Sabtu, 05 Januari 2008

Perencanaan Pelestarian Proses Penyusunan Kebijakan Pelestarian bahan Pustaka

Perencanaan Pelestarian Proses Penyusunan Kebijakan Pelestarian bahan Pustaka

Proses penyusunan kebijakan pelestarian dimulai dari penelusuran, survey kondisi dan survey fasilitas perpustakaan.

Klik masing-masing tab dibawah ini untuk mengetahui detil survey kondisi bahan dan fasilitas perpustakaan.

Tab 1 : Survei Kondisi Bahan Pustaka
Survei Kondisi Bahan Pustaka.

Merupakan sarana untuk mengetahui kerusakan dan pelapukan bahan pustaka.

Tujuan : Menentukan kebutuhan sumber daya dan dana yang akan digunakan dalam pelestarian.
Meliputi : Kondisi kertas, kondisi jilidan dan kondisi board (cover).

Kondisi Bahan pustaka dibagi menjadi 3 tingkatan, dan dibedakan dengan cara memberinya kode – kode tertentu

Tab 2 : Survei Fasilitas Perpustakaan
Survei Fasilitas Perpustakaan

Tujuan : Untuk menyusun kebijakan pemeliharaan dan perlindungan terhadap koleksi manuskrip.

Meliputi :
- Survei Kondisi tempat penyimpanan dan ruang baca
- Survei Kondisi Lingkungan (itensitas cahaya, ultraviolet, temperatur Kelembaban dan debu)
- Survei Kondisi gedung terhadap keamanan, api dan banjir.


Perencanaan Pelestarian Kebijakan Pelestarian bahan Pustaka :

Perencanaan pelestarian dalam jangka panjang harus memiliki perencanaan tertulis yang merupakan dokumen penting suatu lembaga perpustakaan.
Perencanaan ini merupakan kerangka untuk menetapkan tujuan dan prioritas yang masuk akal, yang dapat dijadikan pedoman untuk melakukan prioritas pelestarian dalam jangka waktu tertentu.

Penyusunan perencanaan pelestarian harus memperhitungkan : Nilai Bahan Pustaka, kegunaan bagi pengguna jasa dan resiko kerusahttp://pusdiklat.pnri.go.id/elearning/perawatan/mod3/03ccc.htmlkan yang terjadi pada bahan pustaka tersebut।


Perencanaan Pelestarian Proses Penyusunan Kebijakan Pelestarian bahan Pustaka

Perencanaan Pelestarian Proses Penyusunan Kebijakan Pelestarian bahan Pustaka

Proses penyusunan kebijakan pelestarian dimulai dari penelusuran, survey kondisi dan survey fasilitas perpustakaan.

Klik masing-masing tab dibawah ini untuk mengetahui detil survey kondisi bahan dan fasilitas perpustakaan.

Tab 1 : Survei Kondisi Bahan Pustaka
Survei Kondisi Bahan Pustaka.

Merupakan sarana untuk mengetahui kerusakan dan pelapukan bahan pustaka.

Tujuan : Menentukan kebutuhan sumber daya dan dana yang akan digunakan dalam pelestarian.
Meliputi : Kondisi kertas, kondisi jilidan dan kondisi board (cover).

Kondisi Bahan pustaka dibagi menjadi 3 tingkatan, dan dibedakan dengan cara memberinya kode – kode tertentu

Tab 2 : Survei Fasilitas Perpustakaan
Survei Fasilitas Perpustakaan

Tujuan : Untuk menyusun kebijakan pemeliharaan dan perlindungan terhadap koleksi manuskrip.

Meliputi :
- Survei Kondisi tempat penyimpanan dan ruang baca
- Survei Kondisi Lingkungan (itensitas cahaya, ultraviolet, temperatur Kelembaban dan debu)
- Survei Kondisi gedung terhadap keamanan, api dan banjir.


Perencanaan Pelestarian Kebijakan Pelestarian bahan Pustaka :

Perencanaan pelestarian dalam jangka panjang harus memiliki perencanaan tertulis yang merupakan dokumen penting suatu lembaga perpustakaan.
Perencanaan ini merupakan kerangka untuk menetapkan tujuan dan prioritas yang masuk akal, yang dapat dijadikan pedoman untuk melakukan prioritas pelestarian dalam jangka waktu tertentu.

Penyusunan perencanaan pelestarian harus memperhitungkan : Nilai Bahan Pustaka, kegunaan bagi pengguna jasa dan resiko kerusahttp://pusdiklat.pnri.go.id/elearning/perawatan/mod3/03ccc.htmlkan yang terjadi pada bahan pustaka tersebut।


KOLEKSI BAHAN RUJUKAN PERPUSTAKAAN

KOLEKSI BAHAN PERPUSTAKAAN
Kamis, 06 Desember 2007
JENIS KOLEKSI
Bahan perpustakaan yang disediakan untuk kepentingan belajar, informasi, rekreasi cultural dan penelitian bagi semua
lapisan masyarakat mulai anak-anak, remaja maupun dewasa terdiri dari berbagai disiplin ilmu penetahuan dan teknologi
yang bersifat ilmiah dan non ilmiah (fiksi) meliputi :
1. Karya Cetak berupa buku teks, buku referensi (rujukan) seperti ensiklopedi, kamus, almanac, annual, direktori, manual,
handbook, biografi, sumber geografi, terbitan pemerintah seperti peraturan perundang-undangan, laporan penelitian,
terbitan berkala berupa majalah, bulletin, jurnal dan surat khabar.
2. Karya Rekam berupa Kaset Audio, VCD, CD,Cd-Rom Pengetahuan, Video Cassette, Televisi dsb.
3. Media Elektronis yang disebut tidak direkam atau not recorded yaitu media penyimpanan informasi berupa pangkalan
data yang ditayangkan melalui monitor computer, sebagai contoh yaitu internet.
Pengelompokan bahan perpustakaan berdasarkan subyek ilmu pengetahuan dengan menggunakan System
Persepuluhan Dewey (DDC=Dewey Decimal Classification) sebagai berikut :
000 Karya Umum
100 Filsafat dan Psikologi
200 Agama
300 Ilmu-ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu Murni
600 Teknologi Terapan
700 Olah Raga dan Seni
800 Kesusasteraan
900 Sejarah dan Geografi
KOLEKSI BUKU REFERENSI (RUJUKAN)
SUMBER LANGSUNG (DIRECT SOURCE TYPE)
Yaitu bahan perpustakaan yang langsung dapat memberikan informasi, termasuk jenis koleksi ini adalah :
1. Ensiklopedia, adalah suatu daftar subyek yang disertai keterangan-keterangan tentang difinisi, latar belakang dan data
bibliografisnya disusun secara alfabetis dan sistematis. Ensiklopedia merupakan bahan rujukan yang berisi informasi
tentang berbagai hal atau ilmu pengetahuan secara mendasar dan bersifat umum pada informasi yang lebih lanjut.
Untuk memudahkan penggunaannya, ensiklopedia dilengkapi dengan penjurus atau disebut juga INDEKS yaitu
petunjuk dari suatu istilah menuju ke nomor, volume dan nomor halaman sehingga dalam penelusuran informasinya
akan cepat dan tepat.
Ensiklopedi mempunyai 3 tujuan utama yaitu :
a. Source of answer to fact question, yaitu sebagai sumber jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan fakta
dan kenyataan serta data-data.
b. Source of background information, yaitu sebagai sumber informasi yang memuat topic atau pengetahuan dasar yang
ada hubungannya dengan suatu subyek dan berguna untuk penelusuran lebih lanjut.
c. Direction Service, yaitu merupakan suatu layanan pengarahan terhadap bahan-bahan lebih lanjut untuk para pembaca
terhadap topic-topik yang dibahas. Direction Service ini umumnya ditonjolkan dalam bentuk suatu daftar
bacaan/bibliografi/referensi yang dianjurkan untuk dibaca atau dipelajari dan terdapat pada akhir artikel.
2. Kamus, merupakan bahan rujukan yang memuat informasi tentang kata atau istilah yang berkaitan dengan ejaan, arti,
atau definisi, cara pengucapan, asal kata, dan cara pemakainnya dalam kalimat.
Perbedaan dengan ensiklopedi yaitu bahwa kamus lebih menekankan pada kata-kata atau istilah itu sendiri, sedangkan
ensiklopedi lebih menekankan pada materi dari suatu kata atau istilah. Perlu diketahui tidak semua buku yang berkaitan
dengan kata atau istilah disebut kamus. Beberapa buku yang memuat informasi tentang kata atau istilah ada yang
disebut lexicon, glossary, dan thesaurus serta daftar istilah.
3. Almanak, adalah bahan rujukan yang menyerupai suatu kalender kegiatan dalam setahun berisi :
a. Kalender atau penanggalan, kadang-kadang disertai data peristiwa astronomis antata lain gerakan benda-benda langit
misalnya, posisi matahari, bulan, planet, dan bintang dsb. Untuk keperluan navigasi laut Di samping itu ada juga
almanac yang berisi informasi tanggal, bulan dan tahun kelahiran.
b. Data pemerintahan, sejarah, geografi, dan iklim, kependudukan, serta statistika informasi lainnya atau kadang-kadang
terbatas pada sebuah bidang saja.
Pada umumnya almanac terbit setiap tahun. Di bidang navigasi laut (pelayanan) dan pertanian, almanac sangat
dipercaya sebagai petunjuk atau pegangan.
Badan Perpustakaan Daerah Prov. Jawa Barat
http://bapusda.com Dikonfigurasi untuk Bapusda! Generated: 6 January, 2008, 02:21
Contoh buku rujukan ini :
Ø Almanak Indonesia. Jakarta : Biro Pusat Statistik, 2003
Ø Almanak 1900 – 2025
4. Buku Pegangan (Hand Book) dan buku petunjuk (Manual)
a. Buku Pegangan (Hand Book), yaitu buku rujukan yang berisi ikhtisar pokok bahasan atau subyek tertentu mengenai
suatu ilmu pengetahuan yang digunakan untuk petunjuk dalam penerapan prakteknya atau dalam memberikan pelajaran
(mengajar). Jenis buku ini sering disebut juga buku panduan atau pedoman. Contoh buku rujukan ini yaitu Pedoman
Penyelenggaraan Perpustakaan Desa Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2000.
b. Buku Pedoman (Manual), yaitu buku rujukan yang berisi informasi cara melakukan suatu kegiatan, petunjuk praktis
mengenai suatu jenis pekerjaan? Cara krja suatu alat atau piranti tertentu. Contoh buku rujukan ini yaitu Buku Manual
Televisi.
5. Buku Tahunan, dalam istilah asing (Inggris) buku tahunan sama dengan Yearbook atau annual. Buku tahunan ini yaitu
terbitan yang bersifat tahunan isinya mengulas (review) perkembangan atau kejadian dalam setahun, merekam informasi
terbaru dan menyajikan dalam bentuk model statistic. Kedua bahan rujukan ini biasa terbit setiap tahun yang berisi
informasi tentang :
a. Perkembangan terakhir atau kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana suatu badan, lembaga, instansi, atau organisasi
dalam tahun sebelumnya.
b. Yang bersangkutan dengan sejarah, perkembangan suatu lembaga, badan, organisasi nasional maupun internasional
selama setahun.
c. Dalam penyajian informasinya yearbook biasanya dengan memberi data statistic sedangkan annual tidak menekankan
pada data statistic.
Contoh bahan rujukan ini antara lain Laporan tahunan Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Barat 2004 atau
Annual report for 2003.
6. Direktori, adalah buku rujukan yang berisi daftar nama orang ( pejabat), lembaga, badan, organisasi yang dilengkapi
dengan alamat, kegiatan, kode, dan data lain yang disusun secara alfabetis dan sistematis atau urutan kode-kode
nomor. Dengan demikian melalui direktori kita dapat menemukan I formasi tentang keberadaan suatu organisasi,
lembaga, badan atau peorangan.
Contoh bahan rujukan yaitu buku petunjuk telepon Bandung.
Jakarta : Elnusa, 2004 atau Direktori Perpustakaan Desa di Jawa Barat.
Bandung : Badan perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Barat, 2003
7. Sumber Biografi, Istilah biografi berasal dari bahasa Yunani yaitu Bios berarti hidup dan grafein berarti menulis. Dalam
The Consice Oxford Dictionary, Biografy berarti penulisan tentang kehidupan seseorang. Secara lebih lengkap biografi
dapat diartikan sebagai pengungkapan ulang kehidupan seseorang yang diperoleh dari ingatan, dari bahan tertulis atau
secara lisan. Informasi yang terkandung dalam suatu biografi diantaranya : nama, tempat dan tanggal lahir, alamat,
keadaan keluarga, pendidikan, riwayat pekerjaan keikutsertaan dalam organisasi social dan masyarakat atau profesi,
karya tulis atau publikasi, foto, tempat dan tanggal meninggal kalau sudah meninggal.
8. Terbitan Pemerintah, yaitu bahan rujukan yang diterbitkan secara resmi oleh pemerintah melalui lembaga resmi yang
berisi informasi yang berkaitan dengan masalah pemerintahan atau masalah-masalah untuk kepentingan umum.
Informasi dalam terbitan pemerintah disusun secara sistematis menurut pokok masalah, secara kronologis atau sesuai
dengan urutan nomor perundang-undangan atau peraturan-peraturan. Untuk memudahkan dalam penelusuran
informasinya dapat dilihat dari daftar isi bahan rujukan tersebut. Contoh terbitan ini : Karya perundang-undangan,
peraturan-peraturan, keputusan-keputusan dan sebagainya dan Lembaran Negara serta tambahan lembaran Negara.
9. Peraturan dan Perundang-undangan, bahan referensi atau rujukan berupa peraturan adalah karya intelektual yang
diterbitkan secara resmi oleh pemerintah melalui lembaga resmi yang berisi informasi yang berkaitan dengan kaidah
yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan yang menyangkut masalah
pemerintahan atau masalah-masalah untuk kepentingan umum yang harus dijalankan dan dipatuhi.
10. Sumber geografi, bahan rujukan yang termasuk dalam sumber geografi terdiri dari beberapa jenis.
a. Peta yaitu bahan rujukan yang memuat informasi tentang lingkup geografis suatu tempat misalnya peta Jawa Barat,
peta Kota Bandung dan sebagainya. Atlas yaitu bahan rujukan yang merupakan kumpulan peta misalnya atlas Indonesia.
b. Globe yaitu atlas atau peta yang dibentuk sedemikian rupa sehingga bentuknya menyerupai aslinya.
c. Gazetir yaitu kamus ilmu bumi cakupannya mengenai lokasi suatu tempat, uraian diberikan secara singkat termasuk
angka-angka statistic, luas wilayah, jumlah penduduk dan sebagainya. Didalam gazetir tidak dimuat gambar-gambar
peta lokasi melainkan hanya disebut dengan angka-angka posisi suatu tempat di bumi atau angkasa luar misalnya pada
koordinat (bujur dan lintang) berapa posisi suatu tempat, juga apa cirri-ciri tempat itu (temperature, iklim dan kelembaban
dan sebagainya).
Badan Perpustakaan Daerah Prov. Jawa Barat
http://bapusda.com Dikonfigurasi untuk Bapusda! Generated: 6 January, 2008, 02:21
d. Guidebooks disebut juga pemandu wisata atau buku perjalanan yaitu buku rujukan yang dapat digunakan sebagai alat
pemandu bagi para wisarawan berisi informasi geografi mengenai wilayah tertentu dengan berbagai obyek wisatanya.
11. Publikasi hasil penelitian, bahan rujukan ini yaitu berisi informasi hasil penyelidikan atau penelitian yang menyajikan
penemuan-penemuan dan kesimpulan serta disampaikan kepada sebuah badan atau pengawas. Yang termasuk dalam
publikasi ini antara lain tesis dan disertasi yaitu bahan rujukan yang berisi informasi hasil penelitian dan biasanya tulisan
ini merupakan suatu persyaratan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan, serta laporan hasil penelitian dari suatu
lembaga penelitian yaitu suatu pernyataan dari lembaga penelitian mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
dan hasil yang dicapainya.
12. Karya Sejarah, yaitu bahan rujukan yang memuat informasi tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang
benar-benar terjadi di masa lampau. Contoh 30 Tahun Indonesia Merdeka.
13. Terbitan Berkala, yaitu merupakan bentuk publikasi yang pada umumnya memuat berbagai tulisan, baik yang umum
maupun yang khusus dari berbagai pengarang serta berisi pula berbagai keterangan atau berita dan artikel. Terbitan
berkala ini pada umumnya memuat informasi mutakhir. Untuk melihat tingkat kemutakhirannya ini bisa dilihat dari
frekuensi penerbitannya. Jenis terbitan berkala dapat berupa surat kabar, majalah, bulletin, jurnal dan brosur atau
pamflet.
SUMBER TAK LANGSUNG ( INDIRECT SOURCE TYPE )
Sumber rujukan ini yaitu jenis kelompok bahan rujukan yang tidak dapat memberikan informasi yang dicari secara
langsung tetapi hanya memberikan petunjuk atau arah kepada sumber informasi yang sebenarnya. Di Perpustakaan
bahan kelompok bahan rujukan ini disebut juga alat telusur atau sarana temu balik informasi. Berikut ini yang dapat
digunakan oleh para pengguna perpustakaan untuk memudahkan penelusuran informasi yang termuat dalam berbagai
terbitan.
1. Katalog Perpustakaan adalah daftar buku yang dimiliki suatu atau sekelompok perpustakaan yang disusun menurut
system tertentu.
Katalog memuat informasi bibliografis lengkap dari suatu buku yang memuat keterangan-keterangan tentang suatu buku
mulai dari pengarang, judul, edisi, penerbit, deskripsi fisik dst. Jenis catalog yang biasa disediakan di suatu
perpustakaan adalah catalog pengarang, judul dan subjek. Maksud penyusunan ketiga catalog ini yaitu untuk
memberikan kemudahan dalam penelusuran buku atau terbitan-terbitan yang diperlukan oleh pengguna dan pengelola
perpustakaan atau pun pustakawan yang hanya mengetahui pengarangnya saja, dan hanya mengetahui judul atau
subjeknya saja.
2. Accesion List yaitu daftar tambahan buku yang baru diterima atau diadakan oleh suatu perpustakaan. Informasi yang
dimuat dalam accession list pada dasarnya sama dengan apa yang dimuat dalam catalog.
3. Indeks adalah daftar istilah (topic-topik informasi) yang disusun berdasarkan urutan abjad atau dengan system tertentu
dan disertai keterangan yang menunjukkan tempat istilah tersebut berada.
4. Bibliografi adalah daftar bahan perpustakaan atau buku yang telah terbit. Karena tugas bibliografi mendaftar bukubuku
atau bahan lain yang diterbitkan disuatu daerah atau Negara tertentu, maka bibliografi dapat digunakan untuk
mendeteksi terbitan daerah yang bersangkutan.
5. Abstrak atau sari karangan yaitu sebenarnya masih serumpun dengan indeks dan fungsinya sama sebagai alat
penelusuran informasi. Perbedaannya dengan indeks yaitu kalau indeks hanya sampai pada penunjukkan tempat suatu
informasi berada, sedangkan abstrak di samping menunjukkan tempat informasi, juga memuat tambahan keterangan
dari informasi yang diabstraknya berupa ringkasan isi karangan sekitar 50 sampai 250 kata.
Dari uraian di atas, dapat dirangkum informasi yang dimuat dalam setiap jenis buku referensi atau rujukan yang dapat
dijadikan sebagai sumber informasi untuk kepentingan pendidikan maupun penelitian.
Badan Perpustakaan Daerah Prov. Jawa Barat
http://bapusda.com Dikonfigurasi untuk Bapusda! Generated: 6 January, 2008, 02:२१
http://bapusda.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=69

Riset Pemakai Perpustakaan dan Interpersonal Skill Diperlukan

18 Apr 2002

Riset Pemakai Perpustakaan dan Interpersonal Skill Diperlukan


Perlu dilakukan riset pemakai perpustakaan dengan kegiatannya yang dirancang ke bentuk human development index pada perubahan cepat di lingkungan dan era informasi yang serba cepat dan tidak pasti, disamping juga adanya keterkaitan integrasi pemakai dengan sistem informasi yaitu antara kebutuhan pemakai, perpustakaan dan sumber informasi dikaitkan dengan prilaku pencarian informasi, jika Perpusnas ingin menjadi lending library, namun di sisi lain Perpusnas bukan lending library, tetapi lebih adalah lembaga yang memberikan policy dan pembinaan kepada perpustakaan lain yang cakupannya lebih kecil, jadi orientasi utama sebenarnya tidak pada pelayanan pemakai demikian papar Putu Laxman Pendit yang tampil sebagai pembicara terakhir dengan makalahnya Memahami Pemakai : Strategi Penyediaan Jasa Pepustakaan pada Workshop Etika Layanan Perpustakaan Selasa, 16 April 2002 di Auditorium, Perpusnas RI Salemba.


Acara yang diawali Laporan Kegiatan oleh Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, Sungkowo Rahardjo ini mengambil tema Profesionalisme petugas layanan meningkatkan etos kerja kita wujudkan layanan prima workshop di buka oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI Dady P. Rachmananta yang dalam sambutannya mengatakan bahwa petugas layanan mempunyai tugas yang demikian berat berkaitan dengan tanggung jawabnya dalam memberi layanan informasi yang dinilai adalah dari sikap profesionalisme dalam bentuk bentuk layanan prima kepada pemakai perpustakaan, yang diharapkan tidak hanya slogan, tetapi dapat diwujudkan dengan bekerja keras dan mempunyai tekad untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.



Tiga pembicara lain pada acara yang dipandu Soraya Haque (sesi I) dan Ade Kohar (Sesi II) yaitu Lily Irawati Roesma Dosen JIP-UI, membawakan makalah tentang Cara Berkomunikasi Yang efektif Dengan Pengguna Perpustakaan yang intinya bahwa jika Pustakawan menguasai bidang ilmu yang digelutinya, percaya diri, pandai berkomunikasi menyenangi dan menghayati pekerjaan yang ditunjukkan dalam sikap dan penampilan yang baik serta menjalin kerjasama harmonis ke pengguna maka hal itu akan bisa memuaskan pengguna dan menjadikan komunikasi lebih efektif. Pembicara kedua Retno Lelyani Dewi, Psikolog dengan makalah Pemahaman Psikologis Terhadap Pemakai Jasa Layanan Perpustakaan lebih menekankan pada pengenalan karakter pemakai jasa dan menciptakan hubungan baik dengan pengguna. Sementara itu Sugiarto, dari Universitas Negeri Jakarta menyatakan bahwa motivasi yang mendalam dan kepuasan kerja harus dimiliki setiap pustakawan, di samping harus menguasai ketrampilan di bidangnya dengan kepercayaan diri yang tinggi ditambah dengan kemampuan manajerial yang memadai bahwa interpersonal skill pustakawan mengacu pada good interpersonal dan good performance.



Selain peserta workshop yang berjumlah sekitar 100 orang sebagian besar merupakan petugas layanan di Pusat Jasa Perpustakan dan Informasi ini, hadir pula para pejabat eselon diantaranya Sekretaris Utama, Supriyanto, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Paul Permadi yang sekaligus menutup workshop menjelang sore hari serta pejabat lain dilingkungan Perpusnas RI.

http://www.pnri.go.id/official_v2005.5/activities/news/index.asp?box=detail&id=20045121130145&from_box=list&page=50&search_keyword=

USER EDUCATION

PERUBAHAN PRILAKU DAN KOMPETENSI INFORMASI
BAGI PARA PENGGUNA PERPUSTAKAAN MADRASAH ALIYAH

Oleh:
Ade Abdul Hak*


A. Latar Belakang

Perpustakaan merupakan unit yang mempunyai peran strategis dalam mendukung kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya bagi madrasah adalah sebagai salah satu unit penunjang kegiatan pembelajaran. Perpustakaan merupakan pusat dan sumber belajar serta sarana pembelajaran yang mempunyai tugas pokok dalam penyediaan, pengelolaan, dan pelayanan informasi bagi pengguna di lingkungan madrasah.

Dengan perannya yang strategis, perpustakaan perlu didukung oleh kemampuan teknik-teknik yang efesien dan efektif dalam penggunaan sarana (layanan) perpustakaan untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh pemakainya, karena kemampuan mencari informasi tidak kalah pentingnya dengan informasi itu sendiri. Permasalahannya bahwa ternyata masih banyak siswa yang belum tahu atau bahkan tidak mempunyai pengetahuan dasar teknik penggunaan perpustakaan yang dibutuhkannya. Mereka belum pernah mengenal pendidikan pemakai perpustakaan (user education), dan metode pembelajaran di kalangan guru pun tidak mengarah kepada penggunaan perpustakaan yang efektif dan efesien.

Permasalahan ini sekarang menjadi bertambah berat dengan adanya perkembangan pengetahuan yang semakin cepat. Suatu sisi para siswa, bahkan ada sebagian dosen, belum memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menggali informasi yang ada di perpustakaan. Di sisi lain pertumbuhan pengetahuan semakin cepat seiring perkembangan teknologi dan informasi.

Melihat gambaran efektivitas penggunaan sarana penelusuran hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dalam “Profil Sumber Informasi Perpustakaan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2001”, menunjukkan bahwa 58.5% pemakai perpustakaan tidak pernah menggunakan kartu katalog dalam pencarian informasi di perpustakaan, dan 39.4% yang kadang-kadang menggunakan dan kadang-kadang juga tidak. Pertama, mereka tidak tahu sama sekali fungsi alat bantu tersebut ; kedua, mereka tahu tetapi buku di rak tidak cocok dengan nomor panggil kartu ( keadaan buku tidak sesuai dengan urutan nomor klas) akibat ulah pemakai lain yang tidak tahu fungsi urutan “call number” pada buku dan kartu ; ketiga, mereka merasa lebih cepat melakukan “browsing” ke rak buku karena jumlah buku masih sedikit.

Kesimpulan penelitian itu menyatakan bahwa perlunya pembudayaan pendidikan pemakai perpustakaan sejak dini sebelum mereka memasuki perguruan tingggi agar mereka mempunyai bekal dalam memanfaatkan sarana perpustakaan secara efektif dan efesien. Pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan perpustakaan secara efektif dan efesien ini akan dijadikan pegangan dasar ke perpustakaan manapun mereka pergi, mereka dapat dengan mudah mencari informasi yang dibutuhkan.


B. Perubahan Prilaku Pengguna Perpustakaan

Hakikat prilaku pada dasarnya adalah segala sesuatu yang dikatakan atau dikerjakan seseorang.[1] Pendapat lain mengatakan bahwa prilaku adalah penampilan yang ditetapkan dalam suatu kejadian yang secara kebetulan dapat berfungsi untuk penguatan (reinforcement). Prilaku ini dapat dipelihara/ dipertahankan dalam periode yang cukup lama.[2]

Reinforcement artinya sesuatu yang diperkuat atau dipergunakan atau yang selalu diingat kembali. Dali Gulo seperti yang dikutip Sukardi mengatakan bahwa reinforcement ialah tindakan memperkuat dengan menambah sesuatu; setiap keadaan yang memperbesar kemungkinan suatu respons tertentu akan muncul kembali dalam situasi yang sama; dalam operant conditioning, merupakan prosedur eksperimental untuk segera menyertai sebuah respons dengan sebuah reinforcement dengan tujuan untuk memperkuat respons tersebut.[3]

Dalam kaitan ini maka perubahan prilaku dapat dilakukan melalui reinforcement kepada si subyek belajar yang dalam kesempatan kali ini adalah para pemakai perpustakaan di kalangan siswa madrasah aliyah yang mencari buku sumber ajar atau informasi sesuai dengan kebutuhan pembelajarannya.

Dengan menggunakan konsep dasar psikologis, khususnya dalam konteks pandangan behaviorisme, kita dapat menyatakan bahwa praktik pendidikan itu pada hakikatnya merupakan usaha conditioning ( penciptaan seperangkat stimulus) yang diharapkan pula menghasilkan pola-pola prilaku (seperangkat response) tertentu.[4] Sehingga keberadaan pendidikan pemakai bagi para siswa madrasah aliyah (pengguna perpustakaan) diharapkan dapat menghasilkan pola-pola prilaku prestasi belajar (achievment) dalam term-term pengetahuan (penalaran), sikap ( penghayatan) dan keterampilan (pengamalan) dalam menggunakan sarana perpustakaan secara efektif.

Indikator-indikator atau manifestasi dari perubahan dan perkembangan prilaku tersebut bisa berupa:
a. Pengetahuan, misalnya: dari yang tadinya tidak tahu penggunaan susunan klasifikasi untuk pengelolaan buku-buku atau koleksi lainnya menjadi tahu makna dan manfaatnya, sehingga dapat menggunakan katalog untuk penemuan kembali buku-buku yang dibutuhkan.
b. Sikap, misalnya: dari yang tadinya bersikap perpustakaan hanya sebagai tempat penyimpanan buku menjadi perpustakaan sebagai tempat untuk mencari informasi (sumber belajar), sehingga selalu datang ke perpustakaan untuk memenuhi segala kebutuhan informasinya baik itu yang berhubungan langsung dengan perkuliahannya maupun untuk keperluan informasi lainnya.
c. Keterampilan, misalnya: dari yang tadinya sering menyobek buku atau koleksi lainnya menjadi perhatian untuk memelihara keberadaannya dengan cara menjaga kerapihan dan menempatkan kembali sesuai dengan susunan klasifikasi atau “call number” buku di rak atau sarana perpustakaan lainnya.
Ragam prilaku yang ingin diperoleh sebagai hasil belajar tersebut meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini sejalan dengan Bloom yang mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni: kognitif, afektif dan psikomotor.[5]

Apakah arah ( positif, negatif, atau meragukan ) dari perubahan dan perkembangan itu serta kualifikasinya ( tinggi, sedang, rendah atau gagal/berhasil, memadai, tidak memadai, lulus atau tidak lulus, memuaskan atau tidak memuaskan, dapat diterima atau tidak, berdasarkan perangkat kriteria yang telah ditetapkan) jelas akan bergantung pada faktor (conditioning, pendidikan) di samping faktor (siswanya, pelajar).[6] Kontribusi pengaruh pendidikan pemakai pada penelitian kali ini secara teoritis akan mencoba melihat dari segi atau aspek apa yang diharapkan oleh pendidikan pemakai perpustakaan tersebut untuk setiap jenjangnya.

C. Kompetensi Informasi Pemakai Perpustakaan

Tidak dapat dipungkiri, bagaimanapun perpustakaan merupakan jantungnya sebuah lembga pendidikan. Perumpamaan perpustakaan sebagai sebuah jantung bagi suatu institusi pendidikan adalah mengidentifikasikan bahwa keberadaan perpustakaan begitu sangat penting dan berperan sekali untuk menunjang proses pendidikan, belajar mengajar dan penelitian. Oleh karenanya, para pemakai perpustakaan dituntut agar menguasai berbagai kompetensi informasi ( pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat menggunakan atau memanfaatkan berbagai fasilitas perpustakaan dengan efektif), terlebih dengan adanya ledakan informasi dan tuntutan kurikulum pada era globalisasi ini. Dalam hal ini Davies mengatakan, “learning how to use library is a basic component of ... (any) instructional programs”.[7]

Lebih jauh lagi Rice berpendapat dalam buku Teaching Library Use, bahwa:
“Education has always included a commitment to strong library collection and some instruction in its use. Morever, in recent years more and more educators and librarians at all levels have decided that every citizen should have basic skill in library research. The need for quick and current information is becoming perpasive in every human endevor. Students who don’t acquire essential library use competencies are now more likely to consider it major shortcomng in thier education.”[8]

Kesimpulannya adalah terampil menggunakan perpustakaan merupakan suatu hal yang perlu dipelajari, seperti yang dinyatakan oleh Tan Ngee Tiang bahwa “the ability to acquire these information skills, however are not innate. It must be conciously acquired”.[9]

Untuk mengetahui materi dan tujuan apa saja yang ingin dicapai dalam proses pendidikan pemakai ini, kita bisa melihat tingkatan atau jenjang pendidikan pemakai sebagaimana yang diklarifikasikan oleh Rice (1981).

1. Orientasi Perpustakaan.
Materi yang diajarkan berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara umum, biasanya diberikan ketika siswa/mahasiswa baru memasuki suatu lembaga pendidikan bersangkutan, materinya antara lain:
- Pengenalan Gedung Perpustakaan.
- Pengenalan Katalog dan Alat Penelusuran lainnya.
- Pengenalan beberapa sumber bacaan termasuk bahan-bahan rujukan dasar.

Tujuan yang ingin dicapai:
Ø Mengenal fasilitas-fasilitas fisik gedung perpustakaan itu sendiri.
Ø Mengenal bagian-bagian layanan dan staf dari tiap bagian secara tepat.
Ø Mengenal layanan-layanan khusus seperti penelusuran melalui komputer, layanan peminjaman, dll.
Ø Mengenal kebijakan-kebijakan perpustakaan seperti prosedur menjadi anggota, jam-jam layanan perpustakaan, dll.
Ø Mengenal pengorganisasian koleksi dengan tujuan untuk mengurangi kebingungan pemakai dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.
Ø Termotivasi untuk datang kembali dan menggunakan sumber-sumber yang ada di perpustakaan.
Ø Terjalinnya komunikasi yang akrab antara pemakai dengan pustakawan.


2. Pengajaran Perpustakaan.
Materi yang diajarkan merupakan penjelasan lebih dalam lagi mengenai bahan-bahan perpustakaan secara spesifik, materinya antara lain:
- Teknik penggunaan indeks, katalog, bahan-bahan rujukan, dan alat-alat bibliografi.
- Penggunaan bahan atau sumber pustaka sesuai dengan masing-masing jurusan.
- Melaksanakan teknik-teknik penelusuran informasi dalam sebuah tugas penelitian atau pembuatan karya ilmiah lainnya.

Tujuan yang ingin dicapai:
Ø Dapat menggunakan pedoman pembaca untuk mencari bahan-bahan artikel.
Ø Dapat menemukan buku-buku yang berhubungan dengan subyek khusus melalui katalog.
Ø Dapat menggunakan bentuk mikro dan alat-alat baca lainnya secara tepat.
Ø Dapat menggunakan alat rujukan khusus seperti Ensiklopedi Britanica dan Who’s Who.
Ø Menemukan koleksi visual dan dapat menggunakannya.
Ø Mengetahui sumber-sumber yang tersedia di perpustakaan lain dan dapat melakukan permintaan peminjaman.
Ø Melakukan suatu penelusuran dalam layanan pengindeksan seperti pada Pusat Informasi Sumber Pendidikan dan dapat menemukan dan menggunakan hasil-hasil sitasi.

3. Pengajaran Bibliografi.
Materi yang diajarkan lebih condong sebagai langkah persiapan mengadakan atau sebagai dasar penelitian dalam rangka menyusun karya akhir. Pada level ketiga ini bisa ditawarkan melalui kuliah formal sebagai bagian dari perkuliahan, baik ada nilai kreditnya atau tidak.

Materi yang ingin dicapai antar lain:
- Informasi dan pengorganisasiannya.
- Tajuk subyek, “Vocabulary Control” dalam penelitian, dan definisi suatu topik penelitian.
- Macam-macam sumber untuk penelitian.
- Membuat kerangka teknik dan perencanaan suatu karya penelitian.
- Teknik-teknik membuat catatan dalam penelitian.
- Gaya, catatan kaki, rujukan dan sumber bahan bacaan.
- Strategi penelitian, kesempurnaan dalam penelitian, dan pemakaian yang tepat layanan koleksi yang diberikan perpustakaan.
- Membuat/menulis karya ilmiah.

D. Metode dan Teknik Pendidikan Pemakai Perpustakaan

Ada berbagai macam metode dan media untuk melaksanakan program-program pendidikan pemakai. Memilih metode dan media mana yang paling cocok tergantung kepada situasi belajar-mengajar itu sendiri, jadi tidak ada sebuah metode yang paling cocok untuk menunjang semua kegiatan pendidikan pemakai ini.

Kosterman menyarankan bahwa suatu metode pengajaran harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. dapat mengkomunikasikan tujuan-tujuan yang telah dibuat.
2. dapat membuat siswa tertarik untuk memperhatikan dan memotivasi mereka untuk perhatian penuh terhadap apa yang sedang diajarkan.
3. dapat mendorong siswa untuk ambil bagian dengan menolongnya mempersiapkan pelajaran – pelajaran.
4. dapat ditindaklanjuti.
5. dapat memberikan umpan balik untuk menguji efektivitas metode tersebut melalui indikator-indikator yang jelas.[10]

Sementara itu Hills seperti yang dikutip Fjallbrant menyebutkan ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode dan media pengajaran untuk pendidikan pemakai perpustakaan ini, antara lain:
1. Motivation
Pengajaran harus memberikan suatu motivasi yang tinggi, misalnya ketika siswa ingin menemukan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan atau pelajaran tertentu.
2. Activity
Kerja aktif dalam pembelajaran pemecahan masalah akan kelihatan lebih efektif daripada hanya sekedar menyebutkan atau menjelaskan suatu rangkaian pekerjaan.
3. Understanding
Pendidikan pemakai akan lebih efektif jika siswa memahami apa dan kenapa mereka mengerjakan hal demikian, jika hal ini merupakan permasalah yang baru dapat dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
4. Feedback
Umpan balik atau informasi perkembangan yang dibuat harus tersedia bagi para siswa.[11]

Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan dalam pendidikan pemakai , untuk keperluan penelitian kali ini pembahasan dibatasi hanya pada topik orientasi perpustakaan. Teknik-teknik tersebut antara lain: Ceramah atau Kuliah umum di Kelas, Wisata Perpustakaan, Penggunaan Audio Visual, Permainan dan Tugas Mandiri, Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet.

1. Ceramah atau Kuliah umum di Kelas

Penejelasan mengenai pengenalan dan pelayanan perpustakaan dapat diberikan di kelas dengan cara memberikan ceramah atau kuliah secara umum atau melalui demonstrasi. Idealnya jumlah peserta perkelas kurang lebih antara 15-30 orang. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam metode ini para peserta diberikan beberapa tugas terstruktur dan latihan yang memungkinkan mereka mampu menggunakan perpustakaan secara mandiri. Pelaksanaan metode ini selayaknya dapat dilakukan dengan metode wisata perpustakaan, agar peserta lebih memahami dan akrab dengan dunia perpustakaan yang sebenarnya.

2. Wisata Perpustakaan

Beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam memandu wisata perpustakaan, antara lain:
- Menciptakan suasana yang bersahabat dan informal serta terbuka untuk beberapa pertanyaan.
- Usahakan berbicara tidak terlalu cepat dan sensitif terhadap kebingungan yang dialami pemakai.
- Gunakan sarana pembantu untuk memperjelas sesuatu yang didiskusikan, misal: penggunaan katalog.
- Buatlah para peserta berperan aktif untuk mencoba menggunakan fasilitas yang ada.
- Waktu yang digunakan tidak terlalu lama, maksimal 45 menit.
- Sediakan buku panduan yang dapat membantu mereka selama mengikuti wisata perpustakaan tersebut.

3. Penggunaan Audio Visual

Teknik ini biasanya dilakukan untuk wisata mandiri perindividual (perorangan), di antaranya adalah penggunaan kaset, televisi, slide, dll.

Pemakai perpustakaan dapat menjelajahi perpustakaan dengan mendengarkan instruksi yang direkam dalam kaset. Mereka dapat mematikan dan mengulang kaset tersebut sesuai dengan kemampuannya dalam memahami instruksi yang terdapat dalam kaset.

Orientasi perpustakaan dapat juga dilakukan melalui penggunaan televisi, para peserta dapat menyaksikan dan memperoleh penjelasan mengenai berbagai hal, seperti: fasillitas perpustakaan, pelayanan perpustakaan, dan fungsinya masing-masing.

Slide dapat digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan pelayanan perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh pemandu atau rekaman suara.

4. Permainan dan Tugas Mandiri

Metode ini merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam mengajarkan bagaimana cara menemukan informasi yang dibutuhkan. Biasanya lebih sesuai diterapkan untuk pemakai perpustakaan usia anak Sekolah Dasar dan Menengah. Permainan sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan anak sehingga mereka lebih dapat menikmati penggunaan perpustakaan. Biasanya metode ini dilakukan di tingkat lebih tinggi untuk menghilangkan kejenuhan yang mungkin ada ketika proses pembelajaran dengan metode lain berlangsung.

5. Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet

Teknik ini biasanya menuntut pemakai untuk mempelajari sendiri mengenal perpustakaan melalui berbagai keterangan yang ada pada buku panduan atau pamflet, dan biasanya diterapkan ketika peserta melaksanakan wisata perpustakaan.

Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan ketika membuat buku pedoman atau pamflet untuk keperluan pendidikan pemakai ini, antara lain:
- Buatlah bahan tersebut sesingkat mungkin.
- Harus membuat pemakai jelas dalam melakukan hal yang berkenaan dengan penggunaan perpustakaan.
- Membuat pemakai kraetif.
Membuat langkah yang sederhana, dengan demikian pemakai dapat selangkah demi selangkah mencoba untuk memparaktekkannya di perpustakaan.


Daftar Pustaka

Bloom, Benjamin S., (1981). Taxonomy of Educational Objective, Handbook I Cognitive Domain. New York: Longman.
Davies. R.H. and Stimberling, (1973). Lifelong Education and the School. Hamburg: UNESCO Institute for education.
Fjallbrant, Nancy, (1978). User education libraries. London: Clive Bingley.
Kosterman, Wayne. (1978). “A Guide to library environment graphics.” Library Technology Reports. 14 (May-June 1978): 269-95
Makmun, Abin Syamsudin, (2001). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Martin, Garry and Joseph Pear, (1992). Behavior Modification. New Jersey: Prentice Hall.
Rice, James, (1981).Teaching Library Use: A Guide for library Instruction. London: Greenwood Press.
Sukardi, Dewa Ketut, (1983). Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Tan Ngee Tiang, (1996). Promotion Information Skill in Primary School. Article in Proceeding Paper in CONSAL. Kuala Lumpur: CONSAL Authority Board and Authors.


* Pustakawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
[1] Martin, Garry and Joseph Pear, (1992). Behavior Modification. New Jersey: Prentice Hall. Hal. 3
[2] Pervin, Lawrence A. and Oliver F. John, (1997). Personality Theory and Research. USA: John Wiley & Son inc. Hal. 322-323.
[3] Sukardi, Dewa Ketut, (1983). Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional. Hal. 23.
[4] Makmun, Abin Syamsudin, (2001). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Hal. 27.
[5] Bloom, Benjamin S., (1981). Taxonomu of Educational Objective, Handbook I Cognitive Domain. New York: Longman. Hal. 7
[6] Makmun, Abin Syasudin, (Op.Cit). Hal. 28
[7] Davies. R.H. and Stimberling, (1973). Lifelong Education and the School. Hamburg: UNESCO Institute for education. Hal. 39
[8] Rice, James, (1981).Teaching Library Use: A Guide for library Instruction. London: Greenwood Press. Hal. 3
[9] Tan Ngee Tiang, (1996). Promotion Information Skill in Primary School. Article in Proceeding Paper in CONSAL. Kuala Lumpur: CONSAL Authority Board and Authors.
[10] Diterjemahkan dari Kosterman, Wayne. (1978). “A Guide to library environment graphics.” Library Technology Reports. 14 (May-June 1978): 269-95.

[11] Terjemahan bebas dari Fjallbrant, Nancy, (1978). User education libraries. London: Clive Bingley. Hal. 33

MASALAH-MASALAH PENGATALOGAN BAHAN NON BUKU

MASALAH-MASALAH PENGATALOGAN BAHAN NON BUKU

1) Keanekaragaman bahan

· perlu pengetahuan khusus mengenai bahan dan alatnya

· bahan / bentuk belum stabil (berkembang terus)

· peraturan pengatalogan kalah cepat

2) Pengawasan bibliografi masih lemah

· sarana bibliografi untuk penelusuran dan verifikasi kurang

belum ada arsip / koleksi nasional

undang-undang serah simpan karya cetak dan rekam tidak selalu mencakup bahan non buku / tidak diberlakukan dengan tegas

· pola penerbitan / distribusi beraneka ragam

3) Masalah sumber informasi (utama)

· tidak ada halaman judul

· sulit ditranskripsikan (mis. �title frames�)

· data pada sumber informasi kurang lengkap

· data kadang-kadang berbeda-beda (sumber lain, data lain)

4) Tanggung jawab tidak jelas

· �diffuse authorship�

siapa bertanggung jawab atas isi intelektual / artistik?

hasil usaha berbagai orang / badan dengan fungsi yang berbeda-beda

Entri utama ......? Entri tambahan ... ?

5) Dokumen terdiri atas berbagai jenis bahan

· tidak jelas mana yang bahan utama / mana bahan pelengkap

6) Pengatalogan analitik

· deskripsi sebagai �set� atau satuan ?

satu slide atau set slide?
satu lagu atau kumpulan lagu?

satu film atau kumpulan film?

7) Deskripsi harus lengkap / rinci

· �closed access� atau �open access�?

· �browsing� tidak selalu mungkin

8) Pendekatan subjek

· perlu atau tidak?

Jika perlu - - - sistem mana?

satu sistem untuk semua bahan?

9) Katalog multimedia (�integrated�) atau katalog terpisah

· General Material Designation

· kode khusus

· वरनाhttp://radio.weblogs.com/0140033/2004/07/30.html

Panduan Membuat Bookmark Pada File PDF (Untuk Skripsi)

Panduan Membuat Bookmark Untuk Skripsi
Perpustakaan Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UGM
Panduan Membuat Bookmark Pada File PDF (Untuk Skripsi)
Perpustakaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
Bagi mahasiswa tingkat akhir yang akan mengumpulkan skripsi ke Perpustakaan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM di harapkan memperhatikan tata cara penulisan
skripsi dalam format digital (PDF).
Perangkat lunak yang dibutuhkan:
1. Pengolah kata (Ms Office)
2. PDF Konvertor (Adobe Acrobat Profesional)
Pastikan kedua perangkat lunak tersebut terpasang di komputer anda. Jika file skripsi
anda terbagi menjadi beberapa file, konversi file-file tersebut menjadi PDF satupersatu,
lalu gabungkan file-file PDF tadi menggunakan perangkat lunak Acrobat
Acrobat Profesional.
Cara Mengkonversi File Dokumen (Ms Office) ke PDF
1. Buka file skripsi anda dengan program Ms Word
2. Lalu pilih menu File > Print > (atau tekan tombol ctrl+p)
3. Pada menu dialog Print, pilih Printer Name Adobe PDF
4. Lalu klik Ok
Panduan Membuat Bookmark Untuk Skripsi
Perpustakaan Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UGM
Cara Menggabungkan Beberapa File PDF Menjadi Satu Dokumen PDF.
1. Jalankan program Adobe Acrobat Profesional
2. Buka menu File > Create PDF > From Multiples Files ..
3. Pada dialog Create PDF, from Multuiple Documents, klik Browse lalu pilih
file-file skripsi anda
4. Klik Ok, lalu akan muncul dialog Save As, beri nama file baru lalu klik Save
Panduan Membuat Bookmark Untuk Skripsi
Perpustakaan Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UGM
Cara Membuat Bookmark Pada Dokumen PDF
1. Jalankan program Adobe Acrobat Profesional
2. Buka file skripsi PDF anda
3. Klik Bookmark pada Navigation Tab
Panduan Membuat Bookmark Untuk Skripsi
Perpustakaan Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UGM
4. Pilih Select, untuk memilih kalimat, lalu pilih kalimat yang akan di
bookmark, kemudian klik kanan pada kalimat yang terpilih akan muncul pop-up
menu, pada menu pop-up pilihlah Add Bookmark.
5. Untuk menambahkan bookmark selanjutnya lakukan seperti langkah no. 5
6. Setelah semua bookmark di tambahkan, jangan lupa simpan dokumen PDF anda
1
2
3

http://fe.ugm.ac.id/manual_sife/PANDUAN_MEMBUAT_BOOKMARK.pdf

PUSTAKAWAN IDAMAN MASYARAKAT PENGGUNA PADA

PUSTAKAWAN IDAMAN MASYARAKAT PENGGUNA PADA

BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR*)

Oleh:

Samuel Randan**)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah Lembaga Pemerintahan Daerah yang bertugas membantu Gubernur dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai lingkup tugasnya di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai fungsi:

1. Pengembangan, pembinaan dan pendayagunaan semua jenis perpustakaan

2. Penetapan kebijakan pembinaan perpustakaan

3. Pembinaan dan pelaksanaan koordinasi di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi dengan lembaga pemerintah dan swasta

4. Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan propinsi di bidang perpustakaan

5. Pelaksanaan penyusunan bibliografi daerah, katalog induk daerah, bahan rujukan berupa indeks

6. Pengadaan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, pelestarian, dan penyajian bahan pustaka karya cetak dan karya rekam

7. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, serta pembinaan sumber daya manusia di bidang perpustakaan

8. Pelaksanaan kerja sama di bidang perpustakaan dan informasi dengan badan atau informasi lain

9. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan yang meliputi urusan umum, perlengkapan, keuangan, kepegawaian dan pelaporan. (Keputusan Gubernur NTT No. 42 Tahun 2001 pasal 4 dan 5)

________________________________________________

*) Artikel peserta Lomba Karya Ilmiah bagi Pustakawan Tahun 2006

**) Pustakawan pada Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur

Agar dapat melaksanakan tugas dengan baik, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur membutuhkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas yaitu para pengelola perpustakaan yang profesional dalam hal ini pustakawan. Pustakawan yang berkualitas tentu telah memiliki disiplin ilmu di bidang perpustakaan baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

Sejak berdirinya sampai sekarang Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur selalu berusaha menambah jumlah tenaga pengelola perpustakaan. Tetapi yang menjadi persoalan saat ini adalah apakah pengelola pustakawan yang ada saat ini sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pemakai perpustakaan. Karena salah satu unsur atau indikator yang dapat mendorong pemakai/pengunjung rajin berkunjung ke perpustakaan adalah faktor layanan yang diberikan oleh petugas perpustakaan (pustakawan) terhadap pengunjung. Berdasarkan uraian di atas, penulis dalam rangka mengikuti penulisan karya ilmiah mengambil judul ”Pustakawan Idaman Masyarakat Pengguna pada Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur”. Tema ini diangkat karena adanya anggapan bahwa pustakawan pada Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur kurang profesional dan kurang ramah terhadap pengguna.

Menyadari akan pentingnya mengetahui kriteria pustakawan yang diinginkan oleh pengguna maka penulis mencoba meneliti permasalahan tersebut, dan apakah ciri pustakawan yang menjadi idaman pengguna pada Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur.

B. Pustakawan

1. Pengertian

Pustakawan adalah sebutan bagi orang yang bekerja di perpustakaan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perpustakaan atau ahli perpustakaan Kemudian menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang disebut pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan, sedangkan menurut kamus istilah perpustakaan karangan Lasa, H.S. Librarian – pustakawan, penyaji informasi adalah tenaga profesional dan fungsional di bidang perpustakaan, informasi maupun dokumentasi. Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pustakawan adalah orang yang memiliki pendidikan perpustakaan atau ahli perpustakaan atau tenaga profesional di bidang perpustakaan dan bekerja di perpustakaan. Jadi pustakawan adalah seseorang yang profesional atau ahli dalam bidang perpustakaan.

Menurut Pandji Amoraga dalam psikologi kerja bahwa profesional mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti profesional terpaku juga suatu panggilan, suatu calling, suatu strong inner impulse yang pertama adalah unsur keahlian dan kedua unsur panggilan. Sehingga seorang profesional harus memadukan dalam diri pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga kematangan etika. Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi profesional keduanya harus manunggal. Jadi seorang pustakawan yang profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai penguasaan teknik perpustakaan saja, tetapi juga harus mempunyai kematangan etika, harus merasa terpanggil untuk menjadi pustakawan karena pustakawan adalah pelayan masyarakat yang selalu berhadapan dengan berbagai kalangan masyarakat. Sehingga dengan demikian pustakawan akan disenangi oleh masyarakat pengguna perpustakaan.

2. Kriteria

Pustakawan adalah profesi, maka untuk menjadi pustakawan perlu kriteria tertentu yang berkaitan dengan bidang tugas yang akan dikerjakan.

Menurut Sulistyo Basuki pengertian profesi merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan saja praktek dan diuji dalam bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang serta memberikan hak kepada yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pustakawan adalah tenaga profesi, yang salah satu kriterianya memiliki ijasah di bidang perpustakaan atau telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang kepustakawanan dan memperoleh sertifikat.

Kemudian menurut Panji Amoraga seorang profesional harus mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Berusaha mengejar kesempurnaan hasil sehingga dituntut selalu mencari peningkatan mutu

b. Memiliki kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan

c. Memiliki ketekunan dan ketabahan yaitu sifat tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai

d. Mempunyai integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau godaan iman seperti harta atau kenikmatan hidup

e. Memiliki kebulatan pikiran dan perbuatan sehingga terjaga efektivitas kerja

Jadi pustakawan sebagai profesional perlu juga memiliki kelima ciri tersebut. Apabila ada yang tidak dimiliki maka dia tidak akan efektif dalam melaksanakan tugasnya.

Kemudian agar pustakawan dapat betul-betul melaksanakan tugasnya sebagai profesional kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia maka pustakawan perlu memiliki sikap sebagai berikut :

a. Komitmen untuk mengembangkan diri dalam bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi

b. Komitmen untuk membuat eksperimen dan inovatif

c. Komitmen untuk menggunakan hal-hal baru untuk menunjang tugas profesi

d. Komitmen untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa membedakan agama, ras, golongan maupun aliran politik

e. Komitmen untuk mematuhi kode etik pustakawan.

Selain itu karena pustakawan adalah pelayan masyarakat yang setiap hari berhadapan dengan berbagai lapisan masyarakat, maka pustakawan perlu memiliki sifat-sifat :

a. Ramah

b. Pandai bergaul

c. Berpenampilan menarik

d. Suka menolong orang lain

II. GAMBARAN UMUM BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

A. Sejarah singkat Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur

Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan pengembangan dari Perpustakaan Negara yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4223 / Kab. Tanggal 15 Pebruari 1951 tentang Lapangan Pekerjaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perpustakaan Negara pertama kali didirikan pada 4 daerah yaitu di Yogyakarta, Ambon, Sorong, dan Padang. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 29 / 03 / C, tanggal 23 Mei 1996 tentang Tugas Kewajiban dan Lapangan Pekerjaan Perpustakaan Negara, Perpustakaan Negara di Kupang dibentuk bersamaan dengan 18 Perpustakaan Negara lainnya, namun karena adanya berbagai keterbatasan sehingga baru terbentuk pada tanggal 01 Januari 1964.

Agar organisasi Perpustakaan Negara ini dapat berjalan dengan baik maka diterbitkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0109/1998, tanggal 23 Juni 1978 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 095/0/1979 tanggal 29 Mei 1979 tentang Pengalihan Status Perpustakaan Negara menjadi Perpustakaan Wilayah.

Dalam Keputusan ini telah ditetapkan klarifikasi dari masing-masing Perpustakaan Wilayah dimana Perpustakaan Wilayah Nusa Tenggara Timur termasuk dalam klasifikasi Perpustakaan Wilayah tipe B. Pada tahun 1989 dalam upaya meningkatkan dayaguna dan hasilguna perpustakaan yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, maka dikeluarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 1989 tanggal 6 Maret 1989 tentang Perpustakaan Nasional RI yang sebelumnya berada di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dialihkan menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Dalam pasal 8 Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI ditegaskan bahwa Perpustakaan Daerah adalah Perpustakaan Wilayah yang berkedudukan sebagai satuan organisasi Perpustakaan Nasional RI yang berada di bawah dan bertanggung Jawab langsung kepada Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Selanjutnya untuk keseragaman nama instansi maka Perpustakaan Daerah dirubah lagi namanya menjadi Perpustakaan Nasional Propinsi. Begitu juga Perpustakaan Daerah Nusa Tenggara Timur berubah namanya menjadi Perpustakaan Nasional Propinsi Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya dengan adanya pelimpahan wewenang pusat ke daerah maka Perpustakaan Nasional Propinsi Nusa Tenggara Timur dialihkan statusnya ke Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur No. 42 Tahun 2001 tanggal 22 Agustus 2001 maka Perpustakaan Nasional Propinsi Nusa Tenggara Timur menjadi Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan uraian di atas maka Badan Perpustakaan telah mengalami 4 kali perubahan nama yaitu : Perpustakaan Negara, Perpustakaan Wilayah, Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Nasional Propinsi dan Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur.

B. Struktur Organisasi

Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan instansi di pemerintahan Propinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai struktur organisasi dengan susunan sebagai berikut :

1. Kepala Badan Perpustakaan

2. Sekretariat

Membawahi 4 sub bagian yaitu : Sub Bagian Umum, Sub Bagian Keuangan, Sub Bagian Kepegawaian dan Sub Bagian Program Data dan Evaluasi

3. Bidang Pembinaan Perpustakaan

Membawahi 2 sub bidang yaitu : Sub Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sub Bidang Kelembagaan Perpustakaan

4. Bidang Deposit, Pengembangan dan Pengolahan Bahan Pustaka

Membawahi 2 sub bidang yaitu : Sub Bidang Deposit dan Sub Bidang Pengembangan dan Pengolahan Bahan Pustaka

5. Bidang Layanan Perpustakaan dan Pelestarian Bahan Pustaka

Membawahi 2 sub bidang yaitu : Sub Bidang Layanan Perpustakaan dan Sub Bidang Pelestarian Bahan Pustaka

6. Kelompok Pustakawan merupakan pejabat fungsional yang bergerak dalam bidang teknis

C. Keadaan Pegawai pada Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur

Perkembangan serta kemajuan suatu organisasi adalah adanya pegawai yang akan melaksanakan tugas-tugas atau fungsi organisasi itu sendiri. Badan Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi ilmu pengetahuan dan teknologi sangat ditentukan oleh tersedianya pegawai yang sungguh-sungguh dapat berperan sesuai kemampuan dan keterampilan berdasarkan disiplin ilmu yang diperolehnya.

Keadaan pegawai di Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai dengan Desember 2003 berjumlah 77 orang yang terdiri dari:

1. Kepala Badan : 1 orang

2. Sekretaris : 1 orang

3. Kepala Bidang : 3 orang

4. Kepala Sub Bagian : 4 orang

5. Kepala Sub Bidang : 6 orang

6. Staf : 62 orang

-----------------------------------------------

Jumlah pegawai : 77 orang

Adapun menurut eselon pejabat yang ada pada Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Eselon 2 : 1 orang

2. Eselon 3 : 4 orang

3. Eselon 4 : 10 orang

----------------------------------

Jumlah : 15 orang

Selanjutnya keadaan pegawai menurut pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut : Keadaan Pegawai Badan Perpustakaan Provinsi Nusa Tenggara Timur Menurut Pendidikan

NO

TINGKAT PENDIDIKAN

JUMLAH

1

Sarjana (S1)

21 orang

2

DIII / Sarjana Muda

1 orang

3

DII

7 orang

4

SMA

47 orang

5

SMP

1 orang

Total

77 orang

Sumber : Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur, 2003

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keadaan tahun 2003 di Badan Perpustakaan provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat 21 orang yang berpendidikan sarjana dan yang terbanyak berpendidikan SLTA yaitu 47 orang dan hanya 1 orang yang berpendidikan SLTP.

III. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Hasil penelitian yang disajikan adalah data-data yang diperoleh dari penyebaran angket dengan sampel 41 orang responden dan jumlah pertanyaan 21 ditambah dengan data responden sebanyak 4 pertanyaan. Hasil penelitian tersebut dianalisi dengan menggunakan metode deskriptif yaitu peneliti menguraikan data yang diperoleh dengan menyusunnya dalam presentase angka terbesar ke yang kecil. Kemudian diinterpretasikan berdasarkan dari jawaban angket yang dikategorikan dalam presentase dan dijabarkan dengan menarik suatu kesan umum untuk dideskripsikan menjadi suatu kesimpulan dari penjabaran atas data.

Dasar pedoman penafsiran data yang digunakan adalah :

1 % - 25 % = sebagian kecil

26 % - 49 % = hampir setengahnya

50 % = setengahnya

51 % - 75 % = sebagian besar

76 % - 99 % = pada umumnya

100 % = keseluruhan ( Supardi, 1979 : 20)

A. Analisis Data Responden

1. Analisis data jenis kelamin responden

Dari 41 orang responden, 22 orang (53,6 %) atau sebagian besar pengguna perpustakaan pada Badan Perpustakaan adalah laki-laki dan hampir setengahnya atau 17 orang (46,34 %) adalah perempuan.

2. Analisis data pendidikan responden

Dari 41 orang responden, 30 orang (73,17%) atau sebagian besar berlatar belakang pendidikan SLTA, 3 orang (7,31 %) berlatar belakang pendidikan SMP dan 2 orang (4,76 %) berlatar belakang pendidikan DII

3. Analisis data pekerjaaan responden

Dari 41 responden 20 orang (48,7 %) adalah mahasiswa, 13 orang (31,7 %) tidak bekerja, 3 orang (3,7 %) adalah wiraswasta, 2 orang (4,87 %) adalah PNS sedangkan pekerjaan pelajar dan aktifis masing-masing 1 orang (2,43 %). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya dari pengunjung Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah mahasiswa sedangkan yang lainnya hanya sebagian kecil saja

4. Analisis data usia responden

Dari 41 orang responden usianya hanya berkisar antara 12 tahun sampai dengan 31 tahun. Yang usianya 22 tahun 8 orang, 21 tahun 5 orang, 25 tahun 4 orang, 25 tahun dan 23 tahun masing-masing 3 orang, 18 tahun 19 tahun dan 29 tahun masing-masing 2 orang sedangkan usia 12, 17, 26, 27 tahun masing-masing 1 orang.

B. Analisis Data Penelitian

Analisis data penelitian diperoleh dari hasil pengisian angket yang disusun berdasarkan jawaban responden.

1. Pendidikan minimal bagi pustakawan

Dari 41 orang responden, 25 orang (60,97 %) mengatakan minimal S1 Perpustakaan, 12 orang (29,26 %) mengatakan minimal Diploma III Perpustakaan, 3 orang (7,3 %) mengatakan minimal SLTA dan 1 orang (2,43 %) mengatakan minimal DII Perpustakaan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengguna perpustakaan menginginkan agar pendidikan minimal bagi pustakawan adalah S1 Perpustakaan.

2. Analisis data perlunya pustakawan belajar terus untuk menambah pengetahuan

Dari 41 orang responden seluruhnya menginginkan agar pustakawan belajar terus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa keseluruhan dari responden menginginkan agar pustakawan belajar terus untuk menambah pengetahuannya di bidang perpustakaan.

3. Analisis data pengetahuan pustakawan tentang lokasi koleksi dalam ruang koleksi.

Dari 41 orang responden 23 orang (56,09 %) atau sebagian besar mengatakan bahwa pustakawan kurang mengetahui lokasi koleksi sedangkan 14 orang (34,15 %) atau hampir setengahnya mengatakan bahwa pustakawan mengetahui lokasi koleksi dan 4 orang (9,75 %) atau sebagian kecil mengatakan pustakawan tidak tahu lokasi koleksi.

4. Analisis data perlunya sikap keramahan dimiliki oleh pustakawan.

Dari 41 orang responden, 32 orang (78 %) atau sebagian besar mengatakan sangat diperlukan keramahan pustakawan.

5. Analisis tentang apakah laki-laki saja yang baik menjadi pustakawan ataukah wanita saja.

Dari 41 orang responden, 14 orang (34 %) atau hampir setengahnya mengatakan bahwa hanya laki-laki saja dan 14 orang lagi (34,14 %) hampir setengahnya mengatakan sebaiknya perempuan saja sedangkan 13 orang (31,7 %) mengatakan laki-laki dan perempuan sama saja. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama baiknya untuk pengguna perpustakaan

6. Analisis data pustakawan yang baik menurut responden.

Dari 41 orang responden, 17 orang (41,46 %) atau hampir setengahnya mengatakan selalu berada ditempat duduknya, 16 orang (39,02 %) atau hampir setengahnya mengatakan selalu jalan-jalan dalam ruangan koleksi, sedangkan 7 orang (17,07 %) atau sebagian kecil mengatakan melayani dengan ikhlas dan 1 orang (2,43 %) mengatakan berada di luar ruangan.

7. Analisis data pakaian yang baik untuk pustakawan pada Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Dari 41 orang responden, 31 orang (75,6 %) atau sebagian besar mengatakan pakaian yang cocok adalah pakaian dinas, 8 orang (19,5 %) atau sebagian kecil mengatakan pakaian lengan panjang dan berdasi dan 1 orang (2,43 %) atau sebagian kecil mengatakan pakaian bebas.

8. Analisis data responden tentang pustakawan yang baik menurut pengguna perpustakaan.

Dari 41 orang responden 27 orang (65,85 %) atau sebagian besar mengatakan harus pandai bergaul, 14 orang (34,14 %) atau sebagian kecil mengatakan rajin membaca.

9. Analisis data responden tentang pustakawan yang disenangi.

Dari 41 orang responden, 19 orang (46,34 %) atau hampir setengahnya mengatakan karena rajin membantu mencari informasi, 13 orang (31,7 %) atau hampir setengahnya mengatakan karena ramah sedangkan yang lainnya tidak menjawab.

10. Analisis data responden tentang pustakawan wanita yang pakai rok mini. Dari 41 orang responden 33 orang (80,48 %) atau pada umumnya tidak setuju kalau pustakawan wanita pakai rok mini karena bukan pada tempatnya. Sedangkan yang mengatakan biasa-biasa saja 5 orang (12,19 %) atau sebagian kecil dan 3 orang (7,31 %) mengatakan setuju.

11. Analisis data responden tentang pustakawan yang baik.

Dari 41 orang responden, 37 orang (90,24 %) atau pada umumnya responden mengatakan ramah dan suka membantu.

IV. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui analisis data yang terhimpun maka dapat disimpulkan bahwa pustakawan yang menjadi idaman masyarakat pengguna pada Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah :

1. Minimal berpendidikan S1 Ilmu Perpustakaan atau D3 Perpustakaan dan terus belajar untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang perpustakaan serta menguasai informasi dan lokasi informasi.

2. Baik laki-laki maupun perempuan dapat menjadi pustakawan, selalu berada di tempat duduknya, berpakaian dinas yang rapi dan bagi perempuan tidak menggunakan rok mini (terlalu pendek).

3. Orangnya ramah, pandai bergaul dan suka menolong dalam mencari informasi.

4. Pustakawan pada Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur cukup ramah dan dapat membantu mencari informasi.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Anaroga, Pandji 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

2. Lasa H.S. 1998. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

3. Sulistyo, Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

  1. Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur No. 42 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perpustakaan Propinsi Nusa Tenggara Timur
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=Psikologi+untuk+Profesional+Informasi+perpustakaan&btnG=Telusuri&meta=