Jumat, 16 November 2007
Perpustakaan di Internet (Perpustakaan Digital)
Tulisan ini akan menjelaskan upaya membangun perpustakaan digital dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Beberapa bagian dari bangunan perpustakaan digital yang akan dijelaskan adalah
Pembuatan dan penelusuran bibliografi yang memenuhi kebutuhan setempat sebagai cara untuk mengakses sumber pengetahuan
Penyimpanan bibliografi dan sumber pengetahuan dalam bentuk database dan dokumen full text
Pengkaitan antara beberapa perpustakaan dan beberapa objek fisik pengetahuan
Bagian-bagian bangunan ini sudah diimplementasikan dalam bentuk database berbasis web (http://database.umm.ac.id/lib) yang berisi bibliografi dari beberapa perpustakaan lokal yang ada di UMM. Sarana diskusi dimaksudkan untuk komunikasi dan penyampaian informasi tentang perpustakaan digital dengan milist digilib@umm.ac.id.
Pendahuluan
Fungsi dan wujud dari perpustakaan terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia dari mulai zaman batu, ketika manusia menyimpan sumber pengetahuan pada lempengan batu sampai kini berada pada awal millenium ketiga yang mana sumber pengetahuan sudah banyak yang disimpan dalam bentuk digital yaitu format dari sumber pengetahuan yang dapat dimengerti oleh komputer, apalagi dengan adanya internet perpustakaan menjadi lebih fungsional.
Ada baiknya penulis mengenalkan terlebih dahulu pengertian perpustakaan digital yang penulis kutip dari salah satu Statement of Principles dari perpustakaan digital (Terry Winograd, Stanford University, 1993),
A library is a set of function, not a set of information objects. Individual search, browsing, current flow at time-critical materials, forum, chat, bulletin board, skilled assistance.
A library is not for words alone. Not just text (or graphics) - the electonics library will include are kinds of media, including video, databases, software, active servers.
A library is not a phisical place or piece of software. It is a collection of interfaces, including rooms, workstations, hand-hel devices.
A library’s collection is not bounded by the walls of an organization that establishes it. It includes the entire network of resources that is available from within.
A library’s users are not bounded by the organization. It si a place to put things for distribution as well as for use by your customers. It includes partners, people to whom you want to distribute things, the net community.
Sangat jelas disini bahwa perpustakaan adalah internet itu sendiri terutama adalah perpustakaan yang saling terhubung di internet/perpustakaan digital.
Di negara-negara maju perpustakaan digital menjadi sebuah komunitas pengetahuan global dimana para pengguna dapat memperoleh pengetahuan apa saja dengan cara yang mudah dan cepat.
Libray of Congress http://lcweb.loc.gov/loc/ndlf /
University of California Library http://sunsite.berkeley.edu/
University of Arizona Library http://dizzy.library.arizona.edu/
University of Virginia Library http:///www.lib.virginia.edu/
University of Stanford Library http://www-diglib.stanford.edu/
1.Bibliografi
Bibliografi menjelaskan deskripsi dari objek fisik sumber pengetahuan. Ada beberapa bibliografi yang terkenal,
MARC/Machine Readable Catalogue (http://lcweb.loca.gov/marc)
MARC merupakan standard penyimpanan data bibliografi yang sangat lengkap terdiri dari 700 elemen dan dapat mendeskripsikan dengan baik kebanyakan objek fisik sumber pengetahuan.
Dublin Core (http://purl.oclc.org/metadata/dublin_core/)
Dublin Core merupakan standard penyimpanan data bibliografi yang sederhana terdiri dari 15 elemen, sudah cukup dapat mewakili deskripsi dari sebuah sumber pengetahuan. Elemen Dublin Core dan MARC bisa saling dikonversi.
BIB-1 (http://lcweb.loc.gov/z3950/agency)
BIB-1 merupakan subset dari MARC, sering digunakan untuk penelusuran bibliografi multi server dengan protokol Z39.50
EAD/Electronic Archive Description (http://lcweb.loc.gov/ead/)
Bersama dengan bahasa SGML (standard Generalized Markup Language) melakukan pengarsipan, EAD ini mendeskripsikan desain dari dokumen menjadi arsip digital.
Classification Schemes (http://www.unesco.org)
Classification Schemes mengklasifikasikan objek fisik sumber pengetahuan berdasarkan urutan atau keadaan tertentu.
Berangkat dari perangkat yang sudah dipakai yaitu micro CDS/ISIS dan ISIS-freeWAIS terdapat kesulitan-kesulitan ketika harus diimplementasikan.
Micro CDS/ISIS tidak dapat diakses dari internet
ISIS-freeWAIS belum terintegrasi dengan otomasi
Spesifikasi dari bibliografi diharapkan sesuai dengan kebutuhan setempat
Diperlukan perangkat pengembangan untuk menjalankan database berbasis web yaitu,
Sistem operasi FreeBSD (http://www.freebsd.org)
Web server Apache (http://www.apache.org)
Bahasa HTML (http://www.w3.org)
Database server MySQL (http://www.tcx.se)
Bahasa Scripting PHP (http://www.php.net)
Kesemua perangkat ini dapat didownload secara bebas dari internet
Pengembangan database berbasis web sangat menguntungkan karena:
Akses terhadap database dari web sangat mudah dan cepat, tersedia browser (Netscape/IE) yaitu penghubung ke pengguna yang user friendly.
Menggunakan protokol HTTP yang dapat dijalankan di hampir seluruh jenis komputer dan sistem operasi sehingga memungkinkan dapat diakses oleh banyak pengguna.
Menggunakan bahasa standard yang dimengerti oleh protokol HTTP yaitu bahasa HTML (HyperText Markup Language) berupa bahasa yang paling umum dipakai untuk penyebaran dokumen di web dalam bentuk hypertext, hypermedia dan hasil query database sehingga memiliki tampilan yang menarik dan mudah dikembangkan.
Data bibliografi katalog CDS/ISIS memungkinkan ditransfer ke format database yang lain seperti dbase III, ISO 2709 (http://www.unesco.org) , Micosoft access dan MySQL (dengan perangkat ODBC/ Open DataBase Connectivity) sehingga tidak perlu entri ulang data katalog yang sudah ada. Penyimpanan data yang baru dapat dilakukan langsung dari web dengan menggunakan browser.
2. Penulusuran
Penelusuran dimaksudkan mencari atau menemukan kembali data dengan memasukkan kata kunci (keyword) dari unsur bibliografis. Ada beberapa protokol standard yang banyak digunakan untuk menelusuri data atau dokumen yaitu,
HTTP/HyperText Transfer Protokol (http://www.w3.org)
HTTP adalah protokol transfer dokumen yang berjalan di web
Z39.50 (http://lcweb.loc.gov/z3950/agency/)
Z39.50 adalah protokol standard untuk penelusuran informasi yang memungkinkan penjelajahan informasi antar server
SQL/Structured Query Language (http://www.tcx.se)
SQL adalah bahasa database yang pernyataannya dapat dibentuk untuk menyimpan, mengubah, menghapus atau menelusuri data
Cara kerja penelusuran
Pengguna memasukkan kata kunci pada salah satu atau beberapa unsur bibliografi dengan operasi boolean “dan” / “atau” cakupan penelusuran dapat diperluas atau dikurangi.
Server akan menelusuri ke database dan hasil penelusuran dikirim kembali dalam bentuk dokumen katalog
Pengguna dapat memilih dokumen full text mana yang akan dibaca/didownloadKerjasama antar perpustakaanKerjasama antar perpustakaan dapat dimulai dari apa yang sudah ada di masing-masing perpustakaan, diperlukan sebuah server database berisi bibliografi yang memuat deskripsi dari masing-masing sumber pengetahuan dan beberapa diantaranya sudah berupa dokumen sumber pengetahuan full text.
Ada sebuah database server yang dikelola bersama oleh perpustakaan yang sudah tergabung dalam asosiasi perpustakaan yang memuat bibliografi dari sumber pengetahuan.
Beberapa kerjasama antar perpustakaan yang sudah dilakukan yang penulis ketahui adalah,
Milist pustakawan
Kelompok diskusi Digital Library UMM digilib@umm.ac.id
Konsorsium perpustakaan Indonesia conslib@netmon.itb.ac.id
Kelompok diskusi perpustakaan Ubaya indolib@fox.ubaya.ac.id
Klpk. diskusi Perp. Indonesia bagian Timur perpust_timur@egroup.com
Kelompok diskusi pustakawan Indonesia i_c_s@egroup.com
Kelompok diskusi pustakawan Internasional library_network@.itb.ac.id
Kerja sama antara perpustakaan dan pustakawan
IFLA International Federation of Library Associations http://www.ifla.org
RLG Research Libraries Group http://www.rlg.org
TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SISTEM JARINGAN
PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI
Oleh: Drs. Abdul Ma’in M., SS.
PENDAHULUAN
Istilah teknologi informasi (selanjutnya disingkat TI), sering dijumpai, baik dalam media grafik, seperti surat kabar dan majalah, maupun media elektronik, seperti radio dan televisi. Istilah tersebut merupakan gabungan dua istilah dasar yaitu teknologi dan informasi. Teknologi dapat diartikan sebagai pelaksanaan ilmu, sinonim dengan ilmu terapan. Sedangkan pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah "that of which one is apprised or told; intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa, informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun, ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan, pada hakekatnya, informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kegiatan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan dari observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi. Secara simpel, definisi TI dapat diartikan sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi. Definisi tersebut menganggap bahwa TI tergantung pada kombinasi komputasi dan teknologi telekomunikasi berbasis mikroelektronik.
Sedangkan istilah jaringan perpustakaan, berarti suatu sistem hubungan antar perpustakaan, yang diatur dan disusun menurut berbagai bentuk persetujuan, yang memungkinkan komunikasi dan pengiriman secara terus menerus informasi bibliografis maupun informasi-informasi lainnya, baik berupa bahan dokumentasi maupun ilmiah. Selain itu, jaringan perpustakaan juga menyangkut pertukaran keahlian, menurut jenis dan tingkat yang telah disepakati. Jaringan ini biasanya berbentuk organisasi formal, terdiri atas dua perpustakaan atau lebih, dengan tujuan yang sama. Untuk mencapai tujuan tersebut, disyaratkan untuk menggunakan teknologi telekomunikasi dan komputer atau TI.
Kerjasama perpustakaan dalam bentuk jaringan ini penting agar semua informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan bersama secara maksimal bagi pemakai. Henderson (1998:98) menyebutkan manfaat itu antara lain: menyediakan akses yang cepat dan mudah meskipun melalui jarak jauh; menyediakan akses pada informasi yang tak terbatas dari berbagai jenis sumber; menyediakan informasi yang lebih mutakhir yang dapat digunakan secara fleksibel bagi pemakai sesuai kebutuhannya; serta memudahkan format ulang dan kombinasi data dari berbagai sumber.
PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK
Perpustakaan elektronik merupakan sarana penyimpanan informasi, dokumen, audio visual, dan materi grafis yang tercipta dalam berbagai jenis media. Media dimaksud berkisar dari mulai slide, film, video, compact audio disc, audio tapes, optical disc, pita magnetis, disket dan floppy disc, serta lainnya yang tengah dikembangkan.
Perpustakaan elektronik merupakan bagian dari sebuah jaringan kerja (network). Secara teoritis, pemakai dapat memperoleh salinan elektronik sebuah dokumen dari mana pun juga, asal tak ada kendala keamanan, politik, ekonomi dan sosial.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan bagi terbentuknya perpustakaan elektronik adalah:
Interaksi dan sirkulasi perpustakaan. Apakah pemakai berinteraksi dengan semua perpustakaan ataukah dengan perpustakaan tertentu, atau bahkan melalui sistem hirarki perpustakaan ? Apakah jasa perpustakaan cukup dilakukan melalui titik jasa lebih kecil ataukah melalui cabang, kemudian diteruskan ke simpanan informasi lebih besar ?
Bentuk fisik mata rantai pemakai (user link), yaitu mata rantai komunikasi antara pemakai dengan perpustakaan. Apakah pemakai datang sendiri ke perpustakaan ataukah menggunakan telepon, menulis surat, menggunakan kabel televisi, satelit, videotex, teletex, transmisi faksimil, pos elektronik dan sarana lainnya, atau justeru gabungan berbagai sarana untuk mengkomunikasikan permintaannya kepada perpustakaan? Manakah yang memerlukan desain khusus dalam hubungan antarmuka (inter-face) pamakai, komunikasi dengan mesin ataukah person to person ?
Menarik iuran atau mengatur distribusi dana. Jaringan tidak saja memerlukan mata rantai telekomunikasi, tetapi juga niat organisasi yang ikut serta dalam jaringan untuk beroperasi sebagai mata rantai. Untuk ini, perlu dikembangkan kebijakan mengenai titik jasa atau perpustakaan elektronik yang bertanggung jawab atas sumber serta bagaimana caranya sumber itu dimanfaatkan oleh pihak lain, apakah perlu diadakan prioritas atau tidak. Bagaimana pemakai membayar sumber? Bagaimana distribusi dana di antara perpustakaan? Ini semua menyangkut masalah ekonomis yang berkaitan dengan semua pihak.
Bentuk jaringan. Bagaimana bentuk jaringan berdasarkan situasi sistem perpustakaan dewasa ini?
Apa yang dikelola pustakawan pada dasarnya adalah pengetahuan tercetak. Namun dengan adanya informasi digital, terjadilah pergeseran makna dari pengetahuan. Sekarang pengetahuan lebih dilihat sebagai kemampuan dinamis untuk menghubungkan, mengubah dan menggunakan ide atau pemikiran. Dalam era digital, konsep pengetahuan dicerminkan dengan perangkat komunikasi modern, yaitu jaringan komputer. Apa yang kemarin disebut pengetahuan, mungkin saat ini hanyalah informasi yang dapat dikombinasikan dengan pemikiran-pemikiran baru untuk menjadi pengetahuan yang lebih mutakhir. Dengan kemudahan yang dimungkinkan oleh adanya jaringan komputer global, maka produksi informasi akan semakin meledak.
Jaringan informasi internet telah membuat loncatan yang begitu besar dalam memperpendek waktu transmisi informasi dan begitu luas persebarannya. Lebih dari 25 juta pemakai dari 100 negara sekarang menggunakan internet untuk surat elektonik, bulletin board, diskusi, dan mencari maupun mempertukarkan informasi. Dalam hubungan ini, yang perlu digaris bawahi adalah kecepatan informasi dari hitungan bulan, minggu, hari, jam, menit, sampai ke detik, bahkan menjadi bagian dari detikitu sendiri. Jadi, perkembangan informasi saat ini sudah menggunakan hitungan per detik.
Terdapat pro dan kontra tentang perpustakaan elektronik. Pihak yang pro memandang ada sejumlah kelebihan perpustakaan elektronik dibanding perpustakaan tercetak. Kelebihan-kelebihan dimaksud adalah sebagai berikut:
Mudah ditemukan, yakni dengan mencari melalui kata kunci (key word).
Dapat dengan mudah disediakan jika dipasang pada jaringan global (internet).
Mudah dihubungkan (hyperlink) dengan hal yang terkait.
Dengan publikasi elektronik, karya ilmiah dapat segera dipencarkan, begitu selesai ditulis.
Publikasi elektronik dapat menekan biaya penerbitan.
Terlepas dari pro dan kontra tersebut, ternyata kehadiran publikasi elektronik, khususnya publikasi ilmiah, tidak dapat dihindari. Hal ini antara lain dapat dilihat dari rekomendasi tentang publikasi elektronik yang dihasilkan dalam ICSU UNESCO Conference of Experts Electronic Publishing in Science, Paris, 19-23 February 1996. Beberapa diantaranya yang perlu disampaikan di sini ialah:
Perlunya mitra bestari (peer review) dan aturan pelaksanaan. Praktek mitra bestari hendaknya tetap dilakukan untuk publikasi elektronik seperti halnya publikasi tercetak.
Salah satu fungsi publikasi ilmiah adalah juga sebagai upaya pelestarian ide ilmiah. Fungsi ini hendaknya tetap dipenuhi oleh publikasi elektronik. Konferensi tersebut merekomendasikan pula agar komunitas ilmiah, penerbit, dan pustakawan serta ahli informasi hendaknya bersama-sama menciptakan prinsip dan pedoman dalam pelestarian elektronik, termasuk di dalamnya pemeliharaan, isi kandungan, struktur, pendanaan, keterjangkauan dan kompatibelitasnya. Dalam kaitan ini, diharapkan juga adanya kerjasama dengan ISO dalam hal standar internasional.
Hendaknya anggaran untuk akses informasi bagi keperluan penelitian dan publikasi hasil penelitian menjadi bagian dari anggaran penelitian itu sendiri. Selain itu, ditekankan bahwa ketersediaan informasi dalam bentuk sistem temu kembali informasi menjadi sangat penting sebagai upaya pengembangan efektifitas penelitian maupun pendidikan. Hendaknya sistem informasi ilmiah ini mendapat pendanaan yang cukup. Perlu pula dilakukan studi biaya dan manfaat publikasi elektronik yang melibatkan wakil dari perpustakaan, kalangan ilmuwan dan penerbit.
Walaupun setiap disiplin keilmuan selalu mempunyai prosedur pengumpulan dan pemencaran informasi, namun selalu dapat diidentifikasi hal-hal mendasar yang hendaknya diketahui masyarakat ilmiah. Latihan dasar tentang sumberdaya informasi dan pendayagunaan perpustakaan elektronik hendaknya diberikan kepada para ilmuwan. Masyarakat ilmuwan hendaknya diberikan sarana komunikasi internasional dan diprioritaskan untuk pertukaran informasi ilmiah. Dengan meningkatnya peran ilmuwan dalam publikasi elektronik, hendaknya juga diberikan fasilitas pertukaran pengalaman dan keahlian di bidang ini. Sebagai langkah pertama ialah penyediaan akses bagi para ilmuwan kepada jaringan global (internet).
Kerjasama internasional hendaknya terus dikembangkan, terutama karena pada saat ini partisipasi masyarakat ilmiah di negara berkembang semakin meningkat. Diharapkan, ICSU dan UNESCO tetap menjadi pelopor dalam kerjasama ini. Namun demikian, salah satu kendala dalam hal ini terletak pada pendanaan. Oleh karena itu, dukungan lembaga internasional memang sangat diharapkan.
KEMUNGKINAN UNTUK PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA
Gagasan tentang perpustakaan elektronik untuk Indonesia --saat ini-- mungkin terlalu maju. Sebab, yang tengah dilakukan oleh perpustakaan dan pusat-pusat informasi di Indonesia saat ini adalah baru pada tahap membangun jaringan kerjasama dengan kegiatan tukar-menukar informasi (dalam arti luas) secara hastawi (manual) dan belum berfungsi maksimal. Untuk menyebut beberapa contoh: sebuah lembaga di bawah Dirjen Dikti Depdikbud, yakni Unit Koordinasi Kegiatan Perpustakaan (UKKP) pada dekade 1980-an membentuk 8 Pusat Layanan Disiplin Ilmu (PUSYANDI) yang bertujuan menyediakan layanan disiplin ilmu bagi pemakai dari seluruh Indonesia. Kalangan IAIN seluruh Indonesia juga pernah membina kerjasama perpustakaan yang dimulai pada tahun 1989, dengan kegiatan pertemuan berkala setahun sekali melalui pertukaran publikasi seperti daftar buku baru, indeks majalah islam, serta pendidikan tenaga pustakawan selama tiga bulan, yang dipusatkan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kerjasama lainnya ialah jaringan komunikasi dan informasi penelitian antar IAIN, yang bertujuan mengumpulkan laporan penelitian staf pengajar IAIN serta pertukaran publikasi. Semua kegiatan kerjasama tersebut masih dilakukan secara hastawi sampai pada akhir dasawarsa 90-an.
Penulis telah mensurvey beberapa perpustakaan perguruan tinggi di Jakarta dan Surabaya (negeri maupun swasta). Hasilnya menunjukkan, ada kemajuan dalam penerapan TI untuk kerjasama jaringan informasi (Lihat tabel). Sistem manual sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan, diganti dengan sistem komputerisasi atau pemanfaatan TI yang tersedia. Kemampuan menerapkan TI untuk kerjasama jaringan menunjukkan bahwa mereka sebenarnya sudah siap untuk menjadi perpustakaan elektronik.
Dari tabel tersebut, terlihat adanya beberapa piranti penting yang melengkapi syarat suatu perpustakaan elektronik. Namun demikian, hasil survey menunjukkan hanya ada dua (dari 8 yang disurvey) perpustakaan yang telah menyediakan pangkalan datanya ke dalam internet, yaitu Petra dan Ubaya.
RANCANG BANGUN SISTEM PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK
Ketika membicarakan perpustakaan elektronik, maka penulis menganggap bahwa pada perpustakaan itu sudah berlangsung sistem komputerisasi dan tidak ada di dalamnya perpustakaan hastawi. Sebab, otomasi (searti dengan komputerisasi) merupakan keniscayaan yang tak bisa ditawar bagi sebuah perpustakaan elektronik. Untuk kegiatan ke dalam (ing griya), diperlukan Local Area Network (LAN), yang berfungsi untuk menangani kegiatan perpustakaan (library housekeeping) --seperti input data, membuat cantuman bibliografi, mencetak katalog jika diperlukan, menangani kegiatan administrasi, melayani peminjaman dan pengembalian (sirkulasi), menyediakan penelusuran melalui OPAC (Online Public Access Catalogue), membuat statistik pengunjung, dsb.-- secara terpadu. LAN juga bisa diperluas ke berbagai bagian yang ada di perguruan tinggi, misalnya ke fakultas-fakultas, rektorat, Puslit, dan lain-lain. Link tersebut memungkinkan mereka mengakses langsung ke pangkalan data (database) dari tempat mereka sendiri, tanpa harus datang ke perpustakaan.
Sedangkan untuk menghubungkan jaringan ke luar, diperlukan Wide Area Network (WAN), dengan langkah-langkah alternatif sebagai berikut:
Mengupayakan sebuah Personal Computer (PC) yang dilengkapi dengan x.25 card melalui Packet Assembler de-Assembler (PAD) agar dapat dihubungkan ke jaringan. Tujuannya agar PC itu dapat akses ke satu LAN atau lebih, sehingga PC menjadi workstation beberapa LAN secara remote access. Selain itu, PC juga dapat memanggil dan terhubung ke PC lain, host dan sebagainya. Artinya, satu saat PC tersebut dapat me-remote access ke PC lain dan pada saat lain mengakses ke satu LAN, host A, B, dan C yang ada di jaringan. Jadi, sistem ini mirip sistem ATM pada kebanyakan Bank. Misalnya, Perpustakaan IAIN Surabaya bisa melakukan akses langsung ke Perpustakaan IAIN Jakarta, IAIN Yogyakarta, Unair, Petra dan sebaliknya. Jaringan akan memberikan sambungan sesuai dengan nomor yang dipanggil. Penomoran jaringan bisa diatur dengan standar Number User Address (NUA).
Menghubungkan beberapa LAN ke komputer induk (host). Gateway server LAN yang dilengkapi dengan x.25card dan PAD dapat mengakses satu atau lebih host, sehingga beberapa aplikasi dan data yang ada di host dapat dipakai bersama oleh seluruh workstation yang terhubung ke LAN itu. Dengan demikian, LAN yang ada di cabang dapat berkomunikasi dengan beberapa cabang lain secara simultan dengan menggunakan sirkit virtual yang berbeda.
Untuk mengefektifkan kinerja jaringan, perlu dibentuk dua atau tiga pusat (host), misalnya host A di perpustakaan IAIN Surabaya, host B di UGM Yogyakarta, host C di IAIN Jakarta, dan sebagainya. Para host ini bertindak selaku koordinator, sekaligus berfungsi sebagai antar muka (inter-face) yang menghubungkan kepentingan anggota yang satu dengan lainnya.
Memasang dan mengaktifkan internet.
Model jaringan di atas mengasumsikan hubungan antara anggota (simpul/nodes) secara terpusat terbagi. Host-host tersebut berperan sebagai antar muka yang menghubungkan komunikasi jaringan antara simpul yang satu dengan lainnya di host lain. Host juga berperan mendistribusikan informasi kepada simpul. Informasi di sini bisa berupa daftar bibliografi bahan pustaka (melalui OPAC), artikel majalah dan informasi ilmiah lainnya (melalui CD-Net), electronic mail, electonic bulletin board system, electronic conferencing, dan lain-lain. Semua informasi tersebut bisa di-download (diambil) atau di-upload (dikirim).
PENUTUP
Analisis terhadap penarapan TI dalam sistem jaringan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia dan kemungkinan penerapannya, menunjukkan bahwa TI memberikan kemudahan luar biasa kepada pengguna untuk mengakses informasi lintas batas. Di sisi lain TI, juga memberikan kemudahan bagi pengelola informasi (pustakawan) untuk mengolah, menyimpan dan menyebarkannya. Selain itu, TI juga menjadi sarana membangun perpustakaan elektronik yang kehadirannya tidak bisa dihindari. Dengan mensurvey beberapa perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia, didapatkan gambaran tentang kesiapan perpustakaan perguruan tinggi menyambut "makhluk baru" dalam dunia informasi yaitu perpustakaan elektronik. Terbentuknya jaringan informasi --dan perpustakaan elektronik di dalamnya-- sangat diperlukan bagi perguruan tinggi, guna memberikan akses yang besar kepada pemakai (mahasiswa, dosen, peneliti) terhadap perkembangan pengetahuan dari detik ke detik.
Keniscayaan untuk membentuk learning society di perguruan tinggi, salah satu caranya ialah dengan meningkatkan kemampuan menggunakan TI, dan selalu mengikuti perkembangannya. Bahan pustaka dalam bentuk elektronik perlu diperbanyak, agar selain memperbesar akses terhadap informasi juga mempermudah pengelolaannya. Yang tidak kalah penting lagi adalah dengan semua itu, meningkatlah kualitas dan citra perguruan tinggi. @
Penulis adalah lulusan JIP-FS Universitas Indonesia
Staf perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya
Sumber : http://www.geocities.com/HotSprings/6774/j-3.html
Manifesto Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO
Manifesto Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO
Perpustakaan Sekolah dalam Pengajaran dan Pembelajaran untuk Semua
(Bahasa Indonesia)
Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar keberhasilan fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan informasi. Perpustakaan sekolah membekali murid berupa keterampilan pembelajaran sepanjang hayat serta imajinasi, memungkinkan mereka hidup sebagai warganegara yang bertanggungjawab.
Misi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah menyediakan jasa pembelajaran, buku dan sumber daya yang memungkinkan semua anggota komunitas sekolah menjadi pemikir kritis dan pengguna informasi yang efektif dalam berbagai format dan media. Perpustakaan sekolah berhubungan dengan jaringan perpustakaan dan informasi yang lebih luas sesuai dengan prinsip Manifesto Perpustakaan Umum yang dikeluarkan UNESCO.
Staf perpustakaan menunjang penggunaan buku dan sumber informasi lainnya, mulai dari buku fiksi sampai dokumenter, dari tercetak sampai elektronik, yang tersedia di sekolah maupun tempat lain. Materi tersebut melengkapi dan memperkaya buku ajar, bahan dan metodologi mengajar.
Telah terbukti, jika para pustakawan dan guru bekerja sama, maka murid akan mencapai tingkat literasi, kemampuan membaca, belajar, memecahkan masalah serta keterampilan teknologi informasi dan komunikasi yang lebih tinggi. Jasa perpustakaan sekolah harus diselenggarakan secara adil dan merata bagi semua anggota komunitas sekolah tanpa membeda-bedakan umur, ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan, bahasa, status profesional ataupun sosial. Jasa dan materi khusus perpustakaan harus disediakan bagi mereka yang tak mampu menggunakan arus utama jasa dan materi perpustakaan. Akses ke jasa dan koleksi perpustakaan hendaknya didasarkan pada Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tidak terikat pada segala bentuk ideologi, politik dan sensor agama, ataupun tekanan perdagangan.
Legislasi Pembiayaan dan Jaringan
Perpustakaan sekolah memiliki arti penting bagi strategi jangka panjang pengembangan literasi, pendidikan, penyediaan informasi sertaekonomi, sosial dan budaya. Sebagai bentuk tanggung jawab para pejabat berwenang lokal, regional dan nasional, maka hal itu perlu dukungan legislasi dan kebijakan khusus. Perpustakaan sekolah harus memperoleh pendanaan yang mencukupi dan berlanjut untuk keperluan tenaga terlatih, materi perpustakaan, teknologi dan fasilitas. Pemenuhan kebutuhan tersebut hendaknya cuma-cuma. Perpustakaan sekolah merupakan mitra penting dalam jaringan perpustakaan dan informasi lokal, regional, dan nasional. Jika perpustakaan sekolah berbagi fasilitas dan/atau sumber daya dengan jenis perpustakaan lain, seperti perpustakaan umum, maka tujuan khas perpustakaan sekolah harus diakui dan dipertahankan.
Implementasi Manifesto
Pemerintah, melalui kementerian yang bertanggung jawab atas pendidikan, didorong untuk mengembangkan strategi, kebijakan dan perencanaan yang mengimplementasikan prinsip Manifesto ini. Perencanaan hendaknya mencakup penyebaran Manifesto ini pada program pelatihan awal dan kesinambungan bagi pustakawan dan guru.
Tujuan Perpustakaan SekolahPerpustakaan sekolah merupakan bagian integral proses pendidikan. Berikut ini butiran penting bagi pengembangan literasi, literasi informasi, pengajaran, pembelajaran dan kebudayaan serta merupakan jasa inti perpustakaan sekolah:
mendukung dan memperluas sasaran pendidikan sebagaimana digariskan dalam misi dan kurikulum sekolah;
mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan anak dalam kebiasaan dan keceriaan membaca dan belajar, serta menggunakan perpustakaan sepanjang hayat mereka;
memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam menciptakan dan menggunakan informasi untuk pengetahuan, pemahaman, daya pikir dan keceriaan;
mendukung semua murid dalam pembelajaran dan praktek keterampilan mengevaluasi dan menggunakan informasi, tanpa memandang bentuk, format atau media, termasuk kepekaan modus berkomunikasi di komunitas;
menyediakan akses ke sumber daya lokal, regional, nasional dan global dan kesempatan pembelajar menyingkap ide, pengalaman dan opini yang beraneka ragam;
mengorganisasi aktivitas yang mendorong kesadaran serta kepekaan budaya dan sosial;
bekerja dengan murid, guru, administrator dan orangtua untuk mencapai misi sekolah;
menyatakan bahwa konsep kebebasan intelektual dan akses informasi merupakan hal penting bagi terciptanya warga negara yang bertanggung jawab dan efektif serta partisipasi di alam demokrasi;
promosi membaca dan sumber daya serta jasa perpustakaan sekolah kepada seluruh komunitas sekolah dan masyarakat luas.
Perpustakaan sekolah memenuhi fungsi tersebut dengan mengembangkan kebijakan dan jasa, memilih dan memperoleh sumber daya informasi, menyediakan akses fisik dan intelektual ke sumber informasi yang sesuai, menyediakan fasilitas pembelajaran, serta mempekerjakan staf terlatih.
Staf
Pustakawan sekolah adalah anggota staf berkualifikasi profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan perpustakaan sekolah, sedapat mungkin dibantu staf yang cukup, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah, dan berhubungan dengan perpustakaan umum dan lainnya.
Peran pustakawan sekolah bervariasi tergantung pada anggaran, kurikulum dan metodologi pengajaran di sekolah, dalam batas kerangka kerja keuangan dan perundang-undangan nasional. Di dalam konteks khusus, ada ranah umum pengetahuan yang penting jika pustakawan sekolah mengembangkan dan mengoperasikan jasa perpustakaan sekolah yang efektif: yaitu mencakup sumber daya, manajemen perpustakaan dan informasi serta pengajaran. Di dalam lingkungan jaringan yang makin berkembang, pustakawan sekolah harus kompeten dalam perencanaan dan pengajaran keterampilan menangani informasi yang berbeda-beda bagi guru dan murid. Dengan demikian, pustakawan harus melanjutkan pengembangan dan pelatihan profesionalnya.
Penyelenggaraan dan Manajemen
Untuk menjamin penyelenggaraan yang efektif dan dapat dipertanggungjawabkan, maka:
kebijakan mengenai jasa perpustakaan sekolah harus dirumuskan guna menentukan tujuan, prioritas dan jasa dalam kaitannya dengan kurikulum sekolah;
perpustakaan sekolah harus terorganisasi dan dikelola sesuai standar profesional;
jasa hendaknya dapat diakses oleh semua anggota komunitas sekolah dan diselenggarakan dalam konteks komunitas lokal;
kerjasama dengan guru, manajemen senior sekolah, administrator, orang tua murid, pustakawan dan profesional informasi lainnya dan kelompok komunitas harus didorong.
Translanted by Mr Hernanonono, Prof. Sulostyo Basuki and Lucya Dhamayanti on behalf of the National Library of Indonesia.
Sumber : http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/manifesto-id.htm
"PERPUSTAKAAN di sekolah kami sempit dan terasa sesak, karena kami satu ruangan dengan koperasi dan PMR".
Forum Guru Perpustakaan Sekolah
Oleh Dra. St. FARIDA ROSTIAWATY N.
"PERPUSTAKAAN di sekolah kami sempit dan terasa sesak, karena kami satu ruangan dengan koperasi dan PMR". Pernyataan itu dikemukakan salah seorang peserta diklat pengelola perpustakaan sekolah tingkat nasional yang dilaksanakan di Cipayung, Bogor, beberapa waktu lalu.
Diklat yang diikuti 120 peserta dari 10 provinsi itu, sebagian besar peserta mengungkapkan masalah yang hampir sama saat sesi tanya jawab. Yakni mengenai kondisi, koleksi dan pengelola perpustakaan sekolah.
Kondisi perpustakaan sekolah umumnya belum memadai, baik ukuran luasnya maupun fasilitasnya. Banyak perpustakaan sekolah yang luasnya sama dengan ruang belajar, tidak memiliki kursi dan meja baca yang layak. Bahkan ada yang disaturuangkan dengan organisasi lain, seperti pernyataan rekan di atas.
Begitu pula koleksi perpustakaan, banyak buku yang tidak bisa dimanfaatkan, karena buku yang ada terutama buku paket yang dikirim dari pusat (Depdiknas) ada yang tidak sesuai kurikulum yang berlaku saat ini. Akhirnya sebagian guru/ pengajar memilih buku-buku dari penerbit (swasta), sebagai acuan dalam proses KBM (kegiatan belajar mengajar). Hal ini bagi peserta didik yang orang tuanya mampu tentu tidak menjadi masalah, tapi bagaimana dengan mereka yang dari golongan tak mampu?
Sedangkan tentang pengelola perpustakaan, di beberapa sekolah pustakawan bukan lulusan ilmu perpustakaan, tidak profesional, dan ada yang petugasnya hanya seorang. Itu pun rangkap jabatan dengan mengajar, akhirnya pelayanan perpustakaan tidak maksimal!
Sudah sedemikian parahkah perpustakaan sekolah di negara kita? Jawabnya tentu relatif, mungkin ya, mungkin tidak. Di kota besar, di sekolah seperti Al Azhar, SMA Lab School, SMAN 70 Jakarta, SMA Regina Pacis Bogor, atau sekolah lainnya mungkin tidak ada masalah dengan perpustakaan sekolah. Sebab realitas memperlihatkan, sekolah yang memiliki reputasi baik, memiliki perpustakaan yang terkelola dengan baik pula.
Di beberapa daerah, perpustakaan sekolah sepertinya memang dinomorduakan, dalam pembagian tugas atau struktur organisasi, kedudukan pengelola perpustakaan ada di bawah wakil sarana dan prasarana. Yang lebih menyedihkan ada yang tidak memasukkan pendanaan perpustakaan ke dalam RAPBS (rencana anggaran pendapatan dan belanja dekolah). Kalaupun ada dananya sangat minim, dan kadang tidak sesuai yang dianggarkan.
Sebagai sumber belajar
Keberadaan perpustakaan sekolah sebetulnya merupakan hal yang mutlak. Sebab di dunia pendidikan, perpustakaan sekolah merupakan jantungnya informasi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pendidikan. Perpustakaan merupakan sumber belajar yang sangat penting, dan bertugas sebagai media penyampai publikasi kekayaan intelektual dan sarana pendukung kegiatan pendidikan.
Di samping itu, perpustakaan sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar bagi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Namun, banyak pihak sekolah yang mungkin tidak menyadari hal itu, dan kalaupun di sekolah sudah ada perpustakaan, manfaat perpustakaan belum dapat dirasakan.
Tidak termanfaatkannya perpustakaan sekolah, menurut Taufik Ismayanto (dosen Ilmu Perpustakaan FIB-UI), berpulang pada masalah klasik. Misalnya kualitas SDM pengelola perpustakaan sekolah, terbatasnya dana rutin yang dialokasikan untuk perpustakaan, kurangnya perhatian dari pimpinan sekolah dan belum adanya program pemerintah yang terencana dan berkesinambungan dalam mengembangkan perpustakaan.
Jadi, bagimana solusinya agar perpustakaan sekolah lebih berkembang, dan dapat dimanfaatkan warga sekolah? Menurut Zulfikar Zein, M.A. (dosen Ilmu Perpustakaan UI), ada 3 pilar utama yang memperkokoh perpustakaan sekolah, yaitu: a. Pemakai; perpustakaan akan tetap eksis dan berkembang jika pemakainya, dalam hal ini warga sekolah, aktif dan disiplin. b. Pustakawan; memiliki sikap tulus hati, ramah, berpikiran positif, supel, pro aktif, dedikatif, dan profesional. c. Koleksi; banyak, lengkap dan beragam.
Ketiga pilar itu akan makin kokoh jika kepala sekolah sebagai orang pertama di sekolah beserta dewan sekolah dan semua pihak pemegang otoritas pendidikan bersama-sama, berpikir, berencana dan bertindak dalam meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah. Peningkatan anggaran, pengembangan koleksi dan penyediaan tempat yang ideal mutlak dilakukan.
Selain itu, tentunya dukungan dari pemerintah pun sangat diperlukan. Apalagi dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat 1 disebutkan, sarana dan prasarana pendidikan (dalam penjelasan dikemukakan bahwa salah satu sarana yaitu perpustakaan sekolah) harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Ditambah pada Pasal 45 berbunyi: tiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Lewat pernyataan itu, pemerintah tentu harus terlibat dalam peningkatan perpustakaan, bukan sekadar wacana. Sebab, bagaimana mungkin kita dapat mengejar ketertinggalan dari negara lain, terutama dari negara serumpun seperti Malaysia, Brunei Darussalam atau lainnya. Kalau dalam bidang pendidikan dalam hal ini perpustakaan, tidak mendapat perhatian dari pemerintah? Inilah PR yang harus dilakukan kita semua, terutama pemerhati pendidikan.***
Penulis, Guru Bahasa Indonesia dan Pustakawan SMAN I Subang
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0205/28/1105.htm
Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan Sekolah
Sugiyanto
KETIKA kita mendengar kata perpustakaan, dalam benak kita langsung terbayang sederetan buku-buku yang tersusun rapi di dalam rak sebuah ruangan. Pendapat ini kelihatannya benar, tetapi kalau kita mau memperhatikan lebih lanjut, hal itu belumlah lengkap. Karena setumpuk buku yang diatur di rak sebuah toko buku tidak dapat disebut sebagai sebuah perpustakaan.
Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Namun, di zaman sekarang, koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas berupa buku-buku, tetapi bisa berupa film, slide, atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber informasi itu diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan suatu informasi, kita dengan mudah dapat menemukannya.
Dengan memperhatikan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan dapat digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi.
PERPUSTAKAAN sekolah merupakan salah satu jenis perpustakaan pada umumnya yang terbentuk dalam suatu lembaga yang dinamakan sekolah. Perpustakaan ini didirikan agar kegiatan belajar-mengajar yang digariskan dalam kurikulum dapat berjalan dengan lancar. Adapun para pemakai perpustakaan sekolah adalah orang- orang yang berada dalam lingkungan sekolah, yaitu guru, karyawan, dan yang terutama adalah para siswa sekolah itu.
Salah satu layanan yang diberikan adalah pengadaan bahan-bahan pustaka yang menunjang kurikulum, dengan harapan para siswa dapat mempertinggi daya serap dan penalaran proses pendidikan. Sementara para guru dapat memperluas cakrawala pengetahuannya dalam kegiatan mengajar. Demikian pula dengan para karyawan selain guru, perpustakaan diharapkan dapat membantu mereka untuk lebih menghayati tugasnya masing- masing.
Namun, dalam kenyataannya, perjalanan perpustakaan sekolah tidaklah semulus yang diharapkan. Ada beberapa hal yang sering menghambat fungsi perpustakaan sekolah. Pertama, terbatasnya ruang perpustakaan di samping letaknya yang kurang strategis. Banyak perpustakaan yang hanya menempati ruang sempit, dengan tanpa memperhatikan kesehatan dan kenyamanan. Kesadaran dari pihak sekolah sebagai penyelenggara sangatlah kurang. Perpustakaan hanyalah untuk menyimpan koleksi bahan pustaka saja. Pengunjung tidak merasa nyaman membaca buku di perpustakaan, sehingga perpustakaan dipandang sebagai tempat yang kurang bermanfaat. Dengan melihat keadaan di atas sepertinya pihak sekolah kurang menyadari tentang pentingnya perpustakaan. Keberadaan perpustakaan hanyalah untuk pelengkap saja.
Kedua, keterbatasan bahan pustaka, baik dalam hal jumlah, variasi maupun kualitasnya. Keberadaan bahan-bahan pustaka yang bermutu dan bervariasi sangatlah penting. Dengan banyaknya variasi bahan pustaka, anak akan semakin senang berada di perpustakaan, kegemaran membaca dapat tumbuh dengan subur sehingga kemampuan bahasa siswa dapat berkembang baik dan dapat membantu anak dalam memahami pelajaran-pelajaran lainnya. Mengingat kemampuan bahasa merupakan kemampuan dasar yang sangat berpengaruh dalam belajar. Begitu juga jika bahan pustakanya bermutu, maka anak akan banyak memperoleh pengetahuan yang berguna dalam hidupnya. Namun, untuk mengadakan bahan pustaka yang banyak dan bervariasi dibutuhkan dana yang sangat besar, mengingat harga bahan pustaka biasanya mahal, lebih-lebih jika bahan pustaka tersebut bermutu. Namun, dari pihak sekolah sendiri sering kurang berusaha untuk menambah koleksi bahan pustaka, dengan alasan utama adalah mahalnya harga bahan pustaka. Padahal, anggaran untuk belanja bahan pustaka setiap tahunnya selalu ada, namun jumlah bahan pustaka tidak pernah bertambah.
Ketiga, terbatasnya jumlah petugas perpustakaan (pustakawan). Banyak perpustakaan sekolah yang tidak ada petugasnya, atau hanya tugas sambilan. Maksudnya, mereka bukan petugas yang hanya mengurus perpustakaan saja, sehingga sering tugas di perpustakaan jadi dikesampingkan dan perpustakaan dianggap kurang bermanfaat. Lebih-lebih bertugas di perpustakaan adalah pekerjaan yang sangat menjenuhkan, baik dalam hal pelayanan pengunjung maupun perawatan bahan pustaka yang ada, sehingga dibutuhkan suatu kesabaran yang tinggi.
Keempat, kurangnya promosi penggunaan perpustakaan menyebabkan tidak banyak siswa yang mau memanfaatkan jasa layanan perpustakaan. Anak kurang tahu tentang kegunaan perpustakaan, begitu juga dengan bahan pustakanya. Dia membutuhkan dorongan dan ajakan untuk berkunjung ke perpustakaan.
Kurangnya ajakan untuk mengunjungi perpustakaan menjadikan anak asing terhadap perpustakaan. Untuk tahap-tahap awal, anak perlu dipaksa masuk perpustakaan, yaitu dengan jalan memberi tugas membaca buku dan kemudian menceritakan atau membuat laporan. Lama-kelamaan hal itu menjadi kebiasaan yang positif dan mereka akan merasa membutuhkan perpustakaan.
BAHAN pustaka merupakan aset utama yang sangat berharga bagi perpustakaan, sehingga pihak perpustakaan harus sungguh-sungguh dalam menjaga dan merawat bahan pustaka yang ada. Dengan perawatan bahan pustaka secara baik, pihak perpustakaan tinggal menambah secara berangsur-angsur, sedikit tapi pasti. Baik melalui belanja sekolah atau dengan program pengumpulan buku-buku, baik buku baru dan buku bekas, dapat berupa sumbangan dari pemerintah ataupun sumbangan dari siswa setelah lulus. Atau, bisa juga bekerja sama dengan sekolah lain dengan cara saling tukar bahan pustaka. Dengan demikian, pelan tapi pasti banyaknya bahan pustaka akan dapat mengobati keinginan dari penggunanya.
Keengganan anak ke perpustakaan bisa juga karena yang tersedia di perpustakaan kurang menarik bagi anak. Maksudnya, jenis bahan pustaka yang ada kurang disenangi anak, sehingga keberadaan bahan pustaka di perpustakaan kurang dapat menarik anak. Dengan melihat hal tersebut, maka sangatlah perlu untuk diadakan penelitian tentang minat baca dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis bacaan yang menjadi kesukaan anak. Jangan sampai terjadi pembelian buku yang banyak dan dengan mengeluarkan uang banyak namun sia-sia, tidak ada yang mau membacanya.
Sugiyanto Guru SMP 1 Banjarejo, Blora, Jawa Tengah
Naskah UNDANG-undang perpustakaan 2007
silahkan klik di ats untuk melihat undang-undang perpustakaan
Puisi Henky
AIR CONDITIONER JIWA
KUMPULAN PUISI
Abdull Hafid
Orang BaruGelanggang yang berada di depan kuJelas..... kecilKu coba-coba terokainya dengan sentuhan jari halus ini...Ternyata...... dugaan ku melesetHanya bermodalkan puisi Kini PC ku penuh berisiDengan ide bernas penuh sensasiKalau dulu highway yang sunyiNamun kini..... melintas pun tidak beraniNama-nama kalian umpama lampu yang berkerdipanKarya dan debat berbalas-balasanMembuat aku semakin kerdil terpesona pada kehebatanSiapa lagi kalau bukan kalian
Agus Suryanto
Kisah Sebuah Hati(Mei '98)Ketika sebongkah es membungkus jantungSebutir bintang memancarkan sinarMengalirkan panasMencairkan hati yang sekian lama bekuMenghidupkan jiwa yang sekian lama matiNyala bintang semakin terangPintu hati tlah dibukaAjak bintang menari di angkasaAwan langitpun terusirKilau hati dan bintang kian mempesonaTibalah kini di ujung pagiBintangpun harus pergimeninggalkan hatiHaruskah hati mati dan membeku lagi .........
Bayuni Shantiko
WAHAIhai ... apa kabar?itu yang sering kusapakan pada matahari ketika datanghai... hari ini kabarmu bagaimana?kuucap di menjelang senjahai... kamu kemana saja?kemanapun kamu melangkahsungguh!aku pedulihai...cuma basa basihai...aku pedulihai...kenapa kau tidak?cikini-depok3/11/98
SAYAP-SAYAP PATAHseperti sayap-sayap yang patahdi keheningan sebuah senjalalu sayap-sayap meninggalkan peraduanbersama menutup malamada sayap yang benar-benar patahdibalik teralidepok 7/11 98
Rubon (Rumah Kebon) Pak Armanmenyusuri tepi danauaku seakan sampai pada keheningandi antara hutan beton dan akasiaterhampar tanpa batassedikit berjalan,kebon kacang dan singkonglidah buaya menjulur-julurjangkrik dan beberapa ayam hutan menyambung hiduprumahnya menyendiricat putih, bersih dan elegankokoh tapi sederhanaberdiri mengangkangi sungai tanpa tepiaku datang lagi tanpa kemewahan dan keangkuhan segelas teh, sepiring singkong rebusia hanya ingin sisa umurnyaseperti elang yang hinggap tadi pagikemudian dinginnya malammenggelitik ingatankuada rasa yang sederhanadan apa adanya8/11/98
BONEKAdiantara gemulai gadis ber-rok minidan insyafku wanitakuterbungkus dan sederhanademo tak juga bubarlukisan yang tak pernah selesaikata-kata yang tak terkatakandan gerak terbaca bila sadarwanitaku...wanitaku bonekakuteman mengentas sarapan pagimenghantar sepi merambat dalam mimpiseperti itik pulang senjawanitaku.. aku bonekamumembuka dan mendengar telingakutanpa sadar aku muak dan hilangdiri...ahh....aku ereksi disiniaku ejakulasi hatiwanitaku...aaa...aku tanpamu tanya-=14.58 : kantin: 9/12/98=-
Budiyanto Pradono Architect
DI MANAKAH RINDU ?
Sejalan waktu yang kian lalu..kugapai rindu,kutunggu selalu… email yang kau janji dulu..kadang kuharus berebut dengan sang waktu…tatkala rindu tak terbendung; modemku juga enggan berkompromidengan diriku…dimanakah dirimu..??kugapai sepi … kunikmati dingin ini sendiri… bersama seonggok rindu yang menghiburku dengan mimpi..dimanakah kamu?Komputer kasihku hiburkan diriku..lumatkan sepi ini dengan game..kala rindu menggapai kugadaikan dia pada sang waktu..modemku memberi sinyal tanda sudah tersambung; sayang… dirimu tak kunjung hadir .pudar mapat jera… beralas kaki berselimut dingin..beralas rindu…diriku kering… diatas rindu yang membalutku..dan bergelut dengan mimpi…memberiku lebih berarti..dimanakah dirimu kini…?yang kutahu… teknologi telah mematahkan semangat merayakan tubuhtapi menghantarkan roh-roh rindu lewat modem..aku bahkan tak peduli engkau dimana…yang penting memberiku segenggam air dan secangkir rindukureguk hening kumampatkan sepi…. Kunikmati lagi sang rindu…memberi bara pada cinta kita..engkau di antartika, diriku di katulistiwa…itu tak berarti kini..asal modem dan komputerku menemaniku di sini bersama sang rindu..dimanakah dirimu? Aku tak peduli.Dimanakah rindu?Itu yang harus ada, agar cinta tetap terjaga
PUISI
Dengan puisi....
Dengan puisi aku bernyanyi sampai senja umurku nantiDengan puisi aku bercinta berbatas cakrawalaDengan puisi aku mengenang keabadian yang akan datangDengan puisi aku menangis jarum waktu bila kejar mengiriDengan puisi aku memutih nafas jalan yang busukDengan puisi aku berdoa perkenankanlah kiranya
Aduuh hari gini kok masih sempet-sempetnya ngomongin cinta?Tapi cinta khan nggak kenal perang, nggak kenal panas, nggak kenal hujan,nggak kenal badai, apalagi cuma badai reformasi!
Puisi cinta di sini banyak sekali bentuknya, cinta kepada Allah, cinta kepada orangtua,cinta kepada adik-kakak, cinta kepada kekasih, cinta kepada negeri,pokoknya segala macem cinta yang pernah kita rasain deh... !!
Nah, buat siapa aja yang seneng nulis puisi cinta, dan pengen ikutan nyumbangdi halaman ini, kamu kirim aja ke emailku, puisinya terserah mau diambildari mana, asal ditulis jelas pengarangnya siapa, syukur-syukur kalau ngarangsendiri, wah... lebih berarti tuh biasanya...!!
Siapapun yang lolos sensor TARTO bisa ngeliat hasil karya/kirimannyadi halaman ini... OK, Inong tunggu kiriman kamu!! Salam!!
Otomasi Perpustakaan Manual Athenaeum Light 6.0
Manual Athenaeum Light 6.0
Disusun oleh
APA ITU ATHENAEUM LIGH
Kata Athenaeum diambil dari bahasa Yunani, yang artinya perpustakaan atau reading room. Nama ini digunakan oleh Sumware Consulting, NZ untuk nama produk perangkat lunak “gratisan” yang mereka buat.
Versi Light, adalah versi sederhana dan merupakan potongan dari versi yang lebih lengkap Athenaeum Pro (tidak gratis). Sekalipun aplikasi ini adalah gratisan dan sekedar potongan perangkat lunak untuk tujuan promosi, nampaknya fitur-fitur dalam Athenaeum Light masih sangat menarik untuk dipakai sebagai salah satu sarana otomatisasi perpustakaan secara sederhana. Tentang Athenaeum bisa dilihat di http://sumware.co.nz/athenaeum/light.php
Selain menyuguhkan fasilitas untuk mengemas pangkalan data buku (collections), aplikasi ini juga menyediakan fasilitas untuk melakukan peminjaman dan membuat laporan. Fasilitas lain seperti seperti pembuatan label, barcode, statistik dan stock opname juga disediakan. Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri yang jarang dijumpai pada aplikasi gratisan lain.
Athenaeum dibangun dari Software Database Filemaker Pro 6.0 (www.filemaker.com). Sebuah perangkat lunak untuk mengelola data dengan operasi yang sangat mudah dan sederhana. Kemudahan yang diberikan Filemaker telah menobatkannya sebagai software yang “paling mudah” digunakan, versi majalah PC World 2004. Kemudahannya pula yang memberi peluang pada banyak orang (non-programer) mampu untuk memodifikasi bahkan membuat sendiri sebuah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan,
Athenaeum Light 6.0 dikemas secara open-script, artiya kode atau formula di dalamnya tidak ditutup oleh pembuatnya. Hal ini memudahkan para pemakainya untuk meperbaiki, memodifikasi tampilan, field, bahasa, serta relasi data sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
INSTALASI DAN KONFIGURASI
.Athenaeum Light 6.0 dikemas secara runtime [exe] dan bekerja pada OS Windows / 95 / 98/ ME / 2000 / XP. Dengan mengkopi seluruh file ke dalam perangkat keras (copy paste). Aplikasi ini bisa dibuka dengan meng “klik” 2x.
Athenaeum Light Application atau EXE
MEMBUKA PROTEKSI (READ ONLY)
Untuk dapat melakukan entry data dan perintah lain secara penuh, maka proteksi (read only) yang umumnya jika kita mengkopi Athenaeum Light dari CD-ROM ke komputer dengan OS Windows / 95 / 98/ ME / 2000 / XP harus dibuka terlebih dahulu.
Caranya adalah sebagai berikut;
Klik kanan pada folder Athenaeum Light à Properti
2. Hilangkan status Read Only yang masih aktif dengan cara mengklik tanda check list-
3. Tanda check-list Read-only telah hilang
Pilih Apply à pilih Apply changes to this folder, subfolders and file
Catatan: untuk OS Windows XP perintah di atas bisa diabaikan.
MENGGUNAKAN ATHENAEUM LIGHT 6.0
Klik 2x pada file Athenaeum Light Application atau EXE
Lalu akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini
Password
Ada 3 pilihan password untuk membuka Athenaeum Light 6.0
Masukkan password (pilih salah satu password di bawah ini) à ok
Admin (tertinggi) : merdeka
Petugas/pustakawan : freedom
Pengguna (OPAC) : user
Untuk Athenaeum 8.5 v.1 : Kolom user name DIKOSONGI SAJA
Interface (tampilan depan) Athenaeum Light 6.0 dengan menggunakan password merdeka atau freedom
Interface (tampilan depan) Athenaeum Light 6.0 dengan menggunakan password user
MENU ADMINISTRASI
Pada interface (tampilan depan) Athenaeum Light 6.0, terdapat menu Administrasi yang berfungsi untuk merubah beberapa setting seperti memasukkan data organisasi, memasukkan nama administrator, merubah setting athenaeum menjadi multi-user, menetapkan jumlah maksimal buku yang dapat dipinjam, membuat batasan masa atau waktu peminjam dan juga merubah default kertas yang akan dicetak.
Memasukkan Nama dan Logo Organisasi serta Nama Petugas dan Jabatannya
Pilih menu Administrasi, kemudian isilah nama organisasi, nama petugas serta jabatannya dan bila perlu masukkan logo organisasi anda.
Contoh:
Nama Organisasi : Perpustakaan Indonesia Membaca
Nama Admin/petugas : Edo Kasela
Jabatan : Librarian
Maksimum buku yang boleh dipinjam : 10 buku / items
Jangka waktu peminjaman : 14 hari termasuk hari Sabtu dan Minggu (dengan merubah tombol off ke on). Jika jangka waktu peminjaman selama 14 hari tidak termasuk hari Sabtu dan Minggu, maka pindahkan tombol On ke posisi Off.
MENU INFORMASI
Menu ini digunakan untuk memasukkan informasi cara pemakaian Athenaeum, peraturan perpustakaan dan informasi apa saja yang ditujukan kepada pemakai perpustakaan.
Untuk mengisi informasi serta peraturan-peraturan perpustakaan, cukup mengetikkan aturan-aturan/informasi pada kolom yang tersedia.
Lihat gambar di bawah ini :
MENU PENCARIAN
Menu ini berfungsi sebagai katalog untuk mencari buku. Pada menu ini terdapat beberapa fasilitas untuk mencari / menemukan kembali suatu koleksi dengan menggunakan beberapa metode:
1. Fast Find
Pencarian suatu koleksi dengan pendekatan keyword. Dengan mengetikkan keyword, kita dapat memperoleh beberapa list buku yang sesuai dengan keyword yang kita ketikkan pada kolom pencarian.
Contoh
Ketiklah keyword management à Klik OK (tombol ENTER tidak dapat digunakan sebagai shortcut OK) maka akan muncul list buku yang berkaitan dengan kata kunci yang diketik.
2. Easy
Pencarian suatu koleksi dengan menggunakan empat (4) pendekatan, pendekatan judul, pengarang, subyek dan nomor panggil (call number)
3. Detail
Pencarian detail, biasanya digunakan oleh para pengelola perpustakaan dalam mencari koleksi menurut kategori yang lebih detail.
Contohnya, mencari buku dengan kriteria tertentu yaitu dengan pendekatan penerbit tertentu, harga tertentu, jenis tertentu dan lainnya.
Berikut ini gambar tampilan penelusuran secara detail
KATALOG
Katalog pada Athenaeum, telah disesuaikan dengan standar AACR (Anglo-American Cataloguing Rules). Hal ini memudahkan pengguna Athenaeum untuk langusng memasukkan data pada setiap field-fieldnya.
Salah satu katalog Athenaeum:
Bagaimana cara mengisi data buku atau koleksi kita pada katalog Athenaeum?
1. Klik tombol Isi data yang ada di bagian atas
2. Ketik data yang telah kita buat pada setiap field
3. untuk mengisi tampilan cover buku atau koleksi, lakukan copy and paste
Contoh:
Judul : Aku seorang pustakawan
Pengarang : Mulan Kwok
Subyek : pustakawan, novel, perpustakaan
Item id : 0306060001
ISBN : 0-7879-5077-7
Jika telah selesai mengisi data, klik gambar rumah (home) yang ada di pojok sebelah kiri. Athenaeum akan menyimpan data yang sudah kita masukkan secara otomatis.
Jika kita menginginkan buku ini menjadi buku reference, maka pilihlah tab Admin
Kemudian berikan check list dengan cara mengklik kolom Not for issue.
MENGISI DATA ANGGOTA
Untuk mengisi data anggota, pilih menu Anggota pada tampilan awal, kemudian pilih Isi data, dan masukkan data yang kita miliki
PEMINJAMAN
Jika sudah ada data buku dan data anggota, kita dapat melakukan transaksi peminjaman dan pengembalian buku.
Untuk melakukan peminjaman, klik menu Peminjaman
Masukkan No. ID Anggota, jika berhasil, akan muncul nama anggotanya.
Kemudian, masukkan no. ID buku/koleksi, kemudian klik OK.
PENGEMBALIAN
Untuk melakukan pengembalian, masukkan no. ID buku/koleksi kemudian klik OK
PERPANJANGAN
Jika ada anggota yang belum sempat untuk mengembalikan buku/koleksi tepat waktu, ia dapat melakukan perpanjangan masa peminjaman, Athenaeum menyediakan fasilitas tersebut untuk memenuhi kebutuhan anggota untuk memperpanjang masa peminjaman.
Klik tab Perpanjangan, masukkan no. id buku/koleksi yang akan diperpanjang.
MEMBUAT BARCODE
Athenaeum Light, menyediakan fasilitas untuk membuat barcode yang berfungsi untuk memudahkan pengelola perpustakaan/taman bacaan dalam melakukan transaksi peminjaman, pengembalian dan juga perpanjangan buku.
Untuk membuat barcode yang diperlukan adalah meng-install font barcode terlebih dahulu ke komputer kita.
Caranya: buka folder seperti yang terlihat di bawah ini
Kemudian copy file yang di-shortir biru, dan paste di folder Font Windows
Buka Athenaeum, dan pilih menu Katalog, pilih Fasilitas Lain
Maka akan muncul tampilan seperti ini;
klik menu Print yang terdapat dalam kolom Barcode & DDC, kemudian OK
maka akan muncul tampilan seperti ini:
pastikan komputer kita telah terkoneksi dengan printer, kemudian pilih menu Continue yang terdapat di sebelah kiri, pilih OK jika kita ingin mengeprint. Kertas A4 dapat memuat 21 barcode yang akan di cetak.
MEMBUAT KARTU KATALOG
Ada beberapa perpustakaan/taman bacaan yang memerlukan kartu katalog secara manual, meskipun katalog tersebut telah berbentuk elektronik.
Berikut ini cara membuat kartu katalog
Pilih menu Katalog, kemudian klik Fasilitas Lain dan pilih Kartu Katalog
Agar tidak terpotong seperti tampilan di atas, maka sebelum kita mencetak ubahlah set up kertas menjadi landscape. Kertas A4 dapat mencetak 6 kartu katalog.
MEMBUAT LABEL
Sebelum kita membuat label, pastikan dalam tampilan katalog, kita telah memasukkan data pada kolom Nomor Panggil yang terdapat di sebelah kanan.
Jika kita telah memasukkan data pada kolom Nomor Panggil, pilihlah menu Fasilitas Lain, kemudian pilih Item Label, kemudian Ok. Maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini
Pilih Continue, kemudian Ok