. Adapun bentuk dari tabel inventaris ini meyesuaikan dengan
kebutuhan perpustakaan yang bersangkutan. Berikut ini salah satu contoh tabel
inventaris.
No. Tahun
No. Tanggal Judul Pengarang Edisi Penerbit Asal Harga No. Panggil Keterangan
Inventaris Terbit


Petunjuk pengisian tabel:
• No. (nomor) : diisi nomor urut pencatatan
Misalnya 01, 02,....dst
• Tanggal : diisi tanggal pencatatan
Modul 1 Inventarisasi 4

Misalnya 1 Februari 2007 atau 1-2-2007
• No. Inventaris : diisi nomor inventaris
Misalnya 001/PKimDIY/B/Pb/2007 atau 07100010
• Judul : diisi judul buku
Misalnya 101 Teknik Tersembunyi Dalam Windows
• Pengarang : diisi pengarang buku
Misalnya Efvy Zamidra Zam
• Edisi : diisi edisi buku
Misalnya Ed.1 (edisi pertama)
• Penerbit : diisi nama penerbit buku
Misalnya Gava Media
• Tahun terbit : diisi tahun terbit buku
Misalnya 2003
• Asal : diisi asal buku
Misalnya pembelian, foto kopi, atau hadiah
• Harga : diisi harga buku apabila dari pembelian
Misalnya Rp 25.000,-
• Nomor panggil : diisi nomor panggil koleksi
Misalnya 006/Zam/s
• Keterangan : diisi keterangan lain dari koleksi yang diperlukan
Misalnya keterangan kondisi koleksi seperti rusak, hilang, dst.

B. Inventarisasi Secara Digital
Seperti telah disinggung di bagian depan bahwa perbedaan inventarisasi
secara manual dan digital hanya terletak pada media yang digunakan untuk
pencatatan koleksi. Sehingga langkah-langkah inventarisasi secara digital sama
Modul 1 Inventarisasi 5

dengan inventarisasi secara manual. Hanya perbedaannya, pada proses pencatatan
koleksi secara manual menggunakan buku inventaris sedangkan secara digital
menggunakan media komputer. Ada beberapa program yang bisa digunakan untuk
inventarisasi secara digital, diantaranya:
1. Microsoft Word
Caranya:
Buka program Microsoft Word kemudian buatlah tabel inventaris seperti yang
dirancang dalam inventarisasi secara manual. Setelah tabel jadi isilah masing-
masing kolom seperti pengisian secara manual.

2. Microsoft Excel
Caranya:
Buka program Microsoft Excel kemudian buat tabel inventaris seperti yang
sudah dirancang dalam inventarisasi secara manual. Setelah tabel jadi isilah
masing-masing kolom seperti pengisian secara manual.
Modul 1 Inventarisasi 6



Dari kedua inventarisasi ini masing-masing mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Kalau inventarisasi secara manual mempunyai kelebihan tidak
tergantung dengan keadaan listrik sedangkan kelemahannya apabila digunakan
sebagai sarana penelusuran koleksi, cara ini akan memakan waktu lebih lama
dibanding dengan inventarisasi secara digital. Inventarisasi secara digital
mempunyai kelebihan dalam penelusuran, apabila dalam penelusuran koleksi kita
menggunakan sara ini, waktu yang kita butuhkan lebih cepat, sedangkan
kelemahannya adalah sangat tergantung dengan listrik, dalam artian apabila
listrik padam maka kita tidak bisa menggunakan sarana ini.

Modul 1 Inventarisasi