Sabtu, 05 Januari 2008

KOMPETENSI DAN PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENDUKUNG TERWUJUDNYA PERGURUAN TINGGI BERTARAF INTERNASIONAL

KOMPETENSI DAN PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENDUKUNG
TERWUJUDNYA PERGURUAN TINGGI BERTARAF INTERNASIONAL
Rita Komalasari
ritasyafei@yahoo.com
ABSTRAK

Komalasari, Rita. 2006. Peran pustakawan, semakin berkembang dari waktu ke waktu.
Kini pustakawan tidak hanya melayani sirkulasi buku, tapi dituntut untuk dapat
memberikan informasi secara cepat, tepat, akurat dan efisien dari segi waktu dan biaya.
Pustakawan dituntut untuk mengembangkan kompetensi yang ada dalam dirinya guna
mendukung pelaksanaan program tridarma perguruan tinggi. Kompetensi dan peran
pustakawan sangat berperan dalam mendukung tercapainya visi perguruan tinggi. Dalam
tulisan ini dipaparkan dan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi dan peran
pustakawan dalam mendukung terwujudnya perguruan tinggi bertaraf internasional.
Dijelaskan pula permasalahan yang dihadapi pustakawan, analisis masalah, solusi serta
upaya upaya yang harus dilakukan guna meraih tujuan dalam mendukung perguruan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi perguruan tinggi di
Indonesia, semakin besar dan kompleks, baik yang ditimbulkan oleh dinamika internal
maupun eksternal. Perguruan tinggi harus terus berupaya mewujudkan visi, misi dan
tujuannya dengan tetap berpijak pada akar budaya yang ada. Visi Universitas Indonesia
(UI) adalah Menjadi Universitas Riset yang mandiri, modern, dan berkualitas
internasional. Visi Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah Menjadi perguruan tinggi
bertaraf internasional dalam pengembangan sumberdaya manusia dan IPTEKS dengan
kompetensi utama di bidang pertanian tropika. Visi Universitas Brawijaya adalah
Menjadi universitas yang terkemuka dan mampu bersaing melewati batas wilayah
nasional.
Merujuk kepada visi perguruan tinggi yang umumnya ingin meraih taraf
internasional, tentunya dibutuhkan kerjasama yang terarah, terencana, kooperatif,
1

bersinergis dan berkesinambungan antara segenap sivitas akademikanya. Semua unsur
harus terlibat dan dilibatkan dalam tatanan kebijakan sesuai tugas pokok dan fungsinya,
demi mencapai visi yang mulia tadi. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perpustakaan
adalah salah satu basis penyangga peradaban bangsa. Perkembangan jaman dan
globalisasi telah memberikan dampak yang cukup positif terhadap aliran informasi. Agar
tidak ketinggalan zaman dan bangsa ini menjadi lebih cerdas, mau tidak mau,
perpustakaan sebagai gudang ilmu, sumber informasi harus dikelola dengan profesional
agar mampu berkiprah di dunia internasional.
Perpustakaan bagi perguruan tinggi/Institut/universitas/organisasi merupakan
sarana penunjang yang sudah selayaknya diperhatikan dan ditangani dengan serius.
Walaupun merupakan sarana penunjang, fungsi perpustakaan bagi perguruan
tinggi/Institut/universitas/organisasi, sangatlah vital, seperti jantung di dalam tubuh
manusia. Untuk membangun perpustakaan yang mampu bersinergi dengan perguruan
tinggi dan sivitas akademikanya, dibutuhkan SDM dalam hal ini pustakawan yang
profesional, yang memiliki etos kerja yang tinggi, jujur, berdedikasi, loyal serta
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk berkembang dan terus berupaya menimba
ilmu sepanjang hayat.


PUSTAKAWAN

Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi
instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
Pustakawan diartikan sebagai orang yang bergerak di bidang perpustakaan; ahli
perpustakaan (tanpa membedakan PNS ataupun Non PNS). Jabatan Fungsional
Pustakawan telah diakui eksistensinya dengan terbitnya Keputusan Menteri Negara
Pendayaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 18 tahun 1988 tentang Jabatan
Fungsional Pustakawan dan Angka kreditnya. Kemudian dilengkapi dengan Surat Edaran
Bersama (SEB) antara Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 53649/MPK/1998 dan Nomor 15/SE/1998. Keputusan ini telah dua kali
2

direvisi yaitu dengan terbitnya Keputusan Menpan Nomor 33 tahun 1988 dan terakhir
Keputusan Menpan Nomor 132/Kep/M.PAN/12/2002. Tujuan diciptakaannya jabatan
fungsional tersebut yaitu agar para pustakawan dapat meningkatkan karirnya sesuai
dengan prestasi dan potensi yang dimilikinya. Saat ini jumlah tenaga fungsional
Pustakawan yang terjaring pada pangkalan data Pusat Pengembangan Pustakawan
sebanyak 2.814 orang yang tersebar di berbagai perpustakaan di Indonesia.
(http://www.pnri.go.id/).

KOMPETENSI

Kompetensi adalah kecakapan atau kemampuan. Konsep kemampuan
mengandung suatu makna adanya semacam tenaga atau kekuatan yang dimiliki
seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan baik yang bersifat fisik
maupun yang bersifat mental. Pengertian ini menunjukkan pada adanya suatu kekuatan
nyata yang dapat diperlihatkan seseorang melalui tindakan atau perbuatan, baik secara
fisik maupun mental, yang umumnya diperoleh melalui latihan dan pendidikan. Dengan
demikian hampir semua kemampuan diperoleh melalui latihan atau dipelajari. Dengan
perkataan lain, kalau seseorang ingin memiliki kemampuan tertentu, ia dapat
mempelajarinya. Kemampuan ini akan banyak membantu seseorang pada saat ia
melaksanakan atau mengerjakan tugas tertentu. Kadang-kadang kemampuan secara fisik
dan mental dapat muncul secara bersamaan pada saat mengerjakan suatu tugas
(Klausmeier dan Goodwin), sedangkan arti kompetensi secara harfiah adalah kecakapan,
kemampuan; wewenang (Kamus Inggris-indonesia). Definisi kompetensi yang sering
dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai kinerja
superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang
berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-
pekerjaan non-rutin. Terdapat bermacam-macam pendekatan mengenai model
kompetensi. Salah satunya Competency-based HRM (manajemen SDM berdasarkan
kompetensi). Intinya perilaku individu yang paling bagus kinerjanya dijadikan tolok ukur.
Perilaku ini menjadi patokan baku yang menggerakkan program SDM untuk
mengembangkan gugus kerja yang lebih efektif. Kompetensi ini diintegrasikan dalam
sistem SDM. Pendekatan model kompetensi lainnya adalah pendekatan "organizational"
yang berarti model kompetensi ditekankan dalam organisasi dengan tipe organisasi
3

tertentu.




PERAN PUSTAKAWAN

Peran pustakawan selama ini membantu pengguna untuk mendapatkan informasi
dengan cara mengarahkan agar pencarian informasi dapat efisien, efektif, tepat sasaran,
serta tepat waktu. Dengan perkembangan teknologi informasi maka peran pustakawan
lebih ditingkatkan sehingga dapat berfungsi sebagai mitra bagi para pencari informasi.
Sebagaimana fungsi tradisionalnya, pustakawan dapat mengarahkan pencari informasi
untuk mendapatkan informasi yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan. Pustakawan
dapat pula menyediakan informasi yang mungkin sangat bernilai, namun keberadaannya
sering tersembunyi, seperti literatur kelabu (grey literature). Bahkan pustakawan dapat
berfungsi sebagai mitra peneliti dalam melakukan penelitian.
Merujuk hal tersebut di atas, jelas terlihat kaitan yang erat antara pustakawan
sebagai pengelola informasi dengan perannya dalam menunjang tridharma perguruan
tinggi. Selain melakukan layanan sirkulasi, pengadaan dan pengolahan bahan pustaka,
pustakawan juga harus mampu mengelola laporan administrasi; mengelola Web-OPAC,
melakukan pelestarian dokumen (diantaranya mengolah dokumen menjadi bentuk
digital); mengelola layanan pinjam antar perpustakaan (PAP); melakukan kontrol
keamanan bahan pustaka; mengelola layanan multi media (CD/DVD/Audio kaset/sinar
X dll.); mengelola dan mencetak barkod; mengelola keanggotaan pengguna, melakukan
penyusunan anggaran; melakukan katalogisasi (pra dan pasca catalog); melakukan
layanan SDI; melakukan konversi data; mengelola e-mail; membuat laporan; mengelola
terbitan berseri dan melakukan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan teknologi
informasi.. Dalam melakukan tugas kesehariannya, pustakawan dituntut bekerja secara
profesional, jujur, berdedikasi tinggi, kreatif dan inovatif. Sebagai tolok ukur
profesionalisme, semua bukti kegiatan seyogyanya dituangkan dalam lembar kinerja
yang menggambarkan produktivitas dan kinerjanya dari waktu ke waktu, setiap hari,
setiap minggu dan setiap bulannya.
4

Dengan adanya lembar kinerja yang rutin diisi oleh pustakawan setiap harinya,
mau tak mau, pustakawan terpacu untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Laporan tersebut dapat menjadi indikator kinerja, produktifitas dan peran pustakawan

dalam menjalankan profesinya. Peran pustakawan sebagai mitra bagi mahasiswa, dosen
dan masyarakat sekitarnya, diakui semakin baik dari tahun-ke tahun. Hal ini tercermin
dari semakin banyaknya pengguna yang memanfaatkan fasilitas perpustakaan, baik
dokumen tercetak maupun elektronik, secara langsung datang ke perpustakaan ataupun
tidak langsung (mencari literatur via e-mail atau menelusuri catalog on line). Sebagai
contoh, statistik pengunjung perpustakaan IPB yang datang langsung ke perpustakaan
pada tahun 1998 adalah 162.801 orang; tahun 1999 sebanyak 224.522 orang; tahun 2000
sebanyak 255.463 orang, tahun 2004 sebanyak 272.302 orang dan tahun 2005 sebanyak
248.084 orang. Dari data tersebut tampak adanya kecenderungan jumlah pengunjung
yang meningkat dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2005. Peningkatan jumlah
pengunjung dapat menjadi salah satu indikator peningkatan mutu pelayanan yang terkait
juga dengan kompetensi dan peran pustakawan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

PERGURUAN TINGGI BERTARAF INTERNASIONAL

Perguruan tinggi bertaraf internasional. Kata-kata itu sering didengungkan oleh
pimpinan atau pejabat di lingkungan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
Sesungguhnya apa dan bagaimana sebuah perguruan tinggi dapat dikatakan bertaraf
internasional? Berikut ini kutipan dari sambutan rektor IPB pada upacara wisuda tahap III
tahun akademik 2004/2005 di Graha Widya Wisuda, Bogor. ” Suatu perguruan tinggi
dapat disebut bertaraf internasional setidaknya harus memenuhi beberapa persyaratan,
diantaranya adalah: 1) jumlah dosen yang bergelar doktor harus lebih dari 75%, 2)
persentase mahasiswa pascasarjana harus sama dengan atau lebih besar dari 75% dari
total mahasiswa di perguruan tinggi tersebut, 3) publikasi internasional yang diterbitkan
oleh setiap staf pengajar per tahun minimal dua publikasi di jurnal terakreditasi secara
internasional, 4) besarnya dana untuk kegiatan riset untuk setiap staf > USD 1300 per
tahun, 5) jumlah mahasiswa asing di perguruan tinggi tersebut minimal 5%, 6) Koneksi
internet minimal 15 Mb dengan koneksi Wifi. Dengan kriteria tersebut maka jelas masih
belum ada universitas di Indonesia yang dapat masuk kelas dunia”. Dari sambutan rektor
5

IPB tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meraih visi perguruan tinggi bertaraf
internasional amatlah berat, dibutuhkan kerja keras dari berbagai fihak. Kesungguhan dan
perhatian pemerintah di bidang pendidikan juga sangat menentukan keberhasilan
pencapaian visi tersebut. Sarana dan prasarana pendidikan harus dikelola dengan baik,
termasuk perpustakaan yang dikelola oleh pustakawan profesional.

PERMASALAHAN

Meningkatnya kebutuhan pengguna akan informasi yang akurat, bernilai,
relevan, dan tepat waktu akan menghadapkan profesi pustakawan pada tantangan yang
semakin berat dan kompleks. Sampai saat ini masih banyak terdengar keluhan sulitnya
mendapatkan informasi yang tepat, akurat, relevan, murah dan cepat. Hampir seluruh
dosen dan atau pengguna menginginkan informasi yang dibutuhkannya dapat diperoleh
dengan cepat, tepat, akurat dan efisien, baik dari segi waktu dan biaya. Tingkat kenyaman
pengguna dalam menikmati layanan informasi juga masih belum terpenuhi. Semuanya ini
merupakan tantangan yang perlu segera dipikirkan dan disiasati dengan model
pembaharuan dalam etos kerja dan kinerja pustakawan ke arah yang lebih “proaktif dan
inovatif”. Konsekuensi logis dari tuntutan pembaharuan tersebut adalah melakukan
pembenahan yang menyeluruh (holistic). Pustakawan dituntut agar dapat mengeksplorasi
cara baru guna mengembangkan produk yang dapat ditawarkan ke pengguna untuk
memperoleh akses informasi serta meningkatkan kualitas layanan untuk kepentingan
pengguna. Sudah tiba waktunya, pustakawan yang profesional menyediakan jasa layanan
prima. Perpustakaan, dalam upayanya mendukung Perguruan tinggi yang bertaraf
internasional, masih menghadapi kendala yang cukup kompleks dan beragam, mulai dari
birokrasi yang rumit, SDM yang tidak profesional hingga pendanaan yang macet atau
tersendat-sendat dalam setiap kegiatan pengembangan perpustakaan. Disamping
permasalahan yang cukup kompleks tadi, hingga saat ini belum ada undang-undang
mengenai sitem nasional perpustakaan. Undang-undang yang berfungsi sebagai payung
hukum yang mengikat pemerintah dan warganegara dalam menatalaksana perpustakaan
di seluruh Indonesia sebagai satu kesatuan sistem nasional. Sistem nasional perpustakaan
yang berfungsi sebagai prasarana atau infrastruktur bagi pengelolaan dan wadah
pendayagunaan seluruh sumber informasi untuk kepentingan masyarakat dalam rangka
pembelajaran sepanjang hayat.
6



KOMPETENSI PUSTAKAWAN

Untuk mengatasi permasalahan dan tantangan yang semakin berat dan kompleks,
dalam mendukung terwujudnya perguruan tinggi bertaraf internasional, mau tidak mau
pustakawan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi pribadi. Dalam
membangun kompetensi profesional, seorang pustakawan harus:
* Mengembangkan dan mengelola layanan informasi yang nyaman, mudah diakses,
efektif dari segi biaya, yang sejalan dengan arahan strategis institusi/organisasi;
Contoh:
Menyusun dan mengembangkan rencana strategis yang sesuai dengan tujuan
institusi/organisasi. Memperhatikan kebutuhan dan mau mendengarkan aspirasi
pengguna untuk terciptanya suasana belajar yang kondusif dan nyaman.
* Memiliki keahlian tentang isi sumber-sumber informasi, termasuk kemampuan untuk
mengevaluasi secara kristis dan menyaringnya; Contoh:
Memantau perkembangan informasi global, memilih, menyaring dan mampu
menyeleksi informasi yang relevan dan up to date bagi kepentingan pengguna.
* Memiliki pengetahuan/ketrampilan khusus dalam bidang tertentu, sesuai dengan
kepentingan institusi/organisasi; Contoh:
Pustakawan harus berani mengambil kursus/pelatihan di bidang Pusdokinfo,
manajemen, atau subyek lain yang berkaitan dengan institusi atau organisasi tempat
mereka bekerja.
* Menyediakan pengajaran dan dukungan yang baik untuk pemakai perpustakaan dan
layanan informasi; Contoh:
Memberikan informasi tentang penggunaan fasilitas perpustakaan dengan baik (user
education), membuka layanan informasi dan menjalin komunikasi dengan pengguna
Menyediakan bantuan dan referensi secara on-line.
* Menilai kebutuhan pemakai, merancang serta memasarkan produk dan layanan
informasi bernilai tambah untuk memenuhi kebutuhan tersebut; Contoh:
Melakukan penilaian kebutuhan secara. Rutin, menggunakan instrumen penelitian
seperti kuesioner, wawancara dengan pengguna dan narasumber.
* Menggunakan teknologi informasi yang tepat untuk pengadaan, pengolahan, dan
7

penyebaran informasi; Contoh:
Membuat katalog koleksi perpustakaan secara on-line (OPAC). Menghubungkan
penelusuran katalog dengan layanan pengiriman dokumen. Bekerja sama dengan tim
manajemen informasi untuk memilih piranti lunak dan piranti keras yang tepat untuk
akses komputer ke katalog perpustakaan dan pangkalan data lainnya.
* Menggunakan pendekatan bisnis dan manajemen yang tepat untuk
mengkomunikasikan pentingnya layanan informasi kepada fihak pimpinan; Contoh:
Mengembangkan rencana bisnis untuk perpustakaan. Menghitung pengembalian
investasi untuk perpustakaan dan layanannya. Mengembangkan rencana pemasaran
untuk perpustakaan. Melaporkan kepada manajemen mengenai usaha perbaikan
kualitas secara terus menerus. Menunjukkan bahwa perpustakaan dan layanan
informasi dapat menambah nilai organisasi. Berkompetensi sebagai sumber daya
manajemen berkualitas bagi organisasi.
* Mengembangkan produk informasi khusus untuk penggunaan di dalam atau di luar
institusi/organisasi atau pengguna secara perorangan; Contoh:
Membuat pangkalan data dokumen internal seperti laporan, panduan teknis atau
bahan-bahan yang digunakan untuk proyek-proyek khusus. Membuat agar file
dokumen lengkap mudah ditelusur. Menyediakan panduan teknis on-line. Membuat
situs dalam jaringan. Web institusi/organisasi dan menghubungkannya dengan situs
lain dalam internet. Berpartisipasi dalam kegiatan manajemen untuk menciptakan,
menangkap, mempertukarkan, menggunakan, dan mengkomunikasikan modal
intelektual institusi/organisasi
* Secara terus menerus memperbaiki layanan informasi untuk merespon perubahan
kebutuhan pemakai; Contoh:
Memantau arah gejala industri dan penyebaran informasi untuk orang-orang penting
dalam institusi/organisasi atau klien secara perorangan. Memfokuskan kembali
layanan informasi sesuai kebutuhan baru dalam bisnis. Melakukan pengiriman
dokumen tepat waktu untuk mencapai fleksibilitas maksimal.
* Menjadi anggota dari tim manajemen senior dan konsultan untuk organisasi dalam hal
informasi yang efektif; Contoh:
Berpartisipasi dalam perencanaan strategis dalam organisasi. Berpartisipasi dalam
studi informasi dan tim teknis. Menginformasikan kepada manajemen mengenai
masalah hak cipta dan kesesuaiannya dengan hukum hak cipta. Negosiasi kontrak
8

dengan penyedia pangkalan data. Memperoleh informasi paten. Mengembangkan
kebijakan informasi untuk institusi/organisasi.

Dalam membangun kompetensi pribadi, seorang pustakawan harus:
* Memiliki pandangan jauh dan luas ke depan; Contoh:
Memahami bahwa pencarian informasi dan penggunaannya sebagai bagian dari
proses kreatif bagi individu dan organisasi. Memandang perpustakaan dan layanan
informasi sebagai bagian dari sebuah proses lebih besar dalam membuat keputusan.
Memantau arah gejala bisnis utama dan peristiwa-perjstiwa internasional.
Mengantisipasi arah gejala dan secara proaktif mengatur kembali perpustakaan dan
layanan informasi untuk mengambil manfaat daripadanya.
* Melayani pengguna dengan baik, santun dan ramah; Contoh:
Mencari umpan balik kinerja dan menggunakannya untuk perbaikan secara terus
menerus. Melakukan kajian pemakai secara rutin. Berbagi pengetahuan baru dengan
orang lain dalam konferensi atau literatur profesional. Tetap bersikap santun dan
ramah kepada pengguna walau, dalam kondisi yang melelahkan.
* Mencari tantangan dan melihat peluang baru, baik di dalam maupun di luar
perpustakaan; Contoh:
Ambil kompetensi baru dalam organisasi yang memerlukan seorang pemimpin
informasi. Gunakan pengetahuan dan keahlian perpustakaan untuk memecahkan
berbagai masalah-masalah informasi dalam arti luas. Ciptakan perpustakaan tanpa
dinding (perpustakaan digital atau perpustakaan virtual)
* Bekerja sama dan beraliansi; Contoh:
Menjalin aliansi dengan profesional sistem informasi manajemen. Membangun kerja
sama dengan perpustakaan atau layanan informasi lain, baik di dalam maupun di luar
organisasi untuk mengoptimalkan resource sharing. Menjalin aliansi dengan pemilik
pangkalan data dan penyedia informasi lain untuk meningkatkan produk dan layanan.
Menjalin aliansi dengan peneliti fakultas ilmu perpustakaan dan informasi untuk
melakukan kajian-kajian yang terkait.
* Menciptakan lingkungan yang saling mempercayai dan saling menghargai; Contoh:
Menghargai kelebihan dan kemampuan orang lain. Mengenali kekuatan sendiri dan
kekuatan orang lain dengan seimbang. Membantu orang lain untuk mengoptimalkan
kontribusi mereka.
9

* Memiliki keahlian berkomunikasi yang efektif; Contoh:
Mempresentasikan gagasan secara jelas dan antusias. Menulis teks secara jelas dan
mudah dimengerti. Menggunakan bahasa yang umum. Meminta umpan balik dalam
keahlian berkomunikasi dan menggunakannya untuk perbaikan diri.
* Bekerja dengan baik dengan sesama anggota tim; Contoh:
Mempelajari kebijaksanaan tim dan mencari peluang untuk partisipasi tim: Ambil
tanggung jawab dalam tim, baik di dalam maupun di luar perpustakaan. Membimbing
anggota tim lainnya. Meminta bimbingan dari anggota tim lain bila diperlukan.
* Mempunyai sifat pemimpin; Contoh:
Mempelajari dan mengembangkan kualitas seorang pemimpin yang baik dan
mengetahui cara untuk melatih kepemimpinan tersebut. Dapat membagi kompetensi
kepemimpinan dengan yang lain dan memberikan kesempatan orang lain untuk
berkompetensi sebagai pemimpin.
* Belajar terus menerus dan mempunyai perencanaan karir pribadi. Contoh:
Meniti karir dengan belajar secara terus menerus dan mengembangkan pengetahuan.
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk perencanaan karir jangka panjang dan
mencari kesempatan untuk belajar dan memperkaya i1mu.
* Memahami nilai solidaritas dan jaringan profesional; Contoh:
Berkompetensi aktif dalam asosiasi Pustakawan dan asosiasi profesional lainnya.
Menggunakan peluang ini untuk berbagi pengetahuan dan keahlian, untuk studi
banding dengan penyedia layanan informasi lainnya, membentuk kemitraan dan
aliansi.
* Bersifat fleksibel dan positif menghadapi perubahan terus menerus; Contoh:
Dapat menerima tanggung jawab yang berbeda dalam waktu yang berbeda pula dan
merespon kebutuhan akan perubahan. Memelihara sifat positif dan membantu orang
lain untuk melakukan hal yang sama. Menolong orang lain untuk mengembangkan
gagasan mereka dengan cara menyediakan informasi yang benar.






10


SOLUSI

Dengan membagun/mengembangkan kompetensi profesional dan kompetensi
pribadi, pustakawan diharapkan mampu menjadi mitra sejati bagi para dosen dalam
mengembangkan karirnya menuju tingkat akademis yang lebih tinggi (tingkat doctoral),
disamping itu, pustakawan juga harus proaktif mencarikan solusi bagi dosen yang ingin
membuat artikel/tulisan di jurnal internasional, dengan cara membantu menyediakan
bahan pustaka yang diperlukan dalam penulisan artikel tersebut. Untuk meraih perguruan
tinggi bertaraf internasional tentunya harus ada kerjasama yang harmonis antara
pemerintah dan institusi terkait, dalam hal ini pendanaan untuk penelitian berstandar
internasional (USD 1300 per tahun) harus direalisasikan. Peningkatan SDM pengajar
diharapkan juga mampu membuka peluang pengembangan program-studi pasca dari
berbagai disiplin ilmu, sehingga minat masyarakat untuk meneruskan kuliah pasca
sarjana semakin meningkat. Sarana dan prasarana pendidikan (termasuk perpustakaan),
harus benar-benar diperhatikan dengan serius, karena hal ini juga menjadi modal dan
daya tarik bagi calon mahasiswa (terutama untuk menarik minat mahasiswa asing).
Kerjasama yang baik antara perguruan tinggi di dalam dan luar negeri juga harus terjalin
dengan erat. Dengan adanya program pertukaran mahasiswa, membuka peluang dan
kesempatan bertukar pengalaman, wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa. Program
pertukaran mahasiswa dalam dan luar negeri, dapat meningkatkan statistik mahasiswa
asing yang belajar di perguruan tinggi di dalam negeri. Satu hal yang patut diperhatikan
dan menjadi dasar keberhasilan pembangunan adalah kesejahteraan. Kesejahteraan dari
staf pengajar (dosen) dan staf penunjang (pustakawan) harus benar-benar ditingkatkan.
Karena tidak dapat dipungkiri tingkat kesejahteraan menjadi salah satu faktor penetu
dalam bekerja dan berkarya. Kesemuanya itu seperti rantai yang saling terkait satu sama
lainnya, keberhasilan pencapaian visi harus ditunjang oleh berbagai fihak disertai dengan
kemauan dan kesungguhan dalam pelaksanaanya.





11


KESIMPULAN
Dengan adanya keselarasan semua unsur tadi (profesionalisme SDM, sarana dan
prasarana yang moderen, pendanaan yang cukup disertai kesejahteraan yang memadai)
dapat diyakini, visi perguruan tinggi mencapai taraf internasional akan tercapai.
Kompetensi pustakawan jika dibangun dan diasah dengan baik, maka akan dapat
membantu mewujudkan Perguruan tinggi bertaraf internasional. Memang tidak mudah,
meraih semua itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semuanya harus
diusahakan dan diperjuangkan, dibutuhkan waktu dan pengorbanan yang tidak sedikit
untuk mewujudkan visi perguruan tinggi melalui kompetensi dan peran pustakawan.
Iklim sosial politik dan kesungguhan Pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui pemebelajaran sepanjang hayat perlu ditingkatkan. Sarana dan prasarana
pendidikan, salah satunya perpustakaan harus dibenahi dari segenap aspek. SDM
perpustakaan/pustakawan dituntut memiliki pandangan jauh ke masa depan, namun tetap
berpijak pada akar budaya yang ada. Pustakawan harus mampu menjembantani
peradaban di masa lampau, masa kini dan masa mendatang Tantangan yang digambarkan
oleh kompetensi ini harus diraih dan dilakukan saat ini agar visi menjadi perguruan tinggi
bertaraf internasional dapat tercapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

SARAN
Agar peran pustakawan dalam membantu mewujudkan visi perguruan tinggi dapat
tercapai sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan, dibutuhkan kerjasama yang
harmonis, terarah dan terpadu dari berbagai fihak, mulai dari pucuk pimpinan hingga
bawahan (grass root). Diperlukan perjuangan dengan segenap upaya untuk memperbaiki
kekurangan dan kelemahan yang ada. Peran dan kompetensi pustakawan harus lebih
ditingkatkan dengan memperhatikan kepentingan pengguna dan terus mengikuti
perkembangan zaman. Upaya-upaya yang perlu dilakukan yaitu:
• Penerapan disiplin yang tinggi, dimulai dengan sistim kehadiran. Sudah
waktunya staf pengajar dan staf penunjang menerapkan sitim kehadiran dengan
menggunakan komputer dan atau finger print. Hal ini merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kedisiplinan staf;
• Seyogyanya, dalam melaksanakan kegiatan, ada deskripsi kerja yang jelas
(Tupoksi: tugas pokok dan fungsi). Hal ini penting agar setiap individu dapat
12

melaksanakan kegiatan kerja secara terarah, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya;
• Perbaikan pendidikan (formal maupun non formal). Program ini penting
dijalankan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan
pegawai dalam menjalankan tugasnya. Perbaikan pendidikan juga sangat
mendukung perbaikan kinerja yang pada akhirnya dapat membantu perguruan
tinggi dalam mewujudkan visinya;
• Political will pemerintah untuk menginternasionalkan Perguruan Tinggi Indonesia
harus ditunjang dengan perangkat/peraturan pemerintah yang mendukung segenap
aspek (ketersediaan dana, kemudahan pertukaran mahasiswa dalam dan luar
negeri, perundang-undangan perpustakaan, SDM yang professional dan jujur);
• Perlunya dilakukan pemetaan dan analisis terhadap program-program yang
sedang berjalan dan akan dikembangkan, hal ini penting sebagai dasar penetuan
kebijakan yang akan diambil;
• Adanya standar prosedur kegiatan (Standard Operation Procedur) di setiap
unit/badan/lembaga/organisasi/institusi. Hal ini penting agar setiap kegiatan
mempunyai arah dan tujuan yang jelas;
• Terciptanya suasana kerja yang kondusif. Hal ini penting demi terciptanya
suasana kerja yang nyaman, sehingga diharapkan kinerja dan produktifitas
pegawai dapat lebih baik lagi;
• Perlunya meningkatkan kecerdasan emosi dan spiritual (Emotional and spiritual
quotient). Hal ini penting untuk membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, jujur,
disiplin, loyal, penuh dedikasi dan berjiwa sosial tinggi. Pribadi seperti itulah
yang dapat menjadi modal dasar dalam mewujudkan visi perguruan tinggi yaitu
mencapai taraf internasional, namun tetap memiliki kepribadian Indonesia yang
luhur;
• Perhatian terhadap perpustakaan harus ditingkatkan, dengan menerbitkan
Undang-undang tentang sistem nasional perpustakaan Indonesia, Undang-undang
ini penting dan dapat berfungsi sebagai payung pelindung dan pengikat
pemerintah dan masyarakat demi terwujudnya masyarakat yang cerdas dan
berkebudayaan;


13

• Pembentukan Dewan Perpustakaan yang akan mengarahkan pembinaan,
pembangunan dan pengembangan perpustakaan di Indonesia
• Kesejahteraan staf pengajar dan pustakawan, selayaknya diperhatikan dengan
serius dan berpijak pada unsur keadilan, sehingga terjadi hubungan kerja yang
harmonis antara dosen dan pustakawan;
• Seyogyanya saran-saran di atas, diaktualisaikan dan diaplikasikan secara
bertahap, berkesinambungan, arif dan bijaksana. Sehingga tujuan dan cita-cita
bersama yaitu mewujudkan perguruan tinggi bertaraf internasional dapat tercapai.
14


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. 1989.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : Gramedia.
2000.
http://www.growthcompusoft.com/librarysoftware.in/librarian/management Diakses 22
Maret. 2006
Indonesia. Perpustakaan Nasional. http://www.pnri.go.id/. Diakses tanggal 23 Maret
2006.
Indonesia. Perpustakaan Nasional. Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka
Kreditnya. Perpustakaan Nasional RI. 2004.
Institut Pertanian Bogor. http://www.iel.ipb.ac.id. Diakses 23 Maret. 2006.
Klausmeier, J. Herbert and William Goodwin. Learning and Human Abilities,
th
Educational Physiology. 4 ed. New York: Harper and Row Publisher. 1975
Komalasari, Rita. Membangun Sumber Daya Manusia IPB di Era Otonomi Untuk
mencapai Visi dan Misi IPB. UPT Perpustakaan. Institut pertanian Bogor.
2001.
Lien, Diao Ai. Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Daya saing Perguruan
Tinggi. Kerjasama Forum PPTI-Perpustakaan Nasional RI-Universitas
Tarumanegara. 2002
Marshall, Joane; Linda Moulton; Roberta Piccoli. Kompetensi Pustakawan khusus di
Abad ke-21. BACA. Jurnal Dokumentasi dan Informasi vol. 27 (2), 2003.
Perpustakaan Nasional RI. Naskah Akademik Rancangan Undang-undang
Perpustakaan, 2006.
Susanto, A.B. COMPETENCY-BASED HRM. Bisnis Indonesia.
http://www.jakartaconsulting.com/extra_corner_archive12.shtml. diakses 3
April 2006.


http://www.google.co.id/search?q=Kajian+Pemakai+&btnG=Telusuri&hl=id

Tidak ada komentar: