Selasa, 08 Januari 2008

Perpustakaan "Online" : Upaya Menghilangkan Sekat Egoisme

Perpustakaan "Online" : Upaya Menghilangkan Sekat Egoisme
Oleh Erwin Edhi Prasetya

sumber: http"//www.kompas. com/kompas- cetak/0701/ 27/jogja/ 1033118.htm

Sebuah idealisme baru menyeruak di dunia pendidikan tinggi Yogyakarta.
Enam perguruan tinggi sepakat bekerja sama mengembangkan sistem
interkoneksi perpustakaan digital online. Sedikit demi sedikit, mereka
mulai membuka sekat-sekat di antara mereka.

Dan, sivitas akademika sebentar lagi bisa lega mengatakan "Buku ini
aku pinjam.. (untuk dibawa pulang)" di sebuah perpustakaan perguruan
tinggi lain.

Hal itu, dulu hingga kini merupakan hal yang hampir tidak mungkin
dilakukan, bahkan juga mustahil. Seorang mahasiswa tidak mungkin
diizinkan meminjam pulang sebuah buku koleksi milik perguruan tinggi
(PT) yang bukan almamaternya. Paling-paling hanya bisa meminjam untuk
dibaca di tempat. Itu pun harus seizin pengurus perpustakaan yang
bersangkutan dan wajib membayar biaya administrasi.

Nina Nurwijayanti, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, misalnya, menceritakan
pernah satu kali berkunjung ke perpustakaan sebuah perguruan tinggi
negeri untuk mencari bahan-bahan untuk tugas kuliah. Namun, karena
proses yang berbelit, ia pun kapok.

"Soalnya harus pakai surat pengantar untuk izin masuk dan harus
membayar biaya administrasi, waktu itu besarnya Rp 10.000 sekali
masuk. Itu pun hanya diizinkan membaca di tempat, buku tidak boleh
dibawa pulang. Paling-paling hanya diperbolehkan fotokopi sebagian,"
tuturnya.

Sejak itu, ia ogah berkunjung ke perpustakaan universitas lain.
Meskipun buku-buku yang diinginkannya kadang-kadang tidak tersedia di
perpustakaan kampusnya. "Ya, terpaksanya harus nyari-nyari di luar,
atau beli buku baru. Padahal, uang saku mahasiswa kan terbatas,"
tuturnya.

Aturan baca di tempat memang diterapkan di hampir semua PT terhadap
sivitas akademika PT lain. Di Perpustakaan Pusat UGM, misalnya,
seorang mahasiswa dari luar UGM harus mendapatkan izin masuk
perpustakaan ataupun izin studi pustaka, untuk bisa membaca koleksi
UPT Perpustakaan UGM. Meskipun proses mendapatkan izin itu sederhana,
yakni menunjukkan kartu mahasiswa dan membayar Rp 2.000 untuk izin
masuk dan Rp 5.000 untuk izin studi pustaka.

Sulitnya akses lintas perguruan tinggi, menurut Kepala UPT
Perpustakaan UGM Ida Fajar Priyanto, karena paradigma kepemilikan dan
"ke-aku-an" begitu kuat dipegang teguh hampir di setiap institusi
pendidikan tinggi terhadap koleksi miliknya, termasuk koleksi
perpustakaan.

"Sebenarnya sudah menjadi ide lama para pustakawan untuk bisa saling
pinjam koleksi antarperpustakaan. Hal seperti itu akan lebih
menguntungkan mahasiswa dan dosen, yang pada akhirnya secara lebih
luas bisa meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di DIY," kata Ida.

Impian tersebut kini coba diwujudkan. Kamis kemarin, enam PT
menandatangani naskah perjanjian kerja sama Pembentukan dan
Pengembangan Inherent Jogja Library di DIY. Keenam PT tersebut, yakni
UGM, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), USD, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Institut Sains
dan Teknologi "Akprind".

Melalui jaringan informasi pendidikan tinggi Inherent (Indonesian
Higher Education Network) yang ada di setiap PT tersebut, mereka
mengembangkan sistem interkoneksi perpustakaan digital online.
Inherent merupakan program pengembangan sistem dan jaringan informasi
pendidikan tinggi berbasis teknologi informasi dan komunikasi (hibah
dari Dikti). Koneksi jaringan antar-PT kini masih terus dikerjakan.

Wakil Kepala Perpustakaan USD A Marsudi, mengilustrasikan kerja sama
itu, seorang mahasiswa USD yang ingin meminjam buku koleksi UNY
nantinya cukup melakukan transaksi peminjaman secara online.
Berikutnya, petugas perpustakaan UNY akan mengirimkan buku yang
dipesan ke USD. "Ini tentu menguntungkan mahasiswa karena bila kita
tidak memiliki buku, bisa pinjam di PT lain," ucapnya.

Bagi mahasiswa, mereka bisa memperoleh informasi dan sumber
pengetahuan yang lebih luas. Akhirnya, mahasiswa dan dosen akan bisa
dengan lega berucap, "Buku ini aku pinjam (untuk dibawa pulang)...."

SUmber: Kompas, Januari 2007

Tidak ada komentar: